this is destiny

37.1K 4.6K 339
                                    


.

Sunghoon memberikan tangannya agar digenggam erat oleh Jake seakan ingin pria cantik itu membagi rasa sakit yang dirasakan pada Sunghoon juga.

"Jangan menyerah sayang, kamu dan anak kita kuat." Jake mengeden sekuat tenaga.

Jake sendiri sudah telanjang hanya berbalut selimut, dokter terus memberikan instruksi pada Jake dan dilakukan dengan baik oleh pria cantik itu.

"Bagus nyonya kepalanya sudah didepan, dorong sekali lagi maka semua selesai," Sunghoon meringis pelan ketika Jake berganti menjambak rambutnya.

Dokter sedikit ngeri melihat itu bagaimana bisa perdana menteri yang mereka segani dan hormati tidak ada harga dirinya dimata nyonya perdana menteri, ini sering mereka lihat hanya saja kalau perdana menteri dan nyonya Jaeyun hal yang luar biasa.

Perdana menteri Park terkenal tegas, arogan dan katanya sedikit kotor cara mainnya sekarang melontarkan banyak kata cinta pada nyonya Jaeyun seorang yang terkenal jahat.

Mereka cocok seperti pasangan tokoh penjahat dalam cerita, "Nyonya sedikit lagi ..... tolong tetap pertahankan kesadaran anda," Dokter terus memperingati hal itu, takutnya setengah jalan dan bayi tidak akan keluar.

"Ayo sayang .... kamu bisa."

Jake sudah tidak tahan lagi nafasnya mulai memberat seakan sudah habis tak tersisa, sekali dorongan kuat mengeden dengan seluruh nafas yang tersisa, suara bayi terdengar diruangan itu dan Jake langsung menutup matanya.

"Anakmu Sunghoon." Itulah yang Jake katakan terakhir kali.

Sunghoon seperti tidak berpijak pada bumi lagi ketika genggaman pada tangannya perlahan mengendur, diiringi istrinya sudah menutup mata.

"Anak anda laki-laki perdana menteri, tapi harap anda keluar dulu kami akan menangani nyonya," beberapa perawat terpaksa menarik tangan Sunghoon agar berjalan keluar ruangan.

Pandangan mata Sunghoon meredup ketika dada Jaeyun-nya tidak lagi naik turun, bibir memucat dan tidak merespon panggilannya.

"JAEYUN! JAEYUN! ISTRIKU DOKTER! ARRGHH!!" Para sepupu Jaeyun memeluk Sunghoon berusaha menenangkan pria itu.

"Tenang perdana menteri, bagaimana anakmu laki-laki atau perempuan?" Sunghoon tidak sanggup berkata-kata lagi.

"Yayah .... hikss ...." Jungwon menubruk tubuh sang ayah dan mereka berdua menangis bersama karena orang mereka cintai sedang berjuang.

"Mamamu Jungwon .... " tidak ada kata yang cocok selain mendeskripsikan mereka kecuali kata menyedihkan.

Sunghoon terduduk dilantai dengan anak sulung dipangkuannya mereka menangis bersama, saling berpelukan untuk menguatkan satu sama lain, Sunghoon tidak percaya kalau hari ini akan terjadi padahal usia kandungan Jaeyun baru mau 9 bulan, dia kira akan sanggup melewati semua ini, nyatanya Sunghoon malah sangat menyedihkan.

Istrinya, pujaan hatinya, ibu dari anak-anaknya berjuang didalam sana Sunghoon akan menghukum dirinya seumur hidup jika Jaeyun-nya menghembuskan nafas terakhirnya.

Seorang perawat keluar dari ruang bersalin membawa bayi laki-laki yang masih ada bercak darah dibagian kepalanya.

"Perdana menteri maaf nyonya -

Belum sempat perawat itu selesai bicara, Sunghoon berdiri membawa Jungwon pergi dari sana dengan langkah besar, dan tidak mau melihat anak bungsu yang diperjuangkan istrinya mati-matian, Jungwon berusaha menggapai adik bayinya, namun Sunghoon berlari sambil menangis.

Tuan Shim dan para sepupu Jaeyun mengejar Sunghoon meninggalkan perawat bersama tuan kecil perdana menteri yang baru lahir.

"Diam sebelum ayah lemparkan ke jalan raya!" Sunghoon mengendarai mobilnya ugal-ugalan.

Airmata terus mengalir mengingat senyum cantik istrinya Sunghoon merasakan sesak ulu hatinya, "Sayang .... kau sudah berjanji padaku .... " Sunghoon rasa dia akan gila.



.

Menuju ending .....

Being A Mommy [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang