*Pulau Apung*
Semalam mereka berhasil menenangkan pikiran mereka dari prasangka buruk satu dan lainnya dengan istirahat. Kecuali Bloo yang masih dendam dengan tiga bersaudara itu karena ikutan terjebak di situasi yang tidak ada hubungannya dengan dia. Gara-gara tiga penyihir kembar itu, dia gak bisa travelling ke pulau lain. Malah dipingit 15 tahun woe! Jones, jones dah. Prasangka buruk tentu tidak bisa hilang gitu aja, kan? Orang mereka yang bikin dia sengsara.
Asik dengan pikiran yang lalu lalang di kepalanya, para penduduk pulau itu datang lagi saat pagi hari dan menyajikan sarapan mereka di taman istana. Kapten, Ajudan dan Ning yang belum bangun langsung terbangun mencium aroma masakan penduduk pulau itu.
"Nyesel gue jarang-jarang turun ke bawah, tau gini tiap hari gue minta makan di pulau bawah," kata Neng yang sudah tak sabar melahap sarapan mevvahnya.
"Yah, kalo kita ke pulau bawah, belom apa-apa udah disepak sama tuh landak," bisik Ning mengkoreksi angan yang mustahil milik adiknya.
"Oiya, lupa."
Dengan lahap mereka semua sarapan bersama, hanya Poi yang makan sendirian. Sudah menjadi tradisi Poi makan sendirian atau ditemani Sigung. Poi takut saat dia makan mulutnya mengeluarkan bau tanpa sengaja. Kalau makan gak mungkin pakai masker, kan? Yah, Poi menikmati kok setiap santapan yang diberikan. Nambah 10 porsi? Hajar bang, gak bakal malu kan gak ada yang liat.
Puas dengan sarapan mevvah ala penduduk Pulau Apung, Bloo pun mengajak mereka semua untuk berendam air hangat. Tapi, ketiga penyihir itu hanya di ajak ke sumur penduduk.
"Beh, wenak pol. Kapan lagi gue santuy-santuyan begini?" kata kapten.
"Uhh, Bloo!" panggil Ajudan.
"Paan?!"
"Makasih buanyak ya," kata Ajudan.
"Grr-huh. Iya sama-sama."
"~poi? Kenapa pada nyelup di air ini~poi?"
"Poi sini!" panggil Ajudan menyuruhnya masuk kolam dan berendam di sampingnya.
"Poi gak mau~poi!"
"Poi kita disini tuh bersihin diri dari kotoran, masuk sini," kata Sigung yang membaca pikiran anak ini.
"Rasanya gimana~poi?"
"Grrr. Masuk ajalah bocah banyak tanya!" Bloo langsung ngegas dan menarik Poi ke dalam kolam. Byur!
"Panas~poi!"
Ternyata penampilan dan sifatnya yang pemarah membuat Bloo seperti memberi jarak ke orang lain, padahal hatinya sangat baik dan dia mau dekat dengan siapa saja tanpa pandang bulu.
Pagi yang sangat menyenangkan. Kolam yang diisi lima orang itu memang diisi air hangat yang langsung dari sumber mata air. Warnanya bening dan sangat bersih sebelum kelima orang itu masuk dan mengubahnya jadi genangan daki.
Kolam itu sebenarnya dibuat khusus untuk Bloo, tapi karena kolamnya luas, jadi cocok untuk digunakan bersama. Lebih seru, kan? Kolam yang dibuat dari batuan alam itu tidak kasar dan tajam sama sekali. Tapi dasar kolamnya tidak licin, jadi sangat aman. Selain itu bentuk kolam yang bulat tidak sempurna terlihat sangat natural. Berbeda dengan tiga penyihir laknat itu.
"Bloo, kurang ajar! Masa kita dikasih sumur doang!" teriak Nong tidak terima.
"Udahlah, sabar aja. Udah bagus disediain tempat buat mandi. Kalo gak?" kata Ning menenangkan Nong yang sensi seperti pms.
"Ya, tapi masa cewe cuma dikasih sumur doang. Kasih tempat tertutup kek," protes Nong.
"Nasib, oh, nasib," celetuk Neng.
Selesai menikmati fasilitas kerajaan yang super duper nyaman, mereka kembali berkumpul di ruangan singgasana. Sepertinya ruangan itu sudah beralih fungsi jadi perkemahan dan tempat rapat suka-suka. Hanya saja setiap kali mereka berdiskusi Poi tetap asik sendiri dengan pedangnya atau makan. Semenjak ada pedang itu, Poi jadi lebih kalem. Tidak urakan seperti biasa.
Dalam sidang kali ini Neng mengutarakan idenya untuk memulai pencarian asal usul Poi untuk memastikan dan menguak informasi penting lain. Semua nampak setuju karena tidak ada ide lain yang bisa mereka sampaikan. Poi dan Sigung pun diajak Neng untuk ke Pulau Apung Atas.
Mereka hanya perlu memegang tangan Neng dan mereka pun ikutan terbang. Cara ini lebih manusiawi daripada ditendang sama Bloo dari Pulau Apung bawah. Setelah sampai, Poi diminta Neng untuk tiduran di kasur empuk. Di kasur itu ada sihir khusus penenang untuk orang yang tiduran diatasnya. Poi pun lebih santuy dan tenang, saat itulah Neng melihat secara perlahan kejadian sebelum Poi berkelana di lautan.
***
Setelah beberapa saat, Neng berhasil mengambil informasi yang mereka butuhkan dari otak sempit milik Poi. Informasi yang mereka dapat ini lebih dari cukup. Mereka hanya butuh mempersiapkan segala keperluan kapal yang ditanggung oleh Bloo dan siap ke rencana berikutnya!
"Kapten, Ajudan!"
"Siap!"
"Yok, kuylah!"
To be continued
***Poi mau travelling lagi nih, gaes?!✨
Siapa mau ikutan?? Cus, merapat ke episode selanjutnya!l
Salam perut gelambir,
~poi🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...