Ini cerita tentang Balarama yang mencintai Zavares.
***
Balarama adalah seorang laki-laki berparas tampan dan memiliki otak yang sangat pintar. Mempunyai banyak harta, dan jangan lupakan dia adalah pewaris tunggal di keluarga Dewata.
Sementara Zavar...
Heh kamu yang baca!! Iya, kamu! Jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk dukungan buat author 🌷
• • •
Salam miawww
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
DEWATA MANSION
Terpampang jelas tulisan itu dari kejauhan. Rumah megah bak istana, dengan banyak maid dan bodyguard di dalamnya membuat banyak orang iri dengan itu.
Dari kejauhan pula, terdengar suara mobil yang mendekat. Para bodyguard langsung berhamburan keluar untuk menyambut siapa yang datang.
Maid yang berjejer di sepanjang jalan menuju pintu utama dengan menundukkan kepala masing-masing.
Sampai sebuah mobil tiba, dan seorang sopir yang membukakan pintu bagi orang yang akan turun.
Semuanya menunduk untuk memberi hormat.
Seorang remaja laki-laki turun dari sana, dengan wajah yang sangat tampan dan menawan. Siapa yang tidak akan terpukau melihat ini?
Kacamata hitam yang ia pakai, sekali lagi menambah ketampanannya sepuluh kali lipat.
Derap langkah memasuki pendengaran laki-laki itu, dengan sedikit senyuman, dia dapat melihat seorang pria keluar bersama seorang wanita, dan tiga orang gadis yang sangat laki-laki itu kenali.
"Welcome back, my son!"
Kata itu membuat semua para maid dan bodyguard mengangkat kepala mereka. Tuan muda rumah ini telah tiba setelah dua tahun hilang tanpa kabar di luar negeri.
"Apa kabar, Rama?"
Dia adalah Balarama. Anak terakhir sekaligus calon pewaris tunggal di keluarga Dewata.
Gadis itu hanya mengangguk tanpa berucap. Balarama seolah paham hanya tersenyum singkat.
"Setelah dua tahun, sekarang kamu tiba di Indonesia dan mengejutkan banyak wartawan." Sungsang menepuk pundak Balarama pelan, sebelum dia berjalan memasuki mobil yang sudah disiapkan. Tentunya bersama Ralung.
Balarama hanya diam. Dia sama sekali tidak menatap Ralung. Menoleh saja tak mau, apalagi menatap bahkan berbicara dengan wanita itu.
