33. He is a Good Boy, I think?

947 90 2
                                    

2005 - Part. 13

Selesai mengemas barang - barangnya, Sarah menggeret kopernya dan turun ke ruang Rekreasi. Ia bertemu dengan Harry disana.

"Sarah... " Panggil Harry dengan lembut. Sarah langsung mengusap air matanya yang masih tidak bisa berhenti menetes.

"Uhm, ada apa, Harry? Apakah kau sudah mengemasi barang - barangmu?" Tanya Sarah yang berusaha untuk tersenyum

"Sudah, aku hanya tinggal mengambilnya diatas. Tunggulah aku, ada yang ingin ku bicarakan" Harry

"Apa?"

Harry mengatur nafasnya, "Hari saat dimana Cedric meninggal. Dia memintaku untuk membawa jasadnya kembali dan dia juga menitipkan pesan padaku untuk memberimu ini... " Harry menyodorkan sebuah amplop kecil.

"Apa ini?"

"Entahlah, Cedric bilang dia menaruh surat ini dikamarnya. Aku baru saja meminta tolong pada anak Hufflepuff yang sekamar dengan Cedric untuk mencari ini. Dia menyuruhku memberikan ini padamu"

Sarah menerima surat itu dengan gemetaran. Air matanya terus saja menetes.

"... Dia juga bilang pada saat - saat terakhirnya. Dia bilang bahwa... Setidaknya jika dia tidak bisa membuatmu jatuh cinta padanya, dia tidak ingin melihatmu menangis karenanya" Lanjut Harry yang hati - hati dengan ucapannya.

"Baiklah, kalau begitu... Terima kasih, Harry. Aku akan menunggumu dibawah saja ya. Jangan lama - lama. Okay? Hermione dan Ron sudah menunggu kita"

Harry mengangguk sambil tersenyum, kemudian Sarah pergi duluan.

***

Sarah buru - buru pergi dari Asrama dan mencari tempat yang sepi. Rasanya dia ingin membaca surat dari Cedric, tetapi tidak memungkinkan jika dia pergi ke Astronomy Tower saat ini.

Dan, keadaan Hogwarts cukup ramai kali ini. Karena, banyak siswa - siswi yang sedang berpamitan satu sama lain sebelum mereka liburan.

Akhirnya dia duduk saja di Middle Courtyard, memang disana tempat paling ramai saat ini. Namun, rasanya ia tidak tahu harus kemana lagi, lagipula sepertinya tidak akan ada yang menyadarinya jika ia menangis atau tidak. Sarah memilih bagian yang agak pojok.

Sebelum akan mencari keberadaan Hermione dan Ron. Rasanya, ia ingin cepat - cepat membuka surat ini. Tetapi dia takut jika dia akan semakin sedih.

Sarah menarik nafas dalam - dalam kemudian membuangnya pelan. Ia masih menggenggam surat itu.

"Kali ini ku jamin kau membutuhkannya... " Sebuah sapu tangan tiba - tiba ada di depannya. Ini sapu tangan miliknya yang sekarang sudah menjadi milik orang lain.

Draco Malfoy.

Laki - laki tampan dengan rambut pirang itu duduk disamping Sarah. Tidak seperti biasanya, dia kali ini hanya sendiri, tidak ditemani oleh Crabbe ataupun Goyle, bahkan Pansy.

Sarah mengambil sapu tangan itu lalu menyeka air matanya.

"Apa yang kau pegang itu?" Tanya Draco melihat sebuah amplop ditangan Sarah

"Harry bilang padaku kalau pada saat terakhirnya, Cedric menitipkan surat yang telah ia tulis sebelum meninggal" Suara Sarah merendah.

Draco mengerutkan alisnya, "Kau mau membacanya?" Tanya Draco lagi

"Entahlah, Draco. Mendengar namanya saja sudah membuatku tidak bisa berhenti menangis sampai sekarang" Jawab Sarah sambil tersenyum miris

"Bacalah, aku akan menemanimu" Draco mengusap punggung Sarah. Dan akhirnya, Sarah mengangguk, memberanikan diri untuk membuka surat dari Cedric.

Similiar Enemy ; Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang