1. Protective Marc

1.2K 97 13
                                    

Setelah apa yang terjadi di Duat, rasanya wajar jika Marc menjadi super-protective terhadap Steven. Hal itu bisa dilihat dari jadwal penggunaan tubuh yang dibuat olehnya. Penjadwalan itu sudah Marc buat setelah Steven mendapatkan pekerjaan di museum yang baru. Marc kebagian jatah menggunakan tubuh saat Steven berangkat menuju tempat kerja dan saat perjalanan pulang ke flat. Saat sudah sampai di Museum atau flat, kendali akan beralih pada Steven. Memang terasa seperti overprotektif, namun alasan Marc melakukan hal itu sebenarnya sederhana: karena Steven dianggapnya ceroboh. Ia takut Steven terjatuh ketika menyebrangi trotoar, takut Steven terlindas bis, takut Steven dibegal orang-orang sinting ketika pulang malam, takut Steven kelelahan.

"Kau terlalu berlebihan, mate!" Steven kerap mengehela napas karena hal itu. Tapi ia tak pernah bisa menang melawan Marc yang dominan. Apalagi jika Marc mengeluarkan kalimat pamungkasnya saat Steven bersikeras melawannya.

"You have to understand, buddy! I can't lose you...again." Suara Marc berat, seolah-olah kerongkongannya tersumbat asbak. Matanya berkaca-kaca, wajahnya memelas dari pantulan cermin. Titik lemah Steven seketika mengapung ke permukaan. Ia menurut.

Untungnya, tindakan Marc yang terlalu protective itu sampai saat ini belum membuat Steven merasa tidak nyaman. Malah, ia lebih sering terharu akan hal itu. Sebenarnya itulah alasan kenapa ia cepat menyerah ketika Marc mulai berlebihan akan segala hal. Sekejap setelah kata-kata memelas itu keluar dari mulut Marc, Steven mulai merasakan sesuatu yang aneh menyerang tubuhnya. Jantungnya tiba-tiba bergejolak, telapak tangannya gatal, mulutnya kering, matanya berkedut-kedut, wajahnya seolah-olah memerah dan mau meledak. Ia tentu tak mau hal itu terjadi di depan Marc, makanya ia menyerah saja supaya Marc menghentikan 'apapun itu yang membuatnya tubuhnya merasa aneh'. Sering ia bertanya-tanya, apakah Marc juga merasakan apa yang ia rasakan mengenai serangan itu, mengingat mereka menempati tubuh yang sama? Steven harap tidak. Karena kalau iya, serangan yang menimpanya pasti akan jauh lebih parah. Tapi untuk saat ini, sepertinya memang tidak, karena Marc tidak pernah membahasnya.

Hari-hari Steven dan Marc berjalan dengan baik setelah kejadian dengan Ammit di Kairo. Steven, dengan usaha keras dan jerih payahnya, kini telah berhasil mendapatkan pekerjaan di museum lain, meskipun posisi impiannya sebagai guide tour masih belum bisa ia capai. Di sana, ia diterima sebagai penginventaris barang dan penjual souvenir, persis seperti posisi yang ia dapatkan di museum yang lama. Hanya saja, suasana yang ia dapatkan di museum baru ini jauh lebih menyenangkan ketimbang yang dulu, karena tidak ada lagi Donna yang sering sarkas kepadanya. Sebaliknya, ia mendapatkan rekan kerja yang baik sekali, yaitu seorang pria bernama Dane Whiteman yang posisinya sebagai guide tour.

Steven mengenal Dane sebagai seorang yang ramah, baik, dan murah senyum, namun Marc tidak terlalu menyukai pria itu. Ia malah meminta Steven agar tidak terlalu dekat-dekat dengan Dane, karena Marc bersumpah pernah melihat pria itu bermain-main dengan pedang, dan jelas caranya memainkan benda tajam itu bukan seperti orang amatiran. Steven tidak percaya akan hal itu, tapi Marc tetap bersikeras bahwa ia tidak membual.

Di sisi lain, Marc bukannya cuma mau menjadi parasit dan membiarkan Steven berusaha seorang diri mencari nafkah. Ia juga sudah berusaha mencari kerja. Beberapa kali ia mengirim lamaran ke berbagai tempat yang mau menerimanya kerja shift malam atau di akhir pekan, entah itu jadi kuli angkut pelabuhan maupun penjaga mercusuar. Namun sayangnya, sampai saat ini masih belum ada hasil. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk fokus menjaga Steven saja.

Sementara itu, hubungan keduanya sekarang jadi jauh lebih baik. Marc dan Steven yang dulunya menjalani hidup masing-masing meskipun berada pada tubuh yang sama, kini telah menjadi satu paket yang tak bisa dipisahkan. Steven kini punya teman yang selalu menemaninya membaca buku pada malam hari dan mau mendengarkan ocehannya tentang sejarah Mesir Kuno. Adapun Marc tak pernah merasa kesepian lagi. Setiap kali ia terbangun dari mimpi buruk atau teringat akan suatu trauma yang mendalam, Steven akan muncul dari pantulan cermin yang bersandar tepat di sisi ranjang, menenangkannya dengan penuh kasih sayang. Sesekali Steven menyanyikan lagu agar Marc bisa tidur lagi. Terkadang, apabila trauma yang menghantui Marc terlalu besar sehingga ia sulit ditenangkan, Steven akan mengambil kendali hanya pada tangan Marc, kemudian mengusap-usap rambut atau pipinya dengan halus. Marc mengenali tangannya sendiri. Tangannya yang dingin, kasar, brutal, dan selalu mengepal. Sumpah, tangannya tak pernah terasa sehangat dan selembut ini kecuali jika Steven yang menggerakannya.

"Kau mau aku masuk, mate? Aku akan membuatkanmu susu hangat dan membelikanmu apapun agar kau bisa tidur lagi." Steven menawarkan switch sambil terus mengendalikan tangan Marc, merapikan rambutnya dan mengusap keringat dingin yang menyembul dari pori-pori di dahinya.

"Tidak perlu, buddy," Marc berbisik sambil menempelkan dahinya ke permukaan cermin. "Kau segalanya yang aku butuhkan."

Steven merasakan serangan itu kembali menggerayanginya.

HeadmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang