20| Kabur!!! (2)

500 56 89
                                    

*Pulau Tengkorak*

DENGAN bodohnya Poi masih bertanya? Dan, tombak yang menghujaninya menjadi jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DENGAN bodohnya Poi masih bertanya? Dan, tombak yang menghujaninya menjadi jawaban. Jleb! Jleb! Bunyi lemparan tombak yang menancap tanah, pepohonan, dan semak karena meleset.

"Sigung!! Tungguin Poi! ~POIII!!!"

Teriak Poi tergesa-gesa takut dengan lemparan tombak.

Poi reflek lari terbirit-birit menyusul Sigung yang sudah mendahuluinya.

Aksi kejar mengejar itu pun berlanjut lagi, kalau saja mereka berlari dari tadi pasti mereka terhindar dari makhluk barbar ini.

Hutan yang rimbun di kala malam hari sangatlah sulit ditempuh. Banyak akar besar dan ranting pohon yang menutupi jalan mereka.

Sayangnya, bau yang menjadi kekuatan mereka sudah tidak mempan bagi penduduk asli itu, kecuali dengan satu cara. Jika jarak mereka benar-benar dekat, tapi tentu saja cara ini sangat beresiko. Dan yang paling penting bagaimana?

"Poi! Cepet larinya!!! Jangan ngeliatin belakang terus!" Instruksi Sigung ke Poi.

Tebasan cambuk barbar mereka tidak akan mudah dihindari. Sekali terkena kulit, tak hanya lecet tapi kulit dan daging akan ikut tercabik.

Tapi Sigung hendak mencobanya, ini bukanlah percobaan yang mentolerir segala bentuk kegagalan. Sigung memperlambat laju larinya dan mengeluarkan gas andalannya.

Tak hanya itu walau laju larinya berkurang, kelincahannya tak usah diragukan.

Dengan postur badannya yang jauh lebih kecil dari penduduk barbar itu, pasti gerakannya lebih gesit.

Tapi sayang, percobaan kali ini belum memberikan efek apapun pada kumpulan pasukan itu. Poi yang melihat aksi Sigung pun mencoba menirunya. Dia membagikan bau jigongnya agar tidak mubazir. Masih butuh waktu bagi mereka merasakan efek dari serangan maut Poi dan Sigung. Karena itu mereka kembali lari dengan tenaga mereka yang semakin menipis.

Percobaan kedua pun dilakukan.

Akhirnya suku barbar itu merasakan efek dari serangan maut duo bau. Akibat tercium jigong busuk mematikan, beberapa dari pasukan penduduk itu tumbang, beberapa juga langsung melarikan diri.

Tapi, sayang. Sigung tidak sebaik itu, perlu baginya untuk membalaskan nyawa mereka yang hampir tercabut karena ulah barbar pasukan bercambuk ini.

Ulah barbar harus dibalas barbar juga, kan?

Dengan tubuh kecilnya Sigung menghalangi beberapa orang yang mau melarikan diri, Poi pun ikut-ikutan mengambil ancang-ancang mengepung sebagian dari mereka di sisi yang berbeda.

Sigung menyuruh orang-orang yang terkepung itu berlutut agar tinggi mereka sejajar dan membuka semua perlengkapan yang melindungi tubuh mereka.

Sigung mengambil tombak dan cambuk dari orang-orang yang terkepung tadi.

Lalu Sigung meminta Poi untuk unjuk bakat di depan mereka dan mengancam mereka dengan cambuk mereka sendiri.

Bau mulut Poi yang mencemari udara sekitar mereka menciptakan tampang - tampang mual dan orang-orang yang menahan napas pun terlihat.

Tapi karena kekuatan Poi yang unlimited, mereka pun tak kuasa menahannya. Poi yang belum puas beraksi pun terus membuka mulutnya berbicara semaunya dengan nada mengejek dan mengintimidasi.

"Huwaaaah, mulut Poi punya anugrah bikin orang letoy khannn? Wahhh~poiiihhh," begitulah Poi berhuwah-huwah untuk menyebarkan bau jigong khas miliknya.

Sigung yang melihat hal itu terkikik dalam hati melihat temannya yang berjingkrak-jingkrak mirip sekali dengan monyet.

Sodaranya malu kali, ya? kata Sigung tertawa dalam hati.

Setelah puas beraksi, Sigung pun mengambil alih panggung dan berbicara dengan mereka. Mereka harus berjanji untuk tidak memakan manusia lagi. Tidak menangkap orang-orang yang tidak bersalah sebagai santapan mereka.

Mereka harus mengolah makanan yang bisa dipetik dari kesuburan Pulau Tengkorak. Kalau tidak, tentu saja tanpa disuruh Poi dan Sigung akan mengunjungi mereka dan memberikan cambukan ringan dengan cuma-cuma dan yang paling penting mereka akan merasakan hal yang lebih menyiksa dibandingkan yang baru saja mereka alami.

Dengan gertakan sinis Sigung dan "bonus tambahan" darinya, penduduk bar-bar itu mati gaya dan lari terbirit-birit kembali ke markas mereka dengan keadaan compang-camping.

Makanya jangan meremehkan duo bau ini.

Puas dengan tindakan Sigung, Poi bertepuk tangan kagum dengan ekspresi berbinar-binar. Sayang, hari sudah malam jadi ekspresi Poi tidak terlihat jelas.

To be continued
***

Nungguin note sama salam author, ya?🤡👻

Cieee nungguin😚

Btw, gaes. Makasi banget buat support waktu author ikut kontes, ya! Walaupun gak menang, support kalian warbiasa bikin semangat!✨

Dan buat kalian yang setia support Poi, makasi sekali!

POI TEMBUS 2K KALI DIBACA, SENENG PUOL!😆✨

MAKASI BUANYAK BUANYAK BUANYAK!😊😆🙏

Kalo gitu terus support Poi dkk biar Poi makin ketjeh dan terkenal, yak!♥️

See you, diepisod berikutnya!👋

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang