*Pulau Apung*
Seorang gadis duduk di tumpukan batuan, bekas tertancapnya pedang pusaka. Rambutnya yang hitam legam berkilau dibawah matahari pagi. Sigung yang melihat sosok itu bingung. Kalau dari belakang ketiga penyihir kembar itu nampak sangat mirip. Rambut ketiganya sama-sama hitam panjang. Hanya saja si Nong yang lebih tomboy sering mencepol rambutnya.
"Woe, cepet banget bangunnya?" kata Sigung.
"Eh, mamak ayam jago! Kaget tau!"
"Bentar, lo Ning atau Neng?"
"Gue Neng dong! Yang lebih syantik dari mereka berdua," kata Neng dengan nada bangga nan lebay.
"Eleh, orang mukanya sama semua kok, kayak hasil oplasan. Inget, ye! Jadi cewek jangan genit, norak kayak gitu. Yang ada cowok tuh geli!" kata Sigung memberikan nasihat.
"Iya dah," jawab sambil mencibir tanpa suara.
''Ngapain lo bangun pagi-pagi duduk disini? Kayak kunti aja."
"Idih, kerjaannya minta di bogem dari tadi. Gini nih, pas bangun gue tuh tiba-tiba dapet ilham ilahi, cielah. Gue kepikiran buat cari asal usul bocah itu. Aneh gak sih, bocil itu tiba-tiba nongol di laut terus jadi legenda gara-gara muntah? Tiba-tiba ketemu kita disini sama cabut pedang. Dari semua informasi yang kita simpulin kemaren, semuanya itu kurang berdasar, gitu loh. Kayak kebetulan yang diatur gitu tau gak?"
"Hmm, terlepas dari itu semua Sigung sempet mikir gitu juga sih. Terus lo kepikiran apa lagi?"
"Gue sempet kepikiran sih. Gue mau liat isi kepala Poi, terus flashback ke waktu sebelum dia ketemu bajak laut sama lo," kata Neng.
"Hmm, lo mau macem-macem ya? Mau manipulasi otak Poi biar jadi babu lo?" tanya Sigung penuh rasa curiga.
"Ya, gini deh bang. Kekuatan sihir kita bertiga tuh, gak ada yang mempan sama tuh anak. Berhasil sih si Ning, tapi Ningnya yang gak tahan sama bau mulutnya. Jadi ujungnya ya gagal juga. Jangan curigaanlah sama kita. Kita gak senekat itu. Belom bosen idup gue." jelas Nong panjang lebar demi meyakinkan Sigung.
"Kalo gitu, lo kenapa gak berhasil ambil alih otak Poi?"
"Ya orang isinya otak kacang, tempurung kepalanya cuma hiasan doang. Nanti pas mau flashback aja butuh kesabaran kali. Otak sekecil itu susah eksplor-nya, sempit. Memorinya juga pasti kecil, gak tau deh. Liat aja nanti."
Oh pantesan, hamil aja gak tau artinya. Poi, poi, tak kusangka otakmu sebesar kacang ijo doang?! gumam Sigung sambil geleng-geleng kepala mengingat-ingat kejadian waktu itu.
"Terus si Nong-nong itu kenapa gak berhasil?"
"Sembarangan Nong-nong. Kalo itu, gue juga gak tau sih kenapa racunnya gak berhasil. Padahal si Nong kalo ngisengin orang gak tanggung-tanggung," kata Neng.
"Hayoloh! Ngapain manggil-manggil gue hah?!" tiba-tiba Nong nongol ngagetin mereka berdua.
"Asem! Tuh kan bener. Kalo isengin orang gak nanggung. Bikin jantung gue kepenggal. Btw, Nong bantuin gue dong, entar gue mau liat isi otak bocil itu, terus nanti gue mau lacak keberadaan bau yang mirip sama kentut bocah itu pake kentut dia yang kemaren lo simpen."
"Hmm, gak tau deh bisa apa gak. Kekuatan lo kan gak sebesar dulu buat ngelacak sesuatu. Lagian kemaren gue udah coba bikin racun dari kentut itu, lumayan susah racikannya jadi gagal. Terus tinggal setengah lagi, mau gue pake semua buat percobaan," kata Nong menceritakan eksperimennya.
"Hmm gitu ya. Ya udah kalo gitu, Sigung lo temenin si Poi aja. Nanti waktu gue liat isi kepalanya."
"~poi? Poi dipanggil?" tadaa Poi pula yang muncul dadakan seperti tukang parkir. Ngagetin orang ngerumpi ceritanya.
"Ayam mati! Woe lah jantung gue olahraga pagi-pagi. Tiga kali dikagetin masa!" latahan si Neng jangan ditiru ya, bund.
"Makanya jangan kagetan," kata Sigung dengan nada mengejek.
"Idih, gue juga gak mau kali kaget kayak gitu."
Pagi itu sudah ramai dengan perbincangan mereka yang ngalor ngidul. Untung saja taman itu adem ayem jadi lumayan menyeimbangkan suasanalah, ya.
Taman istana yang dekat dengan singgasana itu, memang dibuat untuk Bloo bersantai. Rumput pendek yang selembut kapas bisa dibuat alas tidur dan duduk saking empuknya. Pancaran sinar matahari yang teduh menembus pepohonan yang rindang mempercantik taman itu. Suara percikan air mancur di samping taman menambahkan suara alam yang tidak beraturan tapi terpadu dalam keharmonian.
Damainya suasana pagi ini membuat setiap dari mereka menikmati pagi hari bersama walau dalam kebisingan alami dan kebisingan congor manusia.
"Dah lah, gue disini aja seumur hidup," kata Nong sambil berbaring manja di atas rumput sehalus kapas tersebut.
"Gak, gak ada! Khusus lo tiga penyihir dodol, ga ada tinggal disini lama-lama. Pegel mata gue liatin lo bertiga!" seru si tuan rumah tak suka dengan celetukan Nong.
To be continued
***Quiz suka-suka!
Di kebun binatang ada badak🦏
Badaknya lagi makan buah cermai🍏
Ada yang tau gak?🤔
Hewan apa yang cinta damai?✌️Met berpikir keras sodara-sodara! Tulis di kolom komentar ya, jawabannya!
(Klu: hewannya hidup, bernapas dan bergerak. Oya, sama biar lebih gampang dia menapak tanah👍, met mencari!)
KAMU SEDANG MEMBACA
POi the Legend
Teen FictionUdah bau, dekil, jelek, o'on, hidup lagi! Begitulah kesan pertama semua orang yang bertemu dengannya. Berbekal otak sebesar kacang hijau, tampang bloon, bau (yang amat sangat) tak sedap dan daki setebal 5 cm ditubuhnya bocah ini akan memulai petua...