44. Pacar Pangeran Slytherin

667 54 0
                                    

2007 - Part. 11

Umbridge pergi dari ruangan itu bersama Hermione dan Harry. Sedangkan anak - anak Regu Inkuistorial dan sebagian anggota Dumbledore's Army masih ada disana.

Draco melepas tangan Sarah, "Maaf, aku mencengkrammu terlalu keras" katanya pelan. "Lepaskan mereka..." Anggota Regu Inkuistorial yang lain terkejut saat Draco memerintahkannya untuk melepas tawanan mereka masing - masing.

"Draco-" Blaise baru saja akan berbicara tetapi Draco dengan cepat memotongnya,

"Aku bilang, lepaskan" Draco menekankan kata - katanya. Dan, teman - temannya pun menurutinya.

Sarah membelalakkan matanya. Jadi, ini maksud Draco kalau dia akan 'membantunya' ?

"Pergilah" kata Draco sambil menunduk. Jauh didalam lubuk hatinya, ia tidak ingin Sarah pergi, karena ia tidak mau sampai Sarah berada dalam bahaya. Namun, pasti gadis itu tetap akan bersikeras, apalagi mereka sedang bertengkar. Draco berpikir, Sarah tidak akan mau mendengar atau bahkan melihat wajahnya.

Dugaan Draco tak sepenuhnya benar, Sarah memeluk Draco. Berterimakasih. "Terimakasih, Draco!" ucapnya dengan gembira, lalu ia berniat pergi meninggalkan ruangan itu bersama teman - teman Dumbledore's Army- nya. Sebelum tangan Draco kembali menahannya.

"Hati - hati" kata Draco yang membuat Sarah mengangguk sambil tersenyum.

***

Sarah, Ron, Ginny, Neville dan Luna bertemu dengan Harry bersama Hermione juga. Mereka kaget bagaimana bisa teman - temannya bebas.

"Bagaimana kalian bebas?" tanya Hermione

"Kita berteman dengan pacar Pangeran Slytherin kan?" jawab Ginny sambil melirik Sarah, wajahnya merah merona sekarang ini.

"Menyebutnya Pangeran sepertinya cukup menjijikan, tapi tanpa disangka dia telah membantu" ucap Ron.

Tak perlu berlama - lama lagi, mereka pun memutuskan untuk pergi ke Departemen Misteri. Walau sebelumnya mereka berdebat dahulu karena Harry bersikeras untuk pergi seorang diri. Namun, akhirnya Harry mendengarkan apa nasihat teman - temannya hingga ia pergi bersama teman - temannya menuju London.

Sesampainya disana, tempat itu terlihat begitu sepi, mereka keluar dari lift dan masuk ke sebuah ruangan.

"Ini ruangannya..." ucap Harry

Ruangan itu begitu gelap, mereka semua mengucap mantra lumos untuk memberikan penerangan.

Harry mulai menyusuri rak - rak penyimpanan Bola Ramalan. Sementara teman - temannya yang lain menunggunya.

"Seharusnya ada disini" Harry

Neville menatap sebuah Bola Ramalan didepannya, dia membuka suara, "Harry, namamu ada disini"

Harry segera menghampiri Neville dan dengan ragu, ia menyentuh Bola Ramalan yang dimaksud oleh Neville.

"Harry" panggil Hermione saat dirinya melihat sosok bertopeng lengkap dengan jubah hitamnya.

"Dimana Sirius?" Harry

Sosok itu berjalan mendekat, "Kau tahu, kau harus belajar untuk membedakan antara mimpi dan kenyataan" katanya sambil membuka topengnya.

Dan, sosok dibalik itu adalah, Lucius Malfoy.

Sarah mengerjapkan matanya, ia tidak percaya dengan yang dirinya lihat saat ini. Dia seolah tertampar oleh kenyataan. Lucius Malfoy, ayah dari Draco, kekasihnya adalah seorang... Death Eaters?

"... Kau hanya melihat yang Pangeran Kegelapan ingin kau untuk melihatnya. Sekarang berikan padaku, ramalan itu." Lucius melanjutkan kata - katanya

"Jika kau melakukannya pada kami, aku akan menghancurkannya" Harry

Similiar Enemy ; Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang