44

2.9K 162 5
                                    

Pagi ini di suguhi huru hara keluarga Dezan.

Pagi tadi, Dezan mendapat berita bahwa sang mami mengalami kontraksi dan di larikan ke rumah sakit. Nyatanya, sekarang wanita dengan umur 40an itu sedang mengalami pembukaan ke 5.

Dezan sedari tadi duduk di depan ruang bersalin, di temani Denaz, mama Indra, dan papa Indra, dan Edzatama. Sedangkan di dalam ruang bersalin, Stella di temani ibunya.

"Ezan, gapapa ketemu papi hari ini?" Tanya Edzatama lembut.

Dezan menatap pria itu cukup lama lalu mengangguk pelan "Gapapa, tapi temenin disini"

Edzatama tersenyum tipis "Kita disini pasti nemenin kamu kok. Jangan takut ya! Papi juga sama kakek, sama pak polisi kesininya"

Dezan mengangguk.

Cukup lama mereka diam, hingga segerombolan polisi dan pria dengan baju khas tahanan datang menghampiri.

Wajah yang sudah lama tidak Dezan lihat itu, nampak terlihat lelah. Tubuh yang awalnya kekar kian menjadi kurus. Otot otot di tangannya yang selalu Dezan takuti itu kini mengecil.

Orlando merasakan sakit di hatinya kala putranya mengalihkan pandangan saat netranya bersitatap. Putranya kini menunduk dengan tangan yang menggenggam erat tangan kakak iparnya.

Polisi yang tadi memegang tangan Orlando, kini bergerak membuka borgol di tangan pria itu.

Orlando menegaskan pikirannya.

Ia melangkah mendekat pada Dezan lalu berdiri di hadapan putranya yang terlihat benar benar takut.

Dezan tak berani mendongak.

"Zan, boleh papi peluk kamu?" Dengan mata berkaca-kaca Orlando berkata demikian.

Dezan mendongak lantas Orlando segera memeluk tubuh kekar putranya. Ratusan belati menusuk hatinya. Rasa sesal kian memupuk di relung hatinya. Ia meneteskan air mata.

"Maaf Dezan... Papi minta maaf"

Tak peduli banyaknya luka yang Dezan dapati. Orlando tetaplah ayahnya. Pria ini adalah orang yang berkenan membiayai hidupnya. Darah dagingnya berasal dari pria bajingan ini. Tangan Dezan perlahan melingkar pada punggung sang papa.

"Papi memang ga pantes buat kamu maafin, tapi papi minta kamu mau tetap jadi putranya papi. Terimakasih sudah bertahan sampai sekarang. Terimakasih banyak jagoan. Maaf papi begitu banyak ngasih kamu luka. Maaf papi sudah menimbulkan trauma. Maaf, papi benar benar menyesal telah melakukan semuanya."

"Dezan masih jagoannya papi. Dezan masih tetep jadi putrnya papi dan mami. Maaf Dezan belum bisa maafin perbuatan papi yang lalu lalu" balas Dezan.

Suasana haru menyelimuti manusia yang berdiri di sana. Bahkan, suster yang menjaga pintu pun ikut meneteskan air matanya.

Orlando melepaskan pelukannya. Ia memegang pundak sang putra "Papi gapapa ga Dezan maafin, tapi papi mohon jaga mami selalu sampai papi keluar dari penjara ya?"

Dezan mengangguk "Dezan pasti jaga mami. Tapi maaf, Dezan belum bisa nerima kehadiran anak yang sekarang lahir"

Orlando mengusap rambut Dezan, menghapus air mata Dezan yang sudah membasahi pipi merahnya "Gapapa. Kamu memang wajar belum bisa nerima semuanya. Tapi papi mohon buat kamu ga berlaku seperti papi ya? Jangan menjadi brengsek seperti papi ya? Cukup papi aja yang gagal jadi orangtua, kamu jangan gagal jadi kakak, juga jadi seorang ayah. Papi percaya sama Dezan."

Dezan mengangguk lagi.

"Izinin papi ketemu mami dan temani mami sampai adik keluar ya? Izinin papi lantunin adzan buat adik ya?"

Spoiled Husband [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang