(7) SEDIKIT, KHAWATIR???

7.2K 334 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen guyss....

Follow juga akun author yaa...

Happy reading... 


~#~



"Kenapa sih dari pulang kerja tadi muka kamu ditekuk mulu?" Protes Khaleev heran dan duduk bersandar dikepala ranjang dengan pandangan fokus pada ipad ditanganya. Sudah pulang saja masih sibuk dengan kerjaan.

Ryn memandang sang suami dadakannya melalui pantulan cermin didepan. Gadis itu mendengus dengan tangan terus sibuk pada pengering rambut. 

Tubuhnya dibalikkan menghadap ranjang setelah kegiatan mengeringkan rambutnya selesai. Ryn memandang sengit pada laki-laki itu walau tak dibalas pandang sama sekali.

"Khaleev, kasih aku alasan kenapa kamu jadiin aku sekertaris padahal sebelum-sebelumnya kamu engga pernah punya sekertaris" Tuntut Ryn akhirnya bersuara.

Khaleev sontak menegang mendengar pertanyaan itu. Namun berusaha semaksimal mungkin agar tidak menimbulkan respon berlebihan. Darimana Ryn bisa tahu persoalan itu? Akhirnya pandangannya sontak dialihkan pada Ryn yang bertanya.

"Kasian Seth, selalu bekerja seorang diri" Khaleev memberi alasan yang masuk akal dengan nada setenang mungkin.

Ryn mendengus kesal sambil bersikedap dada. "Alasan" Ketusnya kembali menghadap ke arah cermin. Jemari lentiknya mengambil sisir yang tergeletak dimeja rias dan mulai merapikan rambutnya.

"Tau dari mana kalau selama ini saya tidak pernah punya sekertaris?" Tanya Khaleev dengan nada serius. Fokusnya sudah kembali pada layar ipad. 

Ryn berdecak ringan "Temen" Jawabnya cuek. Tak minat rasanya membahas hal ini setelah  tahu keasliasnnya. 

Mendengar jawaban Ryn, Khaleev mengerutkan dahinya. "Dikantor saya ada temen kamu?" Tanya laki-laki itu memastikan. Ipad ditangannya sudah diletakkan pada nakas samping tempat tidur. Mood bekerjanya mendadak lenyap entah kemana.

"Temen baru" Ujar Ryn dengan kedikan bahu. Setelah dirasa cukup, gadis itu bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ranjang.

Gerakan itu sedikit pun tak lepas dari pandangan Khaleev. "Baru kerja sudah ada temen saja. Pintar juga kamu menyesuaikan diir" Puji Khaleev jujur. Namun rasanya ada setitik kejengkelan dilubuk hatinya. Ada rasa, tak suka?

Ryn tak lagi minat menanggapi kalimat sang suami. Dirinya mulai merebahkan tubuhnya dan mencari posisi ternyaman untuk tidur. Baru sehari bekerja saja sudah sangat menguras tenaga rasanya. Gimana tidak, hari yang seharusnya dimulai dengan belajar malah sudah disuguhkan dengan tumpukan pekrjaan. Gila memang Khaleev itu, tak punya hati.

Melihat Ryn yang tak lagi merespon, Khaleev juga ikut merebahkan tubuhnya. Laki-laki itu menyusul sang istri untuk tidur. Sedikit merasa takjub karena dirinya bisa tidur cepat akhir-akhir ini. Padahal sedari dulu dirinya selalu mengutamakan pekerjaan dari pada tidur.


~#~



"Kakak ipar, ini semua adalah berkas yang harus diperiksa hari ini. Kalau sudah selesai kau bisa meletakkan diatas meja Khaleev nanti. Hari ini Khaleev ada urusan diluar kantor dan aku harus menemaninya" Terang Seth meletakkan setumpuk berkas dimeja Ryn.

Ryn mengangguk "Baik. Kalian kapan kembali?" Tanya gadis itu dengan mood yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Mencoba biasa saja dengan apapun pekerjaannya. Toh, bukankah pekerjaan itu harus dinikmati?

Anagata (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang