47| Misi Dadakan

120 36 58
                                    


Siang yang terik, di tengah perairan air hangat membuat peluh membanjiri tubuh mereka. Siapa yang bisa bertahan dengan panasnya sang surya?

Sekarang Ning, Neng dan Nong sedang menepati janji mereka. Mereka meng-y semua fasilitas kapal mulai dari kamar tidur mereka, kamar mandi, bilik penyimpanan makanan, kemudi kapal, jangkar dan semuanya. Satu per satu mereka ubah kualitasnya seperti baru dan tentunya dengan bahan mevvah kualitas terbaik.

Karena mereka diminta untuk melakukannya ekstra, Nong dan Neng pun harus menyumbang tenaga ke Ning saking beratnya pekerjaan mereka. Tapi, kekuatan mereka bertiga masih belum cukup untuk mengubah semua peralatan kapal. Sigung, Bloo, Kapten dan Ajudan pun puas ngerjain mereka. Si kembar pun tampak kelelahan dan mereka berempat meminta penyihir-penyihir itu menyudahi pekerjaan mereka hari ini.

"Hosh, napa gak dari tadi, bambang?" kata Neng sambil ngos-ngosan.

"Puas lo hah?! Liatin kita tersiksa?" tanya Ning sarkas sambil mengelap peluh dengan perawakan yang tak keruan.

"Gila, pinggang gue! Awas lo ya! Gue bales nanti!" ancam Nong sambil memegang pinggannya yang hampir copot.

"Ya ancem sini kalo bisa. Sini! Gue bisa minta Poi masukin kalian ke dalem pedang," kata Sigung dengan nada menantang sambil mengangkat alis.

Para penyihir pun membuang muka. Mereka tahu kalau mereka kalah bahan untuk mengancam balik.

"Ajudan! Gile kapal kita, udah kayak kapal pesiar uy! Cakep banget! Glow up, keren-hiks!" kata Kapten terhura dengan wujud kapalnya yang sudah dipermak.

"Si Kapten lebay dah. Tapi gue juga suka, Kapt! Kapan lagi, kan kita ke bengkel kapal? Kalo gini mah gak usah ke bengkel lagi! Irit," kata Ajudan dengan mata berbinar.

"Kapal sih, boleh glow up. Tapi penghuni kayak lo berdua, menodai karya seni kita bertiga," kata Nong pedas.

"Yeu, cakep, glow up gini lo kata menodai?! Ya udah, tinggal suruh Ning permak muka kita aja!"

"Yah, percuma dah. Yang ada makin ancur tuh muka, bukan makin cakep. Pake kekuatan Ning sekalipun, kalo dasarnya udah ancur gak bakal ngaruh banyak deh!" seru Nong dengan cekikikan jahat khas miliknya.

"Dasar, penyihir asem! Poi!! Masukin dia ke ped-" mulut Kapten seketika di bekap oleh 3 penyihir itu bersamaan.

"Ampun, ampun. Bercanda, Kapt! Jangan baperan dong ..."

"Hmph! Kurang ajar! Kalo lo cowok udah gue jadiin samsak!"

"~poi! Poi laper nih," teriak Poi menginterupsi pertengkaran Kapten dan Nong sambil mengelus perutnya yang kosong.

"Nghrrrrr ... ghrrrrtt ... "suara bayi naga, yang sekarang menjelma jadi jubah Poi.

"Ohhhh ... kamu lapar juga ya ... gih, sana ... terbang ke laut dan cari makan~poi," ujar Poi.

Si Bayi naga langsung berubah wujud dan loncat ke dalam laut, sambil menggerakan badannya sesekali di atas laut, menyelam dan meloncat bermain air di sekeliling kapal.

"Iya gue juga, belom sarapan!" kata Ning.

"Gara-gara siapa kita gak sarapan? Hah?!" tanya Sigung retoris.

"Ya ... maaplah ya," kata penyihir kembar itu bersamaan.

"Ehey! Sekarang mah, udah gak bisa sarapan lagi. Orang udah siang bolong gini." Seru Ajudan yang

"Ya, ya udah deh. Gue yang masak kali ini. Kita makan udang goyeng tepung ya," kata Neng semangat.

"Yey!! Dah lama gue gak makan!'' kata Nong semangat.

"Udang? Dari mana dapat udang di tengah laut gelo?" ketus Ning.

"Gue mau makan buah aja," kata Bloo yang takut udangnya di masukin racun.

"Hmm, Poi mau nanya. Udang itu apa~poi?''

Yah, belom pernah nemu udang. Wajarlah ya? Biasa makan lumpur di rawa, mana tahu makanan layak makan. Tiba-tiba, si bayi naga muncul dari laut dan memuntahkan banyak sekali udang, lobster dan cumi-cumi. Tapi entah ada dendam apa, si bayi naga menjatuhkan semua hasil tangkapnya diatas kepala Ning.

"Hawara ... kadah ... apa-apaann nih, eh copot-copot!" latah Ning. Ada cumi-cumi besar jatuh pas diatas kepala Ning, wujudnya pun terkesan seperti makhluk jadi-jadian. Semua yang melihatnya tertawa puas dan merasa kagum dengan si bayi naga ini.

"Kok, bisa pas ya ... baru ditanya sama Poi," ujar Kapten.

Nampaknya si bayi naga bisa mengerti Poi, kayak telepati gitu loh. Neng pun memasak menu yang dia sebut tadi. Berbekal alat seadanya dan bahan yang berhasil Ning ubah dengan sisa kekuatannya, mereka meracik bumbu tepung dan menggorengnya. Ketiga penyihir itu kompak saling membantu satu dengan lainnya, sesekali Poi dan Sigung membantu mereka. Kapten dan Ajudan menyiapkan meja dan alat makan untuk makan siang bersama. Sedangkan Bloo pergi ke bilik penyimpanan makanan untuk mengorek buah apa tampak menarik untuk memuaskan perutnya.

Puas berkutik dengan menu mereka, akhirnya udang goyeng tepung andalan Neng pun jadi. Anak-anak ayam yang sudah kelaparan sudah duduk manis di tumpukan balok kayu yang disulap menjadi meja makan. Dengan mata berbinar mereka memegang sendok dan garpu sambil menunggu udang goyeng tepungnya datang. Poi yang tidak mengerti cara menggunakan sendok dan garpu pun memilih menggunakan tangan, senjata andalan yang mudah dan ekonomis.

Tiga juru masak andalan mereka pun datang dan menyajikan 3 piring penuh udang goyeng yang berukuran jumbo, beserta kriuknya yang melimpah ruah. Semua orang yang melihat kepulan asap yang harum, menelan ludah tak sabar menyantap udang-udang yang kuning keemasan itu. Begitu piring-piring itu mendarat di meja tanpa aba-aba mereka, langsung melahap dengan kalap seperti biasanya.

Ning, Neng dan Nong pun segera mengambil jatah mereka, kalau tidak sesegera mungkin pasti tidak kebagian. Dalam hitungan menit pun mereka menghabiskan 3 piring penuh itu. Bersih tanpa kriuk yang tak tersisa sedikit pun, gak perlu cuci lagi kalo gini mah. Perut kenyang, hati pun senang~ By the way, anyway, busway ... Sigung jadi penasaran sama sesuatu ... Kira-kira apa ya?

To be continued
***

Hayoo ada yang bisa tebak isi kepala Sigung?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayoo ada yang bisa tebak isi kepala Sigung?

Apa ajalah asal gak penasaran sama urusan tetangga😑

Salam,
Author yang lagi waras💕

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang