44. New life

255 15 0
                                    

Dari part ini mungkin kalian bakalan bosen soalnya udah enggak ada Balarama.

Di part ini akan diteruskan oleh kurcaci Dewata.

•••

BalaRes

••

"Bunda kalau jalan hati-hati, dong. Lihat kan, jadi lecet."

"Kali ini setuju sama si Anggara, kaki Bunda tuh mulus tapi lecet gini jadinya."

"Azarel enggak tahu apa-apa serius!"

Pertiwi tersenyum manis. Dia mengusap masing-masing rambut anaknya. Seperginya Balarama, ada banyak perubahan. Mulai dari Saraswati yang tiba-tiba menghilang dan warisan keluarga yang jatuh ke tangan Aruna.

"Bunda jadi kangen sama Paman kalian," ujar Pertiwi sambil menangkup pipi Azarel. Putra bungsunya yang hanya satu kali digendong oleh Balarama.

"Paman Rama? Bunda jangan sedih, oke? Percaya kalau Paman Rama bahagia disana," ujar Anggara, anak sulung yang tidak perduli dengan apapun kecuali sang Bunda.

Abara mengangguk. "Bener, Paman Rama pasti bahagia, Bunda." Dia menyender di lengan Pertiwi seraya mengelus rambut panjang Bundanya.

"Balarama belum pasti bahagia, Ngga. Kita belum tahu kenapa Zavares bisa tahu kalau dia donorin ginjalnya buat George," ujar Pertiwi. Dia berdiri dan berjalan menuju balkon.

"Bunda mau kita cari tahu?" tanya Azarel menatap Bundanya yang merunduk dengan wajah sedih. Wanita itu mengangguk pelan.

"Bunda tahu kalian bisa, tapi ini bakalan bahaya."

"Shaka bakalan bantuin!"

Shaka, putra dari Aruna. Lebih tepatnya anak diluar nikah. Shaka tidak menepis fakta itu, yang penting dia tampan.

"Shaka, kamu yakin?"

Remaja itu mengangguk sambil tersenyum. "Kalau itu demi Paman Rama, kenapa enggak?"

Shaka memang tidak mengenal Balarama, namun dari cerita Pertiwi, Shaka menyukai karakter dari Balarama.

"Ada sesuatu sama Mami."

Keempatnya menatap Shaka dengan pandangan tak terbaca. Pertiwi mendekat. "Sesuatu?"

Shaka mengangguk. "Mami sering bangun tengah malem dan telfon sama orang yang enggak dikenal. Itu nggak cuma sekali, Bunda. Habis telfon lagi terus Mami telfon orang lagi."

"Ambil job, kali!"

Anggara menatap horor kembarannya. Membuat Abara cengengesan tidak jelas.

"Terus, Mami sering marah-marah tentang kabur, kabur, dan kabur."

"Mungkin dia ngutang?"

Demi apapun Anggara berjanji sekali lagi Abara menyahut maka cowok itu akan terjungkal. Bukan hanya Anggara, namun Shaka akan menendang cowok itu meski Abara lebih tua darinya.

"Sekali lo ngomong, abis sama gue!" desis Anggara dan Shaka.

"Kita perlu Zavares!"

BalaResTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang