4.Hades dan AMOR

789 73 0
                                    

Hai buat yang baru baca🤍
Aku ingetin lagi ini cerita bxb, bagi yang homophobic silahkan di skip.

Aku gak maksa kalian buat baca, dan juga gak maksa buat suka.

Selamat membaca dan salam miawww 🌷

Selamat membaca dan salam miawww 🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kali ini Hades duduk diruang tamu yang luasnya bahkan melebihi kamarnya sendiri. Dirumahnya saja, kamarnya yang paling besar, namun disini? Hades sedikit iri dibuatnya.

Di depan Hades sudah duduk tiga gadis yang bersidekap dada yang sudah siap ingin menjawab pertanyaan apapun yang akan Hades tanyakan.

Balarama hanya duduk di pembatas tangga, dengan tangan yang dia gunakan untuk menunjang tubuhnya, dia kini menatap keempatnya dengan tatapan berbeda-beda.

"Langsung aja kenapa lo kesini?" tanya Aruna. Dia tidak suka bertele-tele.

"Kalau mau bahas soal Zahra..."

"Mending lo angkat kaki aja!"

Itu lanjutan dari Pertiwi dan juga Saraswati. Bagaimanapun Hades meneguk ludahnya takut, ketiga gadis didepannya terlihat menyeramkan dengan rambut acak-acakan dan seragam sekolah yang sedikit terkena bercak darah.

"Ehh ada tamu? Kok Mama enggak tahu?"

Hades nampak lebih tenang setelah kedatangan Ralung. Berbeda dengan keempat anak dari Sungsang, mereka malah mendengus tak suka.

"Tante," sapa Hades sambil menyalimi tangan yang sudah agak keriput itu. Dalam hati Balarama berdecih, bisa-bisanya Hades sopan dengan orang yang sudah merusak kebahagiaan ibunya dulu.

"Udah lama? Ngapain kesini? Mau nyari Rama?"

Hades tersenyum canggung. "Bukan, Tan. Jadi mau minta pertanggung jawaban Aruna, soalnya dia udah..." Hades menggantungkan ucapannya.

Ralung mengangkat alisnya seorang bertanya apa kelanjutan dari ucapannya. Kalau Balarama, dia bahkan tidak perduli dengan apapun yang terjadi. Berbeda dengan ketiga kembar bersaudara itu, mereka nampak santai sambil menyemil ciki yang mereka ambil dari dapur.

"Bully Zahra."

Mata Ralung mendelik tak percaya. Dia menatap Aruna, Pertiwi, dan Saraswati bergantian. Tentu dengan padangan nyalang itu, tapi mereka tidak takut. Justru mereka membalas tatapan itu dengan tatapan yang lebih tajam lagi.

BalaResTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang