(39.Waktu Senja)

2.4K 88 1
                                    

Happy Reading☠️

"Lo lah kok gue""Jelas jelas lo yang kalah""Mana ada gue yang kalah""Bangsat lo Ren"Mata Arendra melotot saat Areksa mengumpat dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo lah kok gue"
"Jelas jelas lo yang kalah"
"Mana ada gue yang kalah"
"Bangsat lo Ren"Mata Arendra melotot saat Areksa mengumpat dihadapannya.

"Apa lo"
"Dasar lo adik gak tau diri"
"Sama aja lo abang gak tau diri"Arendra menghembuskan nafasnya lalu tersenyum tipis menatap Areksa.

"Ngapain lo"Ujar Areksa bergidik, Arendra menggeleng dan menyondorkan susu colat dihadapan Areksa, Areksa menatap Arendra aneh namun juga mengambil susu tersebut dari sang kakak.

   Wajah Areksa semakin hari nampak semakin pucat, tubuh cowok itu juga semakin kurus, Areksa benar benar sudah berubah walau perlahan, membuat hati Arendra dan orang orang terdekat cowok itu merasakan nyeri, Kini untuk jalan saja Areksa sudah tak mampu, cowok itu mengenakan kursi roda sebagai bantuan.

"Lo jelek kalau kurus"Areksa menepis tangan Arendra yang mengelus pucuk rambutnya.

"Gue bukan kucing"Arendra terkekeh dan memukul lengan Areksa, membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Lemah"Ledek Arendra membuat Areksa memutar bolamata malas.

"mama lo mau ke.."
"Gue gak mau"Arendra menggeleng, mau bagaimanapun Tari teteplah mama kandung Areksa, walau sesakit apa wanita itu mencoba menyakiti Areksa, Arendra faham betul Areksa tak pernah membenci Tari sepenuhnya.

"Mau bagai.."
"Ren lo bisa pergi, gue mau istirahat"Arendra menatap Areksa dengan tatapan yang tak bisa diartikan, Namun sesaat kemudian Arendrapun bangkit.

"Gue tunggu lo sembuh sepenuhnya Rek"Gumam cowok itu lalu pergi meninggalkan Areksa, Arendra mendekat kepada wanita yang kini tengah menangis sendu menatap Areksa dari kejauhan, Ada beberapa kejanggalan dibenak Arendra yang ingin sekali ditanyakan namun selalu ia urungkan.

"Terimakasih"Gumam Tari menghapus airmatanya, Arendra mengangguk dan segera pergi meninggalkan taman rumah sakit tersebut, Tari terus menatap sang putra yang kini diam memegangi dadanya, Tangisan Tari semakin pecah kala melihat Areksa menatap tangannya yang dipenuhi rontokan rambut.

"Kenapa kamu harus terlahir dirahim mama nak"Gumam Tari.

  Bibir pucat itu tersenyum dibarengi tangan yang segera disembunyikan disaku seragam pasien yang melekat ditubuhnya, Areksa mengamati Auris yang tengah mendekat dengan wajah yang nampak ceria.

"Hai sayang"Sapa Auris dan langsung berjongkok dihadapan Areksa.

"Aku cari kamu kemana mana ternyata kamu disini"Areksa mengangguk dan melirik papan catur disampingnya.

"Arendra ngajak aku main catur"Auris tersenyum sembari mengangguk, tangan gadis itu beralih mengelus rambut Areksa, namun wajah gadis itu seketika berubah saat tangannya dipenuhi rambut Areksa yang rontok, membuat cowok itu meraih tangan Auris dan membersihkan helaian rambut tersebut.

AREKSA  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang