Part 41

3.1K 161 2
                                    

Wanita cantik yang memakai kemeja abu abu itu berjalan dengan cepat. Sapaan dari karyawan karyawan hanya di tanggapi dengan anggukan.

Dengan tangan yang memegang kunci, Denaz melangkah dengan perasaan khawatir.

Galen yang duduk di kursi kerjanya berdiri guna menyapa Denaz.

"Galen, saya minta tolong buat meeting di undur dua jam ya" pinta Denaz seraya mencoba membuka pintu ruangan Dezan dengan kunci cadangan yang ia minta dari pak satpam.

Galen membungkuk "Baik bu"

Setelah pintu berhasil di buka, Denaz segera memasuki ruangan itu. Pecahan vas bunga yang mendarat di hadapannya, tak membuat dirinya terkejut.

Di sana, di samping lemari yang berisi banyaknya dokumen, Dezan berdiri dengan bercak darah yang mengotori kemeja putihnya.

"Sayang"

Dezan berlari untuk memeluk pujaan hatinya. Tangisannya pun terdengar nyaring, hingga sayup-sayup, Galen dapat mendengarnya.

Denaz mengelus punggung besar pria-nya. Tangannya menarik wajah Dezan yang seperti biasa, bersembunyi di balik bahunya. Ia mengecup dahi Dezan cukup lama.

"Maaf ya aku baru sempet kesini. Kamu nangisnya pasti udah lama ya? Minum dulu yuk, mau?"

Dezan menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, ayo kita ke kamar. Kita istirahat dulu ya"

Tanpa melepaskan pelukannya, dua insan itu berjalan menuju ruangan yang cukup besar untuk ber istirahat.

Denaz membawa Dezan berbaring di atas kasur besar itu. Denaz mengelus kepala Dezan, membuat Dezan cukup merasa tenang.

"Kenapa? Ayah bilang apa sama kamu?" Tangisan yang awalnya mengecil, kini kembali terdengar bising.

"Ayo bilang! Ayah ngomong apa sampe kamu kaya gini lagi?" Leher Denaz sudah ternodai oleh darah dari pelipis Dezan.

Denaz mengambil tisu yang untungnya dapat terjangkau oleh tangannya. Ia pun mengelap darah di pelipis Dezan, tanpa menyentuh lukanya.

"Ayah bilang aku terlalu leha-leha, aku kerjanya ga becus. Ayah juga bilang harusnya aku ga terlalu manja, ga terlalu membebani kamu." Papar Dezan seraya terisak.

"Aku gamau kerja lagi! Aku mau pulang!"

"Maaf, maafin ayah ya" ucap Denaz merasa bersalah atas apa yang dilakukan oleh sang ayah.

"Kamu keren kok! Kamu umur segini udah bisa bikin saham perusahaan naik. Udah bangun apartemen dimana mana. Udah bikin perusahaan ini lebih naik, bahkan kakek juga mengakui kalo kinerja kamu itu bagus. Kamu bukan leha-leha, tapi kamu kerjanya santai, juga ga lambat. Kamu selalu tepat waktu dalam nyelesain pekerjaan. Kamu selalu serius saat meeting sama klien. Kamu selalu berwibawa saat pidato di depan banyak orang. Kamu patut di acungi jempol."

"Setelah kamu cape kerja, ngurus ini itu, pertemuan, rapat, dan banyak lagi, kamu butuh istirahat. Kamu butuh bersandar di bahu seseorang. Kamu perlu ngadu cape sambil nangis. Kamu perlu ngerengek minta di ambilin makanan, atau di seduhi  susu. Semuanya berhak kamu lakuin setelah kamu berjuang keras. Kamu ga jadi beban aku sedikitpun. Kalaupun aku ngerasa cape karena kamu rewel, tapi aku bakal sedih kalo kamu ga kaya gitu lagi."

"Nanti aku omongin ini sama ayah. Kamu tenang aja, pokoknya kejadian ini ga akan terulang lagi"

Denaz mengecup puncak kepala Dezan, dengan tangan yang tak berhenti mengelus punggungnya.

"Udah ya jangan nangis, kita obatin dulu lukanya. Abis itu bobo dulu sebentar, terus meeting, aku temenin"

🐥🐥🐥

Dezan memeluk Denaz dari belakang "Ayang dot nya jatuh hiks pecah"

Denaz yang semula memainkan ponsel pun berbalik "Yaudah gapapa. Kan dot kamu banyak"

"Susu nya juga jatuh semua hiks ngga sengaja"

"Kok bisa pada jatuh?"

"Air nya tumpah kena tangan hiks perih, terus aku nyimpen panci nya ngasal jadi jatuh, hiks maaf."

"Aduh, mana liat tangannya" Denaz segera mengangkat tangan Dezan. Kain kassa yang membalut punggung tangan Dezan itu basah. Denaz segera membukanya dan meniup punggung tangan Dezan.

"Perih ya? Harusnya tadi aku aja yang bikinin kamu susu. Kamunya malah ngeyel sih, jadinya tangan kamu sakit kan."

"Maaf hiks jangan marahin aku"

"Iya maaf ya... Lain kali hati hati ya biar ga gini lagi."

"Kan aku ga sengaja hiks aku udah hati hati!" Sergah Dezan.

"Aku ga nuduh kamu sengaja loh! Udah ah, kita beli dulu susu yuk!"

"Ayo, tapi sama kevin"

"Yaudah sekalian belanja bulanan. Aku ganti baju dulu ya, kamu mau pake baju ini aja atau ganti juga?"

"Mau ganti soalnya celananya basah" balas Dezan.

"Oke kita mix and match dulu bajunya biar serasi"

🐥🐥🐥

Dezan mengikuti langkah Denaz seraya mendorong troli yang sudah terisi beberapa makanan, sayuran, dan buah buahan.

"Denaz mau Ice cream"

"Kan tadi udah beli boba! Ga ada beli Ice cream ya, nanti pilek!"

"Ihh mau Ice cream!"

"If I say no, then?"

"No" balas Dezan lirih.

"Jangan nangis, malu! Nanti diliatin orang orang" ujar Denaz lalu kembali berjalan, begitupun Dezan yang tetap mengikuti Denaz walaupun menahan tangisannya.

Denaz yang paham situasi pun cepat cepat menyelesaikan acara berbelanjanya. Setelah membayar seluruh belanjaan miliknya, kedua insan itupun melangkah keluar dari Mall, dan menunggu mobil menjemputnya di depan pintu mall.

Tak butuh waktu lama, Toyota Corolla Cross berwarna hitam itu berhenti di hadapan mereka. Dezan segera masuk ke dalam mobil begitupun Denaz. Menunggu Kevin dan pak satpam memasukkan belanjaannya ke dalam bagasi.

Setelah semuanya benar benar selesai, mobil pun melaju. Di perjalanan tak ada yang membuka percakapan. Kevin benar benar canggung berada di sana.

Hingga akhirnya kecanggungan selesai. Kevin sudah memasukkan mobil tuannya ke dalam garasi, sedangkan di dalam rumah megah itu, keadaan tidak baik baik saja.

"Mau ice cream hiks aku mau ice cream" Dezan terus saja mengulang perkataan itu.

"Berisik!" Ucap Denaz jengah.

"Aku mau ice cream!" Denaz membuka dompetnya lalu memberikan beberapa lbar uang ratusan ribu "Nih! Sana beli ice cream sendiri!"

Dezan tak bergeming. Ia masih terus menangis sehingga Denaz benar benar merasa emosi.

"Mau atau ngga, Dezan Diandra?"

Dezan menggeleng ribut. Denaz menghela nafas lelah.

"Ayo tidur, nanti kita beli ice cream"

🐥🐥🐥

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW IG @/SZKXWTTPD JUGAA YAA.

YAUDAH KALO GITU, THANK YOU, AND SEE YOU NEXT TIME Y'ALL

Spoiled Husband [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang