Semenjak kejadian mabuk itu, kini Dezan jarang meminta susu, namun Dezan menjadi lebih cengeng dan banyak meminta makanan.
Dua minggu lamanya Denaz tidak mengizinkan Dezan bermain meskipun di rumahnya. Bukan maksud merenggangkan persahabatan, Denaz masih begitu kesal terhadap Bimo yang mengajak Dezan mabuk malam itu.
"DEZAN ORLANDO TELL ME WHAT YOU DO!" Dezan terkejut dan segera melihat ke arah pintu. Di sana Denaz membawa baju putih milik Dezan yang terdapat bercak darah.
"Ini baju yang kamu pake sebelum berangkat ke club, dan aku nemuin baju ini di dalem mobil yang kamu bawa ke club, dua minggu lalu"
Denaz baru menyadari jika Dezan selalu menutup sisi kiri pelipisnya dengan rambut. Bahkan Dezan selalu tertidur menghadap ke kiri.
"Bilang sekarang, atau aku bakal cari tau sendiri?"
"I-itu..."
"Susah ya jujur ke istri sendiri?"
"ITU AKU JATUH KENA BOTOL PAS DI CLUB" pekik Dezan spontan.
"Jujur?" Dezan mengangguk cepat.
"Mana liat lukanya" Dezan segera mengangkat poninya dan memperlihatkan goresan luka yang sudah cukup kering.
"Dua minggu kamu ga jujur sama aku, di ajarin bohong sama siapa?" Dezan menggeleng "Ngga ada yang ajarin"
"Kalo kamu bohong terus kaya gini, udahlah aku pulang aja! Buat apa--"
"NGGAK! HUAAAAA GABOLEH PULANG!" Dezan berlari dan memeluk Denaz sangat erat.
Denaz berdecak "Lepas! Aku capek tau gak? Apa susahnya jujur, terus terang sama istri sendiri? Aku ngerasa ga di hargain, aku ngerasa sia sia ada disini kalo kamu susah buat jujur sama aku. Aku istri kamu loh Zan"
"Kalo mau udah--"
"NGGAK MAU! GA ADA YANG MAU UDAHAN!" Dezan menghentakkan kakinya.
"Ya terus kenapa susah banget buat jujur, kenapa hah?"
"Aku takut hiks kamu makin marah! Aku gamau kalo aku bilang jatuh hiks terus kamu malah nyukurin aku! Nanti kamu bilangnya 'rasain suruh siapa mabok' hiks aku ngga mau kaya gitu!"
"Ya emang sukurin! Durhaka nya ga nepatin janji tuh gitu!"
Dezan melepaskan pelukannya dan mendorong Denaz keluar dari kamar. Ia membanting pintu di depan wajah Denaz, lalu kembali ke kasur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Ia menangis begitu kencang hingga terdengar bising oleh Denaz yang masih mematung di depan pintu.
"SEMUANYA JAHAT HIKS! SEMUANYA SAMA AJA KAYA PAPI, GA ADA YANG BAIK! SEMUANYA CUMA BISA NYAKITIN! KALO GINI TERUS MAU IKUT IAN AJA BIAR GA DI SAKITIN LAGI!"
Dezan menjambak rambutnya dan memukul kepalanya berkali-kali. Bahkan, tangannya pun sudah berdarah karena ia cakar dengan kukunya yang panjang dan runcing.
"Jahat hiks Denaz jahat! DENAZ JAHAT!"
Dezan duduk lalu menggapai gelas yang ada di nakas dan melemparkannya ke pintu hingga gelas itu pecah berkeping-keping. Ia terus memukul kepalanya dan menangis histeris.
Pintu terbuka dan Denaz dibuat terkejut dengan Dezan yang terus memukuli kepalanya sendiri. Beruntung ia memakai sandal membuatnya tidak takut untuk berlari dan menginjak pelahan gelas yang berserakan.
Denaz mencekal lengan Dezan lalu memeluknya. Dezan memberontak "LEPASIN HIKS PERGI! GAUSAH SOK PEDULI!"
"PERGI DENAZ! SANA PULANG, GAUSAH PEDULIIN AKU! BIARIN AKU MATI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoiled Husband [NEW VERSION]
Romance[FOLLOW DULU BARU BACA!!] First story! ⚠️Kissing⚠️ ⚠️breastfeeding⚠️ Murni dari hasil pemikiran saya sendiri. Tidak ada unsur copas apapun. Jika ada kesamaan tokoh atau alur mohon di maklumi karena itu sama sekali tidak di dasari unsur kesengajaan. ...