29| Penyihir Laknat

341 41 87
                                    

*Pulau Apung*

MENCIUM nada-nada yang mulai naik dari si kakak, dua adiknya semakin senang meledek kakaknya.

"Lagian gimana sih, kak? Kalah kok sama bocil kumel? Cupu! Hahahaha!"

"Boo, tau tuh! Dasar lemah, dasar payah! Makanya jangan sok, udah kepedean eh, malah jadi gembel sekarang. Hahaha- adoh capek ketawa gue, ada-ada aja, ahahahahha."

"Gak tau aja lo! Bau mulutnya setengah idup, woe! Mau muntah pas gak sengaja kehirup. Oke, kalau gitu! Biar kalian tau rasanya diginiin, gue tantang lo berdua. Awas kalo kalian gak berhasil taklukin bocah ingusan itu! Gue kutuk jadi kutil anoa!"

"Oke, gue terima!" jawabnya dengan cepat dan lantang.

Neng, adik dari Ning yang memiliki kekuatan untuk memanipulasi otak mencoba memanipulasi otak si Poi. Tapi dia tak akan memanipulasi otak si Ajudan karena tidak begitu tertarik dengannya. Tak sulit memanipulasi otak, dia hanya perlu diam di atas dan mempermainkan mereka. Dia pun mulai menargetkan kepala Poi dan Tak! Ajian pamungkas Neng beraksi...

"Lho?"

Si Neng kaget, kok gak mempan? Dia keluarkan lagi 2 kali kekuatannya.

Tak... tak!

"Lho, kok... gak mempan?"

Makin penasaran dan kesal, kali benar-benar pakai seluruh kekuatannya,

Tak... dung dung... tak

Joshhhhhh... huh.

"Saya mencium bau-bau kutukan dan kutil anoa," si Ning tertawa kecil, merasa sudah menang. Ditunggu... lho, kok nggak bereaksi?

"Gile, nih bocah. Terbuat dari apa otaknya ini, hah?!"

"Kenapa? Gak berhasil, ya? Mana yang sok jago tadi?" tanya sang kakak dengan nada mengintimidasi.

"Sabar elah, baru juga pemanasan."

"Halah, ngibul!"

Neng mencoba lagi sodara-sodara dan ternyata... gagal total. Sampai Neng kehabisan tenaga.

"Hmm unik nih, orang, otak made in... apa sih?"

"Halah, ngeles. Ngomong aja gak bisa."

"Diem! Banyak bacot, nih bocah."

Neng, mencoba lagi. Mencoba lagi, terus mencoba. Tapi memang tidak berhasil. Dia pun kesal dengan Poi.

"Ini orang kenapa dah? Susah bener di otak-atik."

"Hoam, jadi gagal kan? Cupu dong? Hmm... tapi baru kali ini lo gagal manipulasi otak orang."

"Iya sama, makanya gue juga bingung."

"Coba cek bentuk otak dia sama volumenya, jangan-jangan gak punya otak bocah itu."

"Oiya!"

Neng pun kembali memakai ajian yang bisa fokus meneropong ke kepalanya dan masuk ke otaknya.

"Lho?"

"Kenapa? Kenapa?"

"Benar, Kok gak ada otaknya?"

"Gak mungkin, pasti ada. Kalo gak ada berarti itu setan bukan manusia. Lo zoomnya masih kurang deket kali."

"Tapi masih napak tanah tuh, berarti manusia, kan? Coba cek lagi."

"Gak ada juga tuh?"

"Hmm, coba besarin zoomnya," kata Ning mencoba mengarahkan.

"Lah?!"

"Kenapa? Kenapa?"

"Otaknya kecil banget woe, pantesan gak keliatan tadi. Perkiraan gue cuma sebesar biji kacang ijo!"

"Hah? Serius?!"

"Hooh, pantesan gue gak bisa ambil alih otaknya. Ternyata ckckck."

"Makanya, Neng. Kalo gunain kekuatan, cek dulu objeknya. Gue kutuk lo dulu ya, sesuai perjanjian tadi."

"Halah, bacot! Ya udah kalo gitu gue bocorin semua kejadian memalukan yang lo alami."

"Yeu, gini nih. Udah kalah ngancem lagi. Gak seru!"

Oke! Giliran anak bontot beraksi. Si ahli pembuat racun mematikan, Nong. Tidak ada yang pernah bisa luput dari racunnya itu. Dia pun mulai beraksi.

***

"Poi, jangan sedih lagi dong," kata Ajudan mencoba menghibur Poi yang ditinggalkan oleh gadis itu karena mulutnya yang bau.

"Sudah terlalu lama sendiri, sudah terlalu lama aku tinggal sendiri~poi. Poi emang gak bisa kenalan sama orang tadi ya, dia bening banget~poi, Poi mah apaan buriq gini makanya dia kabur~poi," kata Poi yang ceritanya lagi curhat.

"Poi gak tinggal sendiri, kok. Kan ada Ajudan, Kapten sama Sigung. Tapi bening gimana maksud Poi?"

"Mukanya kayak ada cling-clingnya gitu~poi, silau saking beningnya~poi," kata Poi sambil mendeskripsikan ke-ayuan gadis itu.

"Oh, itu namanya cantik," kata Ajudan mencoba mengerti isi kepala Poi.

"Udah, nih, Ajudan kasih makanan enak. Tadi baru nemu, lho. Makanan ini cuma ada di Pulau ini, sayang kalo gak makan makanan seenak ini," kata ajudan coba membujuk Poi.

"~poi? Poi mau~poi!"

Nong pun beraksi, dia turun kebawah naik sapu seperti Ning tadi, dia mulai mengamati Poi. Si Nong sudah menyiapkan makanan dekat dimana Poi duduk.

"Sekarang!" Buzzzzz... Dia mengeluarkan jurus andalannya mengubah makanan menjadi racun tanpa mengubah bentuknya. Benar dugaan Nong, Poi terbangun dan mencari makanan ini, kan si Legenda ini doyan makan. Hanya saja... Poi belum tau kalo itu racun.

"Uwenak tenan... rejeki nomplok~poi," ujar Poi sambil makan dengan lahapnya. Selagi Nong beraksi dibawah, ke 2 kakaknya melihat dari atas.

"Kita tunggu semenit lagi. Tiap orang punya jangka waktunya masing-masing waktu mereka merespon racun di tubuhnya," kata Nong mencoba beralasan logis.

"Ya, ok," sahut dua saudaranya.

Semenit, dua menit. Kok tidak ada perubahan? Ning dan Neng pun bertanya pada Nong.

"Kok gak mempan, Nong?"

"Sabar kita tunggu sampe lima menit."

Terus menunggu, terus menunggu.

"Elah nih, orang terbuat dari apa dah?"

"Gak ada efeknya?"

"Gak," jawab Nong singkat.

"Racun, lo kurang kuat kali."

"Gak, tadi tuh kadarnya udah 100%, harusnya dia langsung sekarat walau cuma nyicipin makanannya sedikit."

"Gila lo! Kita kan mau isengin doang! Kalo sampe dia mati kan, bisa berabe kita!" seru Ning tak habis pikir dengan jalan pikir si bontot.

"Ya, buktinya gak mati kan?" kata Nong dengan muka tanpa dosa.

"Dasar psikopat."

"Wah, gak bener, nih. Masa penyihir terhebat di seluruh negeri aja gak ngefek ke ini orang."

"Gue nyerah! Bodo amat gak usah sama bocah itu lagi. Sejauh ini gak ada yang bisa lolos dari cengkraman sihir kita."

Ketiga penyihir itu pun menyerah tanpa syarat, mereka tidak ingin berurusan dengan bocah bau itu lagi. Racun saja tidak mempan padanya, bagaimana mungkin? Tiba-tiba Neng menyadari sesuatu dari informasi yang beredar akhir-akhir ini.

"Kak!"

"Apaan?"

"Jangan-jangan bocah bau itu... "

To be continued
***

Hayoo, tebak bocah baunya kenapa?

Tebak-tebak aja ya, di comment!

Author yakin netizen dan readers Indonesia kreatif semua.

Salam bucin author😗💕

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang