48| Misi Dadakan (2)

115 36 49
                                    


Karena cacing-cacing di perut sudah terpuaskan, tampang-tampang sumringah pun tampak disetiap wajah orang-orang yang di meja makan tersebut. Tapi, hanya satu dari mereka yang malah menyatukan kedua alis. Tanda-tanda orang mikir, marah atau penasaran nih ...

"Woe, Ning!" panggil Sigung tiba-tiba.

"Hah, napa?" sahutnya sambil mengambil sisa kriuk di piringnya.

"Napa lo gak langsung ubah jadi udang goreng aja?" tanya Sigung.

"Ya kan gak ada udangnya langsung, gue lebih banyak keluarin energi dong. Kalo gue langsung ubah barang jadi udang goreng tepung paling cuma jadi seporsi. Emang ngubah barang gak pake tenaga?" jelas Ning sambil menaruh piringnya ke tempat cuci piring.

"Oh, jadi gitu," Sigung manggut-manggut tanda mengerti.

"Makanya jangan ngerjain orang, kalo kita banyak energi pasti lebih banyak juga porsi yang kita buat," kata Neng membela diri.

"Yeu yang cari masalah duluan siapa hah?!" kelompok lelaki pun kompak melempari penyihir kembar itu dengan hujatan. Untung bukan ludah yang dilempar.

Ketiga penyihir itu pun bungkam karena kalah adu congor lagi.

"Mending beresin piring dah," gumam mereka bertiga kompak mengalah dari kelompok para lelaki.

Puas dengan hidangan yang tersaji mereka pun ingin beristirahat. Berbeda dengan Poi dia memilih untuk mencari makanan tambahan untuk mengisi ruang kosong di perutnya agar penuh merata. Dia pun mengambil beberapa buah dan cemilan lain yang terdapat di tempat penyimpanan makanan itu. Poi keluar dan duduk di sebelah Ning, saat kulit Poi menyentuh kulit Ning.

"Buset, itu kulit apa daki gajah? Kasar banget, terus lengket banget buset," kata Ning reflek menjauh saat bersentuhan dengan kulit Poi secara tidak sengaja.

"Jangan-jangan lo gak pernah mandi ya?" tanya Nong penasaran.

"Hmm mandi itu apa~poi?"

"Weh, Poi! Beneran gak pernah mandi? Jadi, waktu berendam di kolam air panas Bloo, itu yang pertama?" tanya Sigung membelalak mata memastikan.

"Iya kali~poi!" jawab Poi sambil makan makanan yang dia ambil tadi.

"Ehey! Kayaknya kita ada misi lagi nih, buat sore," kata Ajudan.

"Seriusan?! Sore ini banget, nih? Pegel woe, kiteee!" kata Ning yang memasang wajah lemah, letih, lesu, letoy.

"Dasar nenek lampir!" kata Bloo yang tiba-tiba nyamber.

"Ya, kalo gak sore ini. Nih bocah makin busuk, buluk, kucel, dakian. Dia harus merasakan segarnya mandi dengan air bersih, sabun yang lembut melimpah. Harum, wang-," tutur Nong panjang kali lebar.

"Lebay, lebay," potong Bloo.

"Ya udah kalianlah para cowo-cowo yang bantuin Poi. Kita ciwi-ciwi mau leha-leha dulu. Tata ..." kata Ning sambil melambaikan jari lentiknya dengan tampang meledek.

"Idih, main perintah-perintah aja." Sahut Bloo yang seperti biasa tidak suka.

***

"Ehey! Ku daki, daki, daki, daki. Banyak dakinya ... Ku turun, turun, turun banyak daki juga," nyanyian Ajudan memenuhi kamar mandi itu.

"Woe salah lirik, harusnya ku daki, daki, daki, dakiku banyak. Gitu, lho!" kata Kapten ngotot dan sotoy.

"Sembarangan lo berdua. Yang bener itu, ku daki, daki, daki, daki gunung yang tinggi. Bukan daki kulit lo, mendaki gunung maksudnya dodol!" kata Sigung yang malah sewot.

"Yeu, main-main doang juga, sewot amat," kata Kapten.

"Yodah, Poi lo ambil sabun nih, sama sikat cuci baju," kata Sigung memberi pengarahan ke Poi.

"Woe, Sigung ngapain pake sikat cuci baju?" bisik Kapten.

"Dakinya Poi tebel banget weh, gak bisa digosok pake tangan doang," jawab Sigung ikutan bisik-bisik.

"Ohh, gitu toh. Bagus, bagus," Kapten pun setuju sambil mengacungkan jempol ke Sigung.

"Oke, deh~poi. Terus pakenya gimana~poi?"

"Bentar, weh bantuin gue lepasin baju Poi, tinggalin sempaknya aja!" kata Sigung.

"Wokeh, Gung," kata Kapten dan Ajudan kompak.

Mereka pun melepas baju Poi dan memberikan dia tutorial mandi yang benar. Sigung yang hanya berbaju bulu pun menjadi relawan tutorial. Poi mengikuti langkah demi langkah yang Sigung lakukan. Pertama, bilas badan dengan air bersih.

"Sigung! Brrr dingin~poi," kasihan Poi menggigil.

"Ini, seger tau!"

Kedua, taruh sabun cair buatan Ning yang dibuat dari ekstrak bunga bangkai dan duri mawar ke atas sikat cuci baju. Berikutnya gosok, gosok kepala, pundak, lutut kaki, lutut kaki.

Jangan lupa korek kuping Poi sama hidungnya. Cuci muka jangan lupa pake sikat cuci baju juga. Dan yang paling penting ketek harus bersih. Tubuh Poi pun dipenuhi busa dan kamar mandi itu dipenuhi gelembung.

"Poi! Mata Poi kemasukan tajem-tajem! Sakit~poi!" teriak Poi yang memejamkan matanya dan menyentuhnya dengan tangan yang penuh sabun.

Ajudan dan Kapten langsung panik, mereka langsung menyirami Poi dengan air sebanyak mungkin. Puas menyirami Poi dengan banyak air, Sigung pun hampir kehabisan air untuk bilas.

"Woe, gue belom bilas!"

"Tunggu bentar, bang. Bentar lagi bak mandinya keisi kok!"

"Lo liat sekamar mandi busa semua!" teriak Sigung marah.

"Ya maap, tunggu aja bentar."

Kamar mandi berukuran 3x3 meter itu dipenuhi busa karena gosokan sabun mereka di seluruh penjuru kamar mandi kecuali di bak airnya. Yang penting misi mereka memandikan Poi berhasil. Walaupun bersihnya sekitar 10% dari sebelumnya, maklum sudah hampir bertahun - tahun tidak pernah mandi.

"Ehey, Poi ternyata lebih putih bersih nih? Kayak gak kenal kalo udah mandi gini," kata Ajudan kagum.

"Iya bener, biasa kucel item legem kayak masuk got. Mana rambutnya gimbal lagi. Sekarang? Beh cakep, Pak Eko!" cerocos Kapten. Sayang, bloonnya Poi masih melekat.

"Poi, buruan! Brrr, dingin banget~poi!"

"Ehey, pantesan menggigil!" kata Ajudan.

"Kenapa?" tanya Sigung dan Kapten.

"Selimut dakinya rontok!" seru Ajudan.

Mereka semua pun tertawa sedangkan Poi terus merasa kedinginan. Tidak terasa mereka melewati kehidupan di kapal sudah berhari-hari dengan kegiatan-kegiatan dadakan seperti itu untuk mengisi waktu.

"Btw, Poi emang punya baju ganti?" tanya Ajudan dan dijawab dengan lirikan bertanya Kapten dan Sigung balik sambil melihat Poi yang sudah menggigil karena menunggu bajunya yang entah kapan keringnya.

"Ajudan, kayaknya gue punya ide bagus," bisik Kapten sambil melirik Sigung.

"Ehey, ide bagus itu, Kapten!" bisik Ajudan balik.

2 menit kemudian ...

"Arghhhh! Bulu gue! Ngapain bikin baju Poi pake bulu gue!" teriak Sigung yang menggema di kapal itu sambil berlari menghindari Kapten dan Ajudan yang siap menangkap Sigung dengan tatapan ingin menerkamnya hidup-hidup.

Apapun itu yang penting tugas negara dadakannya: mission complete!

To be continued
***

Kasian si Poi kedinginan ... 😨❄️
Ada yang mau nyumbang selimut daki?
Btw, si Bloo mana?
Liat nantilah ya ...

Jangan lupa supportnya, ya!✨

Salam cintah dari author,
See you😘

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang