beginning of suffering

41.9K 5.2K 202
                                    

Nih tak kasih dabel ap soalnya sungjake lagi jaya
.

Saat dilarikan ke rumah sakit Sunghoon harus menelan pil pahit dalam hidupnya karena permintaan dokter beberapa bulan yang lalu tentang memilih antara istri atau anaknya dihadapkan kembali padanya.

Tuan Shim dan para sepupu Jaeyun kembali terlihat sedih padahal baru saja mereka sangat bahagia akan kepulangan kesayangan mereka.

Sedangkan Jungwon tertidur dalam pelukan Sunghoon, mata anak itu bengkak, "Maafkan ayah." Hanya itu yang dapat Sunghoon katakan pada sang anak.

"Nak, aku tidak akan ikut campur apapun keputusanmu, Jaeyun milikmu." Tuan Shim mempercayakan seluruhnya pada Sunghoon selaku ayah dan suami disini.

"Kami sudah punya Jungwon, kurasa satu anak cukup untuk kami." Sunghoon mengusap surai hitam Jungwon.

Tuan Shim menepuk bahu Sunghoon, "Alangkah lebih baik kalian berdiskusi, sini biar ayah bawa cucu pulang."

Sunghoon menatap kepergian mertuanya bersama anaknya dalam diam, kemudian pria itu berdiri menuju ruang rawat sang istri yang berada tepat diseberang tempatnya duduk dan Jaeyun-nya belum sadar juga.

Bibir istrinya memucat, pipi yang biasanya bersemu alami itu tidak ada semburat cantik itu lagi, dan alat medis itu! Menyakiti hatinya, kalau bisa dia saja yang menanggung semua sakit itu.

"Bangun sayang .... aku dan Jungwon menunggumu." Perdana menteri itu kalut karena dua hari sudah istrinya tak sadarkan diri dokter pun tidak bisa memastikan kapan Jaeyun-nya akan sadar.

Tidak ada yang bisa Sunghoon lakukan sekarang selain menunggu manik hazel Jaeyun terbuka dan menatapnya lagi.

"Tuhan kau terlalu banyak menghukum ku, lihat wajah cantik itu tertidur sangat pulas apakah kau memberikan kehidupan sangat indah disana? yang lebih baik daripada yang aku berikan pada istriku?" Sunghoon bicara dengan suara rendah terdengar sangat menyedihkan.

Sunghoon merasa hari ini adalah hari paling menyakitkan dalam hidupnya, dibandingkan masa mudanya yang ditinggalkan pergi oleh keluarganya sendiri ke negeri seberang dan di anggap robot penghasil uang keluarga.

"Jangan tinggalkan aku sayang."

Jaeyun hanya Jaeyun yang menatapnya penuh cinta dan kagum dengan tulus tanpa embel-embel siapa Sunghoon bagaimana Sunghoon itu, Jaeyun mengorbankan segalanya dan sekarang malaikat Sunghoon terbaring tak berdaya di dalam sana.

"Ayo bangun sayang, kita perlu bicara."

Mungkin tuhan langsung mendengar do'a Sunghoon karena berselang beberapa menit istrinya membuka mata.

.

"Sayang ... "

Jake mendengus karena sudah berulang kali Sunghoon begitu lirih memanggilnya dan tangannya tidak bebas dari pria itu.

Mata Sunghoon memancarkan raut bahagia, "Ayo bicara sayang."

"Lho aku harus ngomong apa?! Aneh kamu ini!" Galaknya sudah kembali Jaeyun-nya sudah tidak apa-apa, Sunghoon tersenyum makin lebar.

"Aku ngomong panjang lebar nanti kamu garuk telinga! Aku gak ngomong dipaksa ngomong!" Jake merasakan surainya dielus lembut.

"Iya aku salah." Jake mengangguk, "Emang daritadi juga." Kesal Jake.

Namun tidak berapa lama Jake melihat senyuman manis Sunghoon berganti menjadi raut wajah suram, Jake jadi takut sendiri apakah Sunghoon marah padanya?

"Kita perlu bicara, jadi kamu tau kenapa kamu bisa disini?" Jake menggeleng kaku, Sunghoon mengecup punggung tangannya lembut.

"Kalau kita cuma punya Jungwon, bagaimana?" Badan Jake kaku seketika, apa maksud Sunghoon sekarang adalah kandungannya?

Jake memeluk perutnya dan menepis kasar tangan Sunghoon yang berada dikepalanya.

"Kamu mau bunuh adek bayi?!" Sunghoon menggeleng panik.

"B-bukan sayang kita hanya menempatkan dia sisi tuhan," Jake menangis memeluk perut buncitnya sambil terus menggelengkan kepala.

Sunghoon berdiri ke sisi Jake paling dekat dan menenggelamkan wajah cantik itu ke dadanya, "Sayang kata dokter kita harus memilih antara kamu dan anak kita, a-aku a-aku akan memilihmu, jangan tinggalkan aku."

"Anak kita! Aku pilih anak kita! Jangan egois Sunghoon!"

"Tidak! Sayang dengarkan aku! Kamu mempertaruhkan nyawamu!!" Jake berteriak keras didepan wajah Sunghoon setelah pria itu mengatakan hal tadi, "TIDAK!! SUNGHOON ADEK HARUS TEMENIM KAK UWON!"

"PARK JUNGWON TIDAK PERLU TEMAN!" Mata Sunghoon memanas setelah membentak istrinya yang masih sakit, namun dia terpaksa harus melakukan ini, Sunghoon memerlukan Jaeyun.

Jake tersentak kemudian terdiam mendengar bentakan Sunghoon, hatinya sakit karena Sunghoon berencana menggugurkan mahkluk tak berdosa dalam perutnya ini, Jake beringsut masuk ke dalam selimut dan menangis sesegukan.

"Jahat kamu mau bunuh anak kita." Lirih Jake.

Lirihan menyedihkan itu dapat Sunghoon dengar samar tidak tahan akan rasa sesak dalam dadanya, Sunghoon memeluk pria cantik itu.

Jake menepis kasar badan kekar Sunghoon, "Jangan peluk! Pembunuh!"


Being A Mommy [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang