6.Gengsi

747 81 1
                                    

Hai bestii 🤍
Sekali lagi aku ingetin ini zona bxb.

Salam miawww

Salam miawww

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Setelah sedikit perdebatan dengan Zavares, Balarama kini sudah sampai di taman sekolah. Tempat yang rindang dipenuhi pohon yang membuat teduh. Balarama suka suasana ini.

Dia memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus. Membayangkan bagaimana jika dia memiliki Zavares dan bersenang-senang, namun semuanya dihapuskan karena ucapan Zavares barusan.

"Gue yang salah?" gumannya bertanya pada dirinya sendiri.

Jujur untuk kali ini Balarama tidak bisa berbuat apapun kecuali mengungkapkan semuanya untuk Zavares. Temannya menganggap Balarama sudah kembali normal, namun nyatanya belum. Apakah dia harus berpura pura normal agar dia bisa tahu Zavares juga suka padanya atau tidak.

"Ram? Itu lo bukan?" Balarama membuka matanya, dia menoleh ke belakang dimana ada seorang gadis yang datang menghampirinya.

Gadis itu adalah kakaknya sendiri. Saraswati. Satu satunya orang yang sering menjadi pendengar curhatan Balarama hanya Saraswati. Jika Aruna, cewek itu akan langsung bertindak, dan jika dengan Pertiwi maka itu akan membahayakan orang yang dia suka.

"Kak? Sini duduk."

Saraswati tersenyum. Dia duduk disebelah Balarama dengan kepala menyender di lengan adiknya itu.

"Lo masih suka sama Zavares?" tanya Saraswati.

Tanpa beban, Balarama mengangguk membenarkan. Dari dulu sampai sekarang dia memang menyukai Zavares. Hanya saja sedikit rasa bencinya pada Zavares karena cowok itu bertunangan dengan Zahra.

"Ram, kalau lo suka sama dia dan lo perjuangin tapi kalau sama sekali gak dilirik, gue saranin berhenti aja. Gue juga mau liat lo normal," ujar Saraswati.

Mengetahui fakta bahwa Balarama suka dengan sesama jenis membuat dirinya terkejut bukan main. Terlebih lagi dengan amarah Sungsang yang sangat menyeramkan jika katanya sih.

"Gabisa kak, gue gabisa hapus semuanya. Tiga tahun, dan setahun sama dia ditambah gue dua tahun di Amerika aja masih kebayang sama dia," sahut Balarama.

Saraswati mengelus lengan Balarama menenangkan cowok itu agar tidak banyak berfikir.

"Gimana kalau lo coba bikin dia cemburu? Siapa tahu kan?"

Balarama menatap Saraswati. Dia tersenyum senang. "Kenapa gak kepikiran dari dulu, sih?!"

Dia dengan cepat pergi dari taman meninggalkan Saraswati yang diam menatap punggung adiknya itu. Bahagia Balarama itu mahal. Sebab Balarama tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi bahagia.

BalaResTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang