Kacau itulah menggambarkan keadaan Sunghoon sekarang sampai raja Jung memerintahkannya untuk istirahat beberapa karena beliau melihat stress perdana menteri itu membuat kondisi beberapa orang lain juga terganggu.
"Maaf Yang mulia, saya memang sedang dilanda kebingungan." Raja mengangguk paham, rumor beredar tentang perdana menteri muda ini bagaimana mungkin dia tidak tahu.
"Selesaikan dengan bijak perdana menteri, kau tahu bagaimana bertindak, pulanglah luruskan permasalahan jangan kembali kesini jika kau membawa sebuah surat permohonan pada ratuku."
Sang Raja tahu banyak rumor yang berkaitan dua pasangan muda itu, Jaeyun mau pun Sunghoon tidak ada yang lebih baik, hampir semua lapisan masyarakat memuja pasangan yang tidak pernah harmonis itu.
Sunghoon diam alih-alih menanggapi Sang Raja dia bangkit dari kursinya dan melangkah tenang keluar dari ruangan temu Sang Raja tanpa pamit pergi.
"Satu hal Perdana menteri! Jaeyun hanya perlu waktu sendiri mungkin kembang kesayangan tentara itu sedang sakit makanya mengatakan itu"
Sempat terhenti langkahnya Sunghoon menjawab pernyataan Sang Raja dalam hati. 'Jaeyun serius saat mengatakannya, bahkan pengacara pribadi istrinya itu sudah menghubunginya tadi pagi' itulah batin Sunghoon.
Antara dua pilihan yang sulit dihadapkannya padanya, Sunghoon tidak pernah menyangka Jaeyun akan mengatakan hal itu padanya, perceraian. Padahal istrinya itu sendiri yang berjanji menemaninya walau pun tidak mendapat timbal balik.
Jaeyun memang benar ada seseorang dihati sang suami sekarang, tapi rasa cinta Sunghoon memudar, tidak ada waktu untuk cinta selama ini Sunghoon sibuk mengabdi pada kerajaan sesuai sumpahnya didepan Sang Raja. Berpisah pilihan penuh pertimbangan. Jika tidak bersama Jaeyun apa jadinya dia sekarang?
Memang tidak ada cinta untuk Jaeyun karena Sunghoon sama sekali tidak membuka hatinya. Namun berpisah ada perasaan aneh didadanya yang membuat Sunghoon tertahan sampai sekarang. Tidak semudah itu melepaskan Jaeyun.
Tapi jika tidak berpisah yang ada Jaeyun semakin menderita, bukan hanya pria itu tapi juga Sunghoon, siapa yang tahan perilaku perdana menteri muda itu, ringan tangan, pemarah. Sedangkan Jaeyun sendiri sudah mengatakan dia tidak bahagia.
"Jangan banyak melamun Perdana menteri, cepat pulang."
.
Di rumah sakit Jungwon sibuk mengoceh bahasa dengan bahasa bayi pada sang ibu yang masih lemah terbaring diranjang pasien.
"Telus uwon diputul yayah!" Begitu membara kisahnya sampai Jake hanya memperhatikan sambil tersenyum.
"Kalo ayah pukul kak uwon nanti mama pukul balik, enak aja pukul kak uwon padahal kak uwon gak nakal, iya kan sayang?"
Senyum Jungwon mengembang, anak itu melonjak girang dibangku dekat ibunya, bahagia sekali ketika Jake bilang membelanya. Sesederhana itu kebahagiaan Jungwon ada rasa membuncah ketika ibunya sangat mencintainya.
"Tati yayah kuwat! Mama nda kayah?" Anak itu terlihat khawatir, Jake memasang pose berfikir.
"Ayah mah gampang, mama tak! Dahinya pasti langsung nangis ayahmu itu, keren kan mama?" Jungwon bertepuk tangan heboh sambil mengangguk semangat.
Jake tertawa gemas kemudian menguyel pipi gembul sang anak. Tanpa mereka tahu Sunghoon berdiri gagah di ambang pintu dan mendengar semua percakapan mereka.
Ayah muda itu pergi tidak ada niat mengintrupsi kedua orang yang selalu mendampinginya itu, iya, Sunghoon hanya punya mereka yang selalu ada dalam titik nol hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being A Mommy [sungjake]
FantasiaEND "Aku dimana?" Jake sangat ingat diharusnya berada dikamar mandi karena sang ayah yang menghukumnya, tapi kenapa dia terbangun disebuah kamar mewah dan dalam keadaan mengandung. Saat keluar kamar para pelayan menunduk hormat penuh ketakutan melih...