18.Akhirnya

578 51 3
                                    

Up!

Kyaaa seneng banget serius😫
Kemaren aku liat yang baca baru 200an dan sekarang udah 300an huhu, makasih banget yahh🤍

Cuma votenya aja yang sedikit, tapi gapapa, intinya banyak yang baca.

Intinya jangan lupa tambahin ke perpustakaan kalian🥰

Kalau ada kata yang menjanggal harap komen💫

Salam miawww 🌷

Salam miawww 🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kedua remaja laki-laki itu tengah misuh-misuh karena mendapatkan tatapan tajam dari Jeya. Wanita itu melipat tangannya didepan dada dengan sorot mata tajam.

"Ma, ini gak sengaja kok!"

Zavares mencoba memberikan penjelasan, namun Balarama memilih untuk diam. Tidak ada gunanya untuk menjelaskan, jika kebenaran sudah dilihat secara langsung.

"Mama gak nanya itu, Res. Tapi Mama mau nanya sama Rama," ujar Jeya sambil menatap Balarama yang kini menatapnya dengan tatapan bingung.

"Nanya apa, Tan?" Balarama menaikan sebelah alisnya. Sedikit tidak sopan dengan cara duduknya, tapi Balarama hanya ingin merasa nyaman.

"Kamu suka Ares?"

Balarama diam. Dia melirik Zavares yang menatapnya tajam. Seakan menyuruhnya untuk mengatakan 'tidak'.

Balarama menggeleng pelan. Itu membuat Jeya berdecak malas.

"Jujur sama Tante. Kamu gak perlu nurut sama Ares," ujar Jeya menekan. Dia tidak suka dengan kebohongan.

"Iya, Tante. Maaf."

Jeya mendelik cepat. Serius Balarama suka dengan Zavares? Wanita itu menatap Zavares yang kini sudah menunduk dengan wajah yang seperti menahan marah.

Jeya kemudian beralih menatap Balarama yang menunduk setelah menjawab pertanyaan dari Jeya. Remaja laki-laki yang sudah Jeya anggap sebagai anaknya kini sedikit membuat dirinya merasa marah.

"Alasan kamu suka Zavares, apa?" tanya Jeya.

Balarama mengangkat kepalanya, dia menatap Jeya dalam. Alasan yang harus ia ceritakan pasti akan panjang, dan apakah Balarama sanggup untuk menceritakannya?

"Ceritain aja, Ram." Itu perintah dari Zavares, dan akhirnya Balarama mengangguk setuju.

"Karena Zavares itu teman pertama Rama, Tan. Dia yang bikin Rama tahu apa itu keluarga setelah diajak kesini. Kepergian Mama karena wanita itu bikin Rama benci sama wanita meski gak semua, itu..."

BalaResTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang