14.Minta Maaf

661 63 1
                                    

Up!

Huwaaa aku lagi seneng banget ternyata cerita ini bisa rame😭
Fiks banget yang suka bxb ternyata bukan cuma aku gitu😭

Buat yang baru baca, jangan lupa di vote dan follow akun aku, okey?!
Maksa nih><

Buat yang suka sama cerita ini jangan lupa tambahkan ke perpustakaan pribadi 🌷

Salam miawww 🌷

Salam miawww 🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Zavares merasa bimbang dengan semuanya. Sekarang remaja laki-laki itu tengah berdiri didepan cermin besar di kamarnya dan menatap dirinya sendiri dengan tatapan sedikit sendu.

"Gue harus gimana?" guman Zavares bertanya. Dia menghela nafas mencoba merutuki mulutnya yang tanpa sengaja berbicara begitu tentang Aruna ataupun tentang kedua kembaran gadis itu.

Tok tok tok

"Anak Mama!"

Zavares meringis. Dia berjalan lesu guna membuka pintu.

"Astaga muka kamu? Kenapa?!" panik Jeya. Wanita dengan wajah awet muda itu sangat panik melihat wajah lesu Zavares. Apalagi anaknya itu baru selesai makan, jadi apakah Zavares keracunan?

"Mama padahal gak sempet tambahin racun tikus di makanan kamu, kok lemes duluan?" Pertanyaan Jeya seketika membuat Zavares mendelik. Enak saja dia ingin diberi racun tikus.

"Mama mau bunuh Ares?" tanya Zavares kesal.

"Enggak sih. Tapi kalau kamu mau dibunuh, tunggu Papa pulang nanti Mama bilangin ke Papa kalau kamu bosen hidup," jawab Jeya enteng.

Begini kalau punya Mama yang sedikit nyeleneh. Kadang Zavares merasa kesal dengan Mamanya. Dikagumi banyak orang karena pintar, tapi bagi Zavares? Mamanya itu menyebalkan.

"Papa kerja? Kok tumben Mama engga ikut?" tanya Zavares sedikit heran.

"Mau ke makam Sarita. Inget kan? Itu loh almarhum temen Mama," jawab Jeya.

Zavares memicing, nama itu sepertinya dia pernah dengar. Tapi entah dimana dan kapan.

"Kamu lupa?! Itu Tante yang bikinin kamu teh pas di taman, kalau gak salah umur kamu dua tahun."

Bisakah Zavares menjadi anak durhaka untuk kali ini saja? Saat umurnya dua tahun mana bisa mengingat woi. Zavares hanya menghela nafas sabar mendengarkan ini.

BalaResTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang