48. Epilog

315 19 0
                                    

Up!!!

Udah lama gak muncul hehe

Selamat membaca

•••

Baladewa dan Abara diam menunduk takut dihadapan Zavares. Pria itu memutuskan untuk membawa kedua remaja laki-laki itu pulang untuk diceramahi.

Baladewa siswa SMP dan Abara siswa SMA. Sekolahnya satu lapangan membuat kedua orang ini sangat sering mengobrak abrik sekolah dengan kenakalan mereka masing-masing.

"Pa, dia duluan. Dewa gak salah serius!" Baladewa mencoba membela diri, namun Zavares tetap diam. Tidak perduli dengan wajah Zahra yang menatapnya memohon agar tidak menghukum anaknya dengan berat.

"Kali ini Papa gak bisa kasih kamu toleransi, Dewa. Apalagi Abara."

Abara mengangkat kepalanya. "Lo siapanya gue?"

Zavares diam. Abara membuatnya tidak bisa berkata-kata. Kenapa remaja ini jadi emosi dengannya?

"Kamu sebenarnya kenapa, Bara? Om ada salah apa sama kamu?"

Abara berdecak. "Gak, cuma gue gak suka diatur sama orang yang gak ada hubungan darah sama gue."

Zavares memijat batang hidungnya. "Kamu kembali ke rumah aja, Bara. Cari Pertiwi dan ajak dia kesini."

Abara mengangguk. Dia keluar dari rumah Zavares dengan langkah perlahan.

"Palingan mood dia lagi jelek, Pa." Zahra berkata sambil melihat punggung Abara menghilang dari pandangannya.

"Ra, kamu tahu? Sikap Abara itu hampir sama kaya Rama."

Baladewa berdecak kesal. "Dia terus, orang mati kok diinget? Papa gila?"

Zahra langsung menatap Zavares, dengan cepat dia menarik tangan Baladewa membawa anaknya pergi dari hadapan Zavares.

Zahra takut jika Zavares akan mengamuk. Dia tidak mau Zavares menyakiti putranya sendiri. Apalagi karena emosi semata.

"Mama kenapa?" tanya Baladewa disela Zahra menarik tangannya. Dia menoleh kebelakang dimana Zavares memperlihatkan kilatan amarah dimatanya. Baladewa bisa merasakan hal itu.

"Kamu jangan keluar kamar dulu, Mama mau ngomong sama Papa kamu."

Mau tidak mau Baladewa menurut. Dia berusaha menenangkan dirinya sebentar seraya mencoba mendengar apa yang akan Mama dan Papanya bicarakan sekarang.

Zahra menghampiri Zavares. Dia menggulum bibirnya sendiri merasa takut. "Aku mohon jangan marah sama Dewa, Res. Dia masih kecil."

"Masih kecil? Dia harusnta punya tata krama biar gak asal ngomong gitu, etika dia gimana?!"

"Iya aku tahu! Tapi Dewa pantes kaya gitu karena kamu terus aja nyebut, Rama! Dia! Dia! Dia! Balarama aja terus!"

"KENAPA? GAK SUKA?! HARUSNYA DARI DULU KAMU NYADAR KALAU AKU SAMA RAMA BISA BAHAGIA TANPA HAMA KAYA KAMU!"

Baladewa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia khawatir Zahra akan disakiti oleh Zavares. Tapi dia harus menuruti ucapan Zahra untuk tidak keluar dari kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BalaResTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang