11| Terdampar (2)

585 96 111
                                    

*Pulau Tengkorak*

DIMANA ini~poi? Gumamnya sambil mengedip-ngedipkan mata. Tubuhnya yang masih lemah, berusaha bangun dari tempatnya berguling.

Susah payah dia kumpulkan tenaga yang tersisa tapi ketika melihat dirinya sudah terbebas dari gulungan itu, dirinya pun menyeringai tipis dan seketika itu juga bangkitlah harapan dan tenaganya. Akhirnya, Poi bisa selamat~poi.

Hal pertama yang dia cari adalah air. Poi berusaha merangkak perlahan dan berjalan tertatih-tatih. Walaupun fisiknya masih lemas Poi tetap berusaha mencari air dan untungnya dengan mudah menemukan kumpulan air dalam tong-tong kayu. Kedua, tentu saja makanan.

Makanan akan membuat semangatnya membara karena perutnya bisa diisi kembali dengan makanan yang enak. Tapi, dia harus menyusuri kapal dimana dia sempat diinterogasi hingga ke dalam-dalamnya.

Untuk sekarang, ini bukanlah perkara yang mudah karena tubuhnya sama sekali tidak bertenaga. Yang terpenting, demi cacing-cacing di perut~poi, katanya dalam hati.

Ini dia yang dicari. Usahanya tidak sia-sia dan terbayar. Ternyata banyak buah segar dan makanan laut memenuhi bilik itu. Poi pun melonjak kegirangan setelah melihat tumpukan makanan dan seketika lupa dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

Dengan senang hati dia mengambil semua makanan yang tampak menarik untuknya. Dan sepertinya buah segar yang kemerahan itu enak.

Tak perlu pikir panjang Poi pun langsung mengambilnya. Ternyata tidak sulit memakannya, buah segar itu seketika busuk saat terkena bau mulut Poi, jadi tak perlu melewati proses pencernaan. Satu per satu buah dan makanan lainnya dilahap oleh mulut baunya. Tanpa sadar dengan mudahnya dia memakan setengah dari persediaan makanan tersebut.

Lahap betul. Warbiasa, memang legenda yang satu ini sungguh hebat (aneh). Setelah memuaskan keinginan cacing-cacing di perutnya, tenaganya pun pulih.

Puas dengan temuan yang kedua, dia pun baru penasaran dengan peralatan mandi dan tempat di mana awak kapal beristirahat. Lihat, ada tong besar berisi air dan terdapat gayung di dalamnya. Hmm, ini persediaan air yang cukup sampai besok, gak perlu pake gayung lah, Poi bisa minum langsung~poi, pikirnya.

"~poi? Oh, ini mah buat main gelantungan kayak tarzan~poi. Awuwowuwoo ~poiwowow," kata Poi dengan kesotoyannya. Jelas-jelas itu katrol.

"Wadidaw, liat deh, guys~poi. Kita mau unboxing box kira-kira isinya apa, ya~poi? Wow~poi wadidaw! Tidak bisa dibuka~poi!" begitulah penjelasan asal darinya. Karena tidak bisa membuka box itu, Poi pun menyusuri tempat lain dan menemukan...

"Wah, ada kotak yang lembut dan empuk~poi. Enak nih, buat tidur~poi," katanya dan untuk kali ini tebakannya tepat.

Puas menyusuri isi kapal, bermain dengan segala peralatan di gua dan membuatnya semakin berantakan, Poi pun kelelahan. Dalam kelelahannya dia merenung, hari yang panjang ini ternyata berakhir menyenangkan tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Perjalanannya yang melelahkan kemarin telah memberinya banyak pelajaran. Poi bertekad untuk tidak berbicara pada siapapun agar dia tidak diperlakukan sama seperti bajak laut kejam kemarin. Dia tahu ketika dia berbicara semua orang pasti akan menjauh karena jigongnya yang sangat busuk.

Tak mau mengingat-ingat hari kemarin dia pun bergumam dan berceloteh dengan dirinya sendiri. Yang penting perut kenyang, hati pun senang~poi. Itulah motto hidupnya. Karena ingin beristirahat, Poi pun memilih kotak empuk alias kasur yang dia temui tadi. Dia pun rebahan dan seketika terlelap.

Hmm, sepertinya ada hal penting yang terlewat, mungkin dia tidak ingat atau tidak tahu. Yang penting, perutnya tidak berulah dan "bertengkar". Hari demi hari, minggu demi minggu, Poi melewati hari harinya dengan makan, tidur, bangun, makan, main, tidur lagi.

To be continued
***

Makan, tidur, bangun, makan, main, tidur. (Repeat)😲

Mau ampe kapan ngulang siklus permageran ini?😕

Hayo sini, pada pengakuan dosa dulu!🙂

Yang bilang "gak" sama "bukan gue" artinya,

gak salah lagi wakakakak🤣🤣🤣

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang