.Sunghoon membawa anak bungsunya bersama si sulung juga dan merawat mereka sendirian benar-benar sendirian, pelayan hendak membantu langsung di usir oleh perdana menteri itu.
Pria itu semakin protektif pada anak-anaknya bahkan Sunghoon menjemput dan mengantar Jungwon sekolah sendiri. Memakaikan seragam anak itu sendiri sampai bekal Sunghoon buat sendiri.
Ke sekolah pun Sunghoon membawa bayi kecil dalam baby wrap dan mengundang perhatian banyak orang.
Perdana menteri sangat gagah padahal keadaannya sudah acak-acakan.
"Ingat jangan nakal, kalau ada yang ingin memukulmu pukul lebih dulu, ayah mendukungmu. Dan setelah pulang kita tunggu mama dirumah sakit." Jungwon mengangguk patuh dan menarik kaki kecil sang adik.
"Kak uwon belangkat dulu ya? Jangan lindu ya? Dadah ayah! Adik!" Sudah satu bulan lebih Jaeyun begitu tenang dalam tidurnya dan Jungwon begitu banyak berubah. Sunghoon merasa sangat menyedihkan sekarang.
Jungwon menjadi lebih mandiri sering ikut menjaga sang adik bila Sunghoon pergi ke pusat pemerintahan, kadang anak itu mencoba menggendong adiknya yang menangis.
"Mama pasti bangun, ayah pastikan itu." Sunghoon mengecup pipi merah bayinya.
Untuk menjaga Jaeyun sendiri Sunghoon dibantu para sepupu istrinya dan ayah mertuanya, pagi akan ada tuan Shim menjaga Jaeyun, siang hingga malam Sunghoon dan Jungwon menjaga Jaeyun.
"Ayah tidak peduli yang bangun adalah Jake, seandainya itu benar yang terpenting dia ada disamping kita." Sunghoon mulai berpikir tentang Jaeyun dan Jake setelah kejadian ini.
.
Sunghoon membersihkan tubuh sang istri sambil menggendong bayinya, pria itu pun juga menangis pilu memperhatikan badan Jaeyun-nya yang memucat dan terasa dingin.
Bayi dalam gendongan Sunghoon menatap polos jakun sang ayah lalu bergiggle lucu sama seperti ibunya, sangat mirip. Sunghoon menghapus air matanya perhatian teralihkan pada anaknya.
"Ada apa hmm? Mau liat mamanya adik kiki?" Bayi hanya tersenyum dengan bibir terbuka kemudian mengoceh menggunakan bahasa bayinya.
Sunghoon mengarahkan Ni-ki pada sang ibu yang terbaring lemah di bed rumah sakit. Bayi itu mengerjap pelan dan cegukan.
"Kamu kenapa kiki?" Sunghoon gemas ya pada bayi kecil yang istrinya pertahankan sepenuh nyawa ini, memang pilihan yang benar Jaeyun mempertahankan sang anak.
"Kakakmu imut, adiknya tampan sekali seperti ayah." Ni-ki tertawa dengan suara bayinya.
Daripada terganggu karena si bayi tampan ini lebih baik Sunghoon meletakkan dikasur yang memang disiapkan khusus untuk Ni-ki, dan kembali membersihkan badan san istri.
Sunghoon mengelus surai lepek Jaeyun-nya, "Sayang ayo bangun, kiki sangat ingin ASI, Jungwon jadi pemurung, gak papa sayang pelan-pelan saja buka matamu, daripada tertutup terus." Tiada siang dan malam air mata Sunghoon mengalir pria itu berada di titik terendah hidupnya.
Namun Sunghoon berusaha kuat untuk anak-anaknya, Jaeyun marah lagi nanti jika ia lepas kontrol lagi.
Bersama Jake tuhan memberikan pelajaran besar dalam hidup Sunghoon tanpa pria itu sadari, jika bersama Jaeyun tidak bisa membuat Sunghoon mengerti, maka tuhan mengirimkan Jake untuk mengajarkan arti kehidupan yang harus dijalani dalam hidupnya.
Tangan Sunghoon beralih menggenggam tangan kecil istrinya, "Aku tunggu sayang, aku sangat mencintaimu."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being A Mommy [sungjake]
FantasíaEND "Aku dimana?" Jake sangat ingat diharusnya berada dikamar mandi karena sang ayah yang menghukumnya, tapi kenapa dia terbangun disebuah kamar mewah dan dalam keadaan mengandung. Saat keluar kamar para pelayan menunduk hormat penuh ketakutan melih...