14| Penculikan Senyap

548 82 102
                                    

*Pulau Tengkorak*

* Ini gambar punya author, ye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* Ini gambar punya author, ye. Yang ngambil awas tangannya dimutilasi kapten, gak tanggungjawab, deh😗

***

SETELAH memastikan duo bau itu terlelap nyenyak. Rencana penculikan makhluk bau pun dimulai. Mereka tidak ingin berurusan dengan Sigung, mereka hanya mau berurusan dengan orang yang merusak aset mereka.

Mereka memasuki gubuk Sigung tanpa kesulitan yang berarti, dengan mengendap mode senyap, dipastikan penghuni gubuk tidak akan bangun.

Jaring telah siap!

Tombak dan parang pun teracung untuk berjaga-jaga si perusak terbangun dan menyerang balik!

Tapi, sepertinya Poi tidak merespon sedikitpun saat dimasukan ke jaring. Dengan mudah mereka menyelesaikan misi mereka tanpa harus melancarkan Plan B.

Penduduk asli yang tengah geram itu kembali ke markas dengan target yang merusak hutan mereka.

Selama perjalanan ke markas, tampaknya Poi tetap terlelap. Dalam keadaan tidak sadar, dia dibawa ke tempat di mana penduduk asli itu tinggal.

Suku ini dikenal kejam. Mereka tidak menyukai siapapun orang yang masuk ke wilayahnya dengan tujuan baik atau buruk. Mereka akan memakan orang-orang hasil tangkapan mereka yang sebelumnya mengusik keberadaan mereka.

Tak banyak yang tahu dengan keberadaan penduduk ini karena keberadaannya yang sangat tertutup.

Namun, sebenarnya Sigung tahu, hanya saja dia tidak ingat untuk memperingatkan Poi agar waspada karena terlalu senang mendapat teman baru.

Sayangnya, duo bau yang baru saja berteman itu dalam keadaan tertidur pulas. Dalam keadaan ini tidak mungkin bukan, satu sama lain memberikan informasi penting?

Ketika para mata-mata dan penghuni asli Pulau Tengkorak itu sampai ke markas, mereka memasukan Poi ke suatu tempat yang di dalamnya terdapat banyak orang-orang yang tidak tahu apakah ada hari esok untuknya.

Tempat itu seperti kandang ayam yang berukuran sangat besar. Para tawanan dimasukan ke situ dan dipastikan mereka tidak bisa keluar dari tempat itu karena tiap sel dijaga setidaknya satu orang.

Apabila mereka berusaha kabur, otomatis tubuh mereka akan dijadikan santapan empuk penduduk itu.

Saat Poi dimasukan ke sel kandang ayam raksasa, Poi tidak sedikitpun merespon dan masih tertidur dengan nyenyak seperti tidak ada beban hidup. Dia tidak tahu menahu kalau bahaya yang mengancam hidupnya sudah sangat dekat.

Bisa-bisanya dia masih tertidur pulas tanpa kecurigaan sedikit pun. Padahal orang-orang tawanan di sekitarnya terlihat berkeringat dingin dan penuh raut ketakutan. Suara isak tangis tertahan pun samar-samar terdengar.

Ada dua orang di samping sel kandang Poi yang memperhatikan tubuh Poi. Sepertinya mereka familiar dengan keberadaan Poi.

Setelah diamat-amati cukup lama, terkejutlah dua orang itu. Ternyata, kapten bajak laut dan ajudannya terdampar dan terkurung di pulau yang sama, Pulau Tengkorak.

Peluh keringat dan tampang pucat pasi terpatri di wajah keduanya.

Namun, mereka bertanya-tanya.

Mengapa bisa si legenda laut terdampar di pulau yang sama?

Mengapa para penduduk pulau ini membawanya dalam keadaan terkapar?

Apakah penduduk pulau ini menemukan kapal yang mereka miliki?

Akankah sang legenda bertahan dari situasi ini?

Begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala mereka, hingga tiba-tiba salah satu tawanan yang ditarik paksa dari sel untuk disantap menyita perhatian semua tawanan. Tatapan ngeri, isak dan teriakan menginterupsi heningnya malam.

Ini bukan saatnya memikirkan dan mempertanyakan hal itu. Bau busuk sang legenda masih bisa ditahan dengan tebalnya masker, lagipula jarak mereka dengan kandang si legenda terlampau cukup jauh. Saat ini yang terpenting bagi mereka adalah menyusun rencana ketika mereka berdua atau salah satu dari mereka ditarik keluar untuk dijadikan santapan penduduk pulau itu.

Keesokan paginya, Sigung pun terbangun dari tidur pulasnya.

Tapi, matanya terbelalak kaget melihat Poi tidak ada di sampingnya.

Sigung langsung mencari temannya di sekitar gubuknya dan meneriaki namanya. Namun tidak ada respon apapun dari si empunya nama. Hingga Sigung menemukan parang yang terjatuh di samping pohon depan gubuknya. Ini nampak familiar. Sigung pun tahu temannya itu di bawa kemana.

To be continued
***

Hayoloh, Poi mau diapain itu?
Btw, gimana, nih nasib Ajudan dan Kapten Janggut Hitam?🤔

Akankah Sigung menolongnya? Atau bakal jadi pahlawan kesiangan? Tunggu lanjutan ceritanya, yak!😆👉

Suka gak? Suka gak? Ya sukalah, masa nggak. Kan Poi gemay, gemoi~poi. Kalo suka dukung boleh lah support... Okeh?😉👌

Biar bisa 1k readers, yey!✨
( ˘ ³˘)♥

Kalo gitu see you di next episode, ya!👋👋👋

#ayosupportauthor

Bonus wujud Sigung

Note: percayalah, otaknya tak sebodoh wujudnya! Jangan ngeremehin seorang Sigung, bosqu!😤✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: percayalah, otaknya tak sebodoh wujudnya! Jangan ngeremehin seorang Sigung, bosqu!😤✨

POi the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang