.Keadaan Jake memburuk setelah pertengkaran itu sebab sejak hari itu dia tak kunjung mau makan apapun yang diberikan, dan hanya diam membisu lalu menangis pilu.
Sunghoon pun tidak lelah membujuk istrinya sayang sekali tidak ada perubahan sama sekali, bukan cuma Sunghoon saja yang di abaikan Jake, Jungwon, tuan Shim dan para sepupunya juga di acuhkan oleh Jake.
Jake mogok makan sudah 2 hari, bibirnya menjadi pucat badannya lemas, dan tidak sanggup membuka mata lebih lama.
"Apa yang kamu mau?" Sunghoon khawatir, memang begitu keras kepala istrinya ini, yang bisa dia lakukan hanya mengalah.
"Biarkan aku melahirkan anak kita." Kata dokter kalau Sunghoon memilih Jake maka hari itu juga akan dilakukan operasi untuk mengeluarkan paksa bayi kecil yang bergantung hidup pada pria cantik itu, dan jika mereka memilih bayi maka Jake harus menunggu sampai melahirkan anaknya normal.
Sunghoon menundukkan kepalanya mendengar itu, "Sayang aku tidak punya siapa-siapa lagi, kamu dan Jungwon cukup untuk kita, tolong ..... " Jake menggeleng, Jaeyun saja mempertahankan anaknya, bagaimana bisa dia menggugurkan bayi ini.
"Kamu punya banyak orang yang selalu disamping kamu, ada Jungwon, ada ayah dan masih ada yang lain, aku ibu Sunghoon, lebih aku yang mati daripada melihat anakku tak bernyawa didepan mataku." Sunghoon memeluk erat istrinya.
Namun Sunghoon tidak setuju, "Kita akan tetap melakukan operasi itu, aku tidak perlu persetujuanmu."
Jake berontak dalam pelukan ĺalu meraung dan melepaskan infus secara paksa, darah muncrat dari punggung tangannya.
"AKH! JAHAT! JAHAT!" Saat mencoba turun dari ranjang Sunghoon menahannya, namun Jake mendorong pria itu dan berjalan tertatih keluar kamar.
"PARK JAEYUN!" Sunghoon mengejar Jake, "Aku tidak mau Sunghoon!"
Para perawat berlari menghampiri mereka, Sunghoon mencoba tidak panik melihat darah bercecer dilantai karena luka dari tangan Jaeyun.
"Jangan mendekat! Hikss .... pembunuh!" Jake bersimpuh dan memeluk lututnya sendiri, sambil terus meracau.
"Suntik bius." Kata dokter.
.
Saat membuka matanya Jake melihat wajah Jungwon yang begitu dekat dengannya, anak gendut itu sesegukan menangis didepannya, Jake memalingkan wajahnya.
"Mama hikss .... " tangan kecil Jungwon berusaha menangkup pipi sang ibu.
"Jaeyun. Lihat cucu ayah .... " tuan Shim bergetar mengatakan itu, Jake diam seribu bahasa.
"Adik jangan begitu, lihat Jungwon merindukanmu." Yeonjun ikut bersuara.
Sunghoon melihat pria cantik itu dari kejauhan, sebab Jaeyun-nya akan menangis lagi jika dia ikut serta dalam pembujukan itu, dan hari ini sudah 4 hari Jaeyun hanya mendapatkan asupan dari cairan infus yang perawat berikan.
Jaeyun-nya hanya makan lewat injeksi bukan secara oral, badannya terlihat lebih kurus dari beberapa minggu yang lalu.
"Adik ayo makan juga," Jake menggelengkan kepalanya dan menyelimuti dirinya sampai kepala enggan melihat semua orang dalam ruang rawatnya.
Tuan Shim menghela nafas kasar, ternyata Jaeyun kecilnya tidak berubah sama sekali walaupun sudah memiliki anak, jika marah selalu bersembunyi dibawah selimut dan mogok makan. Dulu tidak apa-apa sekarang berbeda kondisi Jaeyun sedang tidak sehat.
Melihat keterdiaman sang ibu Jungwon memeluk lengan mama-nya, "Mama uwon lindu cekali .... diam telus ... ayo bicala belcama uwon .... hikss..... "
Jake menangis dalam selimut mendengar tangisan Jungwon sebenarnya dia ingin memeluk anak gendutnya, tapi ini harus Jake lakukan agar mereka semua mengalah untuknya.
Tidak apa dia mati setelah melahirkan bayi ini karena dari awal juga Jake sudah mati kan? Ini bukan tubuhnya, Jake diberi banyak cinta ini sudah cukup, ayah bangga padanya, Jungwon dan Sunghoon sudah saling menyayangi.
Jake tidak akan egois untuk hal ini.
Lagian Sunghoon bisa menjaga Jungwon dan bayinya nanti, Jake yakin pria itu akan sangat menyayangi anak-anaknya.
Jake merasakan lengannya basah, Jungwon menangis begitu lama sama sepertinya, Jake sesak didadanya.
"Sayang .... aku ikut mau mu." Suara Sunghoon terdengar bergetar mengatakan itu, Jake langsung keluar dari selimutnya.
"Janji?!" Pria cantik itu mengarahkan kelingkingnya pada Sunghoon, wajahnya memerah, mata penuh airmata begitu menggemaskan saat menyodorkan jari kelingking sambil tersenyum cerah.
Sunghoon memalingkan wajahnya, "Janji." Jari mereka bertaut, namun Sunghoon tidak sepenuh hati mengatakan itu.
Suami mana yang rela istrinya akan pergi dalam waktu dekat, Sunghoon terpaksa merelakan cintanya pada Jaeyun, kata mertuanya memang benar cinta tidak harus saling memiliki.
Jake memeluk Jungwon setelah melepaskan tautan jari mereka, "Anak mama jangan nangis lagi ya?" Jungwon malah menangis makin kencang.
"Nasib Sunghoon sama sepertiku," gumam tuan Shim.
Tuan Shim pun harus kehilangan istrinya saat wanita itu kekeuh ingin melahirkan anak pertama dan terakhir mereka. Sedari kecil Jaeyun tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, makanya Jaeyun kecil sering menangis saat dia pergi ke perbatasan.
"Sayang bisakah tuhan memberikan anugerahnya pada kita? Aku akan hancur berkeping keping setelah ini jika kamu meninggalkan ku, aku pun tidak sanggup menjadi ayah sekaligus ibu untuk anak kita." Sunghoon mengecup kening Jake dalam.
.
SUNGJAKE JAYA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Being A Mommy [sungjake]
FantasíaEND "Aku dimana?" Jake sangat ingat diharusnya berada dikamar mandi karena sang ayah yang menghukumnya, tapi kenapa dia terbangun disebuah kamar mewah dan dalam keadaan mengandung. Saat keluar kamar para pelayan menunduk hormat penuh ketakutan melih...