25| Hijau-hijau Busuk

416 44 116
                                    

*Perairan Menuju Pulau Apung*

BERHASIL menebak apa yang terjadi selanjutnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BERHASIL menebak apa yang terjadi selanjutnya?

"Hoek! Hoek!"

Rusak sudah pagi yang indah ini. Sang Kapten dan Ajudan yang melihat kejadian itu langsung lari menjauh dan menutup matanya, untung saja mereka menutup hidungnya dengan baik.

Tapi, tidak dengan hewan-hewan yang lewat di sekitar mereka, entah di udara maupun air. Semuanya langsung terbang dan berenang menjauh dari kapal itu, memang sudah insting.

Sigung yang baru bangun tidur, tercengang melihat kejadian yang tidak mengenakan mata itu. View menjijikan di pagi hari ✔️(check). Puas mengosongkan isi perut, Poi pun meminta air ke Kapten. Tubuhnya terkapar lemas seperti makan makanan beracun.

Ketiganya pun berpikir kalau Sang Legenda itu mabuk laut. Jadi, cairan itu yang bisa bikin hiu tewas. Ajudan pun bergidik ngeri saat membayangkan peristiwa itu terjadi. Tidak heran hiu-hiu kemarin sangat takut dengan keberadaannya dan memilih tidak makan mangsa empuk yang sudah di depan mata.

Tahu bahwa Poi tidak bisa lama-lama berada di kapal, Kapten pun langsung memikirkan rencana agar mereka bisa sampai ke Pulau Apung. Kalau dilihat dari peta ini sih, jarak mereka ke Pulau Apung masih sangat jauh. Mereka butuh mencari pereda mabuk untuk sementara waktu. Sigung yang masih mencerna semua kejadian pagi ini, melihat tong yang terisi cairan hijau pekat dan busuk itu dengan tatapan nanar.

Ternyata limbah pencernaan itu bukan harum versi Sigung lagi, tapi busuk dan amat menyengat. Tapi, tiba-tiba terbesit ide di kepalanya. Dia menutup tong itu dengan rapat, mengikatnya dan memasukkannya ke dalam karung. Sigung harap suatu saat dapat berguna kalau melawan musuh yang kuat.

Melihat Poi yang terkapar lemas, sang Ajudan pun langsung membawa Poi ke kamar agar bisa tidur di kasur empuk dalam posisi terlentang dan relaks. Ajudan membawa sedikit makanan, agar perut Poi tidak kosong dan sakit. Ternyata Ajudan sangat telaten mengurus bocah ini. Dia duduk di sebelah Poi dengan tatapan khawatir layaknya seorang ibu.

Sigung pun mendekati Poi dan melihat kondisinya. Mual, puyeng, mabok laut? Kayaknya apel bagus deh, Sigung segera mengambil apel sisa kemarin, dan menyuruh Poi memakannya.

Apel bisa mengurangi rasa mual walaupun hanya sementara. Tapi, entahlah apel itu langsung busuk saat Poi baru membuka mulutnya. Apakah masih ada vitamin yang tersisa saat memakan makanan busuk? Ajudan dan Sigung pun bingung dengan kejadian itu.

"Pagi-pagi muntah udah kayak orang hamil aja," kata Sigung ke Poi sambil menepuk kaki Poi pelan.

"~poi? Hamil itu apa~poi?" sahut Poi penasaran dengan suara bergetar lemah.

Seumur-umur Sigung dan Ajudan baru pertama kali bertemu orang yang tidak tahu apa itu hamil? Sigung dan Ajudan pun saling tatap dengan tatapan melongo dan tepokan jidat. Ekspresinya yang menyiratkan keheranan yang hqq menghiasi wajah-wajah mereka.

Ini anak idup dimana coba? Ya, kurang lebih pertanyaan itulah yang muncul di benak mereka. Mungkin pertanyaan itu akan dijawab nanti, tapi kita harus menjaga kondisi Poi tetap stabil agar tidak mual terus menerus selama perjalanan menuju Pulau Apung. Tugas Poi sekarang hanya makan dan tidur ditemani kasur empuk.

Perut kenyang, hati pun senang~poi, masih menjadi motto hidupnya. Sigung pun keluar dari bilik dan berbicara dengan sang Kapten.

Keduanya berdiskusi tentang waktu yang mereka butuhkan untuk sampai di Pulau Apung dan persediaan makanan mereka yang semakin menipis karena tak sempat mengisinya saat di Pulau Tengkorak. Di tengah diskusi keduanya sang Kapten ingat kalau, di Pulau Apung terdapat banyak tanaman herbal yang bisa mereka bawa untuk diracik. Tanaman herbal yang beragam bentuk dan unik penggunaannya.

Sang Kapten akan mengumpulkan racikannya itu dan menyimpannya jika Poi harus naik kapal lagi nantinya, dia tahu betul Poi akan sangat tersiksa kalau terus berada di kapal karena alergi ombak. Selain itu, dia ingin mengisi persediaan obat di kapal yang telah lama habis.

Jadi, dia akan mencari tanaman herbal yang bisa digunakan untuk meredakan mabuk laut Poi dan sakit lainnya. Uwuu, so sweet banget sih, si Kapten. Oke, kembali ke alur.

Keduanya terus berdiskusi dan menyusun rencana apa saja yang mereka akan lakukan saat sesampainya di sana. Saat asyik berdiskusi, ajudan keluar dari kamar itu dan bernapas lega karena Poi bisa tertidur pulas. Ckckck, macam anak bayi kali Poi ini, gerutu Sigung dalam hati.

Kegiatan mereka di kapal pun kembali berlangsung, sembari Poi tidur mereka hanya ngaso-ngaso, berjemur di bawah matahari, ngemil makanan, bersenda gurau dan bermain catur. Sang Kapten sesekali mengamati sekitarnya dengan teropong agar bisa melihat pergerakan di kejauhan. Hmm, sejauh ini tidak ada yang mencurigakan.

Sang Kapten pun mengajak ajudannya untuk memperbaiki bagian kapal yang sedikit bermasalah dan menyusun barang-barang yang masih berantakan kembali ke tempatnya semula. Hari esok dan lusa berjalan kurang lebih sama hanya diinterupsi oleh Poi yang masih sedikit mual dan sesekali muntah. Begitulah hari-hari mereka saat mengembara di laut lepas.

To be continued
***

Author punya tips, nih buat kalian yang mabok laut kayak Poi.
(*cie penyakitan aja sama😗)

Kata halodoc.com kalo mabok laut kita bisa:
- Jangan makan banyak-banyak!❎🍔🍕❎
- Minum air secukupnya🍶
- Minum jahe, jika perlu obat anti mabok.☕
- Pilih tempat yang goncangannya minim😵
- Dan yang paling penting,
GAK BOLEH HP TEROS dan baca buku, mending tidur biar gak terlalu berasa pusingnya👌

Sekian sekilas info hari ini! Dan SELAMAT! Pengetahuanmu bertambah!🎉✨

Btw, kalo tips readers kesayangan Poi gimana nih?😎
Langsung komen aja!✨

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang