Jangan lupa vote dan komen guyss....
Follow juga akun author yaa...
Happy reading...
~#~
"Waahhh... Ga nyangka deh kamu udah hamil lagi. Makin seneng deh nanti anak aku banyak temennya" Manik Ainsley berbinar. Tangannya mengelus perut buncitnya girang. Tatapannya tertuju pada Ryn yang duduk bersandar dikepala ranjang.Sore tadi wanita yang baru diketahui kehamilannya itu diperbolehkan pulang. Karena sifat posesif sang suami yang tiba-tiba keluar. Jadinya Ryn langsung kembali disuruh beristirahat dirumah. Bahkan untuk ketemu Cello saja tidak diizinkan sampai setelah makan malam selesai.
Namun kasihannya, Cello kecil malah seolah tak kehilangan sang Ibu untuk beberapa waktu sebelumnya. Bocah kecil itu tampak biasa saja saat melihat Ryn tadi. Malah kini si calon Abang itu sudah asik bermain dikarpet berbulu dekat sofa dipojok kamar. Khaleev dan Seth setia membahas pekerjaan disofa sambil mengawasi sang pangeran, untuk saat ini sih.
"Jangankan kamu, aku sendiri aja ga nyangka. Soalnya dari kehamilan dulu tuh aku ga pekaan kalau lagi ngisi. Bahkan seharusnya aku kan udah ada pengalaman ya" Ryn terkekeh sendiri untuk sifatnya. Padahal kalau diingat-ingat belakangan ini sudah banyak tanda-tanda kehamilan yang muncul di dirinya. Namun sayang, rasa tak pekanya mendominasi.
"Kadang memang suka gitu. Dulu waktu aku awal-awal hamil malah kamu yang nyuruh aku cek duluan karena aku nya aneh. Eh, malah sekarang kamu nya yang ga nyadar kalau hamil lagi. Suka aneh memang kadang Ibu-Ibu ini" Ainsley kembali menimpali dan terkikik.
Benar, dulu saat diawal-awal. Memang Ryn lah yang lebih dulu menyadari kalau Ainsley tengah berbadan dua. Soalnya kalau diteliti, banyak perubahan dengan wanita itu. Walau dulu Ainsley itu bukan tipe yang seperti wanita hamil kebanyakan. Namun sifat santai nya malah membuat Ryn lebih cepat menyadari kalau sang Adik Ipar itu tengah mengandung.
Ainsley itu malah termasuk lancar dalam urusan kehamilan. Malah kalau dikilas balik, untuk urusan mual yang simpel saja wanita itu jarang. Jarang sekali sampai nyaris tak pernah. Tak pernah ada keluhan apapun termasuk mengidam. Kebanyakan sih kalau diteliti, Seth lah yang lebih sering menginginkan apapun.
"Iyaya. Dulu aja Oma sampai ga sadar kalau kamu ngisi. Malah waktu aku nyuruh kamu buat tes, Oma malah ga yakin gitu wajahnya" Ryn yang tadinya menggebu mendadak mengehela panjang. Lagi dan lagi wanita tua yang banyak mendominasi dikehidupannya belakangan ini kembali tersebut.
Ainsley yang paham berusaha tersenyum walau dalam hati juga sendu rasanya. "Aku yakin sih. Sekarang Oma disana sedang berbahagia karena calon cicitnya nambah lagi" Ujarnya berujar girang walau dari maniknya saja terlihat sekali disana ada sedih yang terselip.
'APA?!!'
Tak hanya Cello yang tengah asik bermain dibuat kaget. Ryn dan Ainsley pun sama. Dua wanita hamil itu menoleh menghadap tempat asal suara berada. Disana, Seth bediri menjulang dengan sebelah tangan memegang ponsel ditelinga dan tangan lainnya berkacak pinggang.
'Sialan!! Cari manusia jahannam itu dan bawa dia kemari dengan keadaan apapun!!' Suara Seth kembali terdengar. Memerintah untuk orang yang tak tahu siapa disana. Nadanya lebih dipelankan namun tegas.
Setelah itu, Seth yang tampak murka memutuskan panggilan secara sepihak. Dadanya tampak naik turun menandakan bahwa lelaki itu benar-benar tengah diuji dalam hal emosinya.
Seth itu terkenal lelaki yang paling bisa mengendalikan emosi. Jika hal seperti ini terjadi. Berarti ada hal yang benar-benar tak baik terjadi. Bahkan semua manusia dibuat bertampang kaget bercampur bingung menatap lelaki itu. Kamar utama yang tadinya berisik dengan suara Cello kecil mendadak hening.
Bugh!!
Seth menghempaskan tubuhnya kembali pada sofa. Kepalanya mengadah dengan sandaran sofa sebagai sandarannya sendiri. Wajahnya tampak mengetat setelah diusap kasar.
"Seth, kau kenapa?" Akhirnya Khaleev membuka suara yang pastinya mewakili 2 orang dewasa lainnya. Sedangkan Cello kecil sudah kembali sibuk bermain seakan-akan tak terjadi apapun tadi walau kinerja jantungnya sempat di uji untuk bekerja lebih keras.
"Hah!!!" Terdengar helaan keras dan berat dari Seth yang dilontarkan pertanyaan itu. Lelaki itu belum sedikit pun bergerak merubah posisinya. Bahkan matanya dibiarkan terpejam dalam beberapa waktu.
Ainsley ditempatnya bingung. Seth itu jarang sekali begini. Bahkan selama ini bersama, bisa dihitung jari berapa kali lelaki itu mengeluarkan sifat begini.
Hatinya meminta untuk mendekat agar bisa menenangkan sang suami yang kentara sekali sedang tidak baik-baik saja. Namun, otaknya berkata untuk tetap diam ditempat dan memerhatikan sampai beberapa waktu ke depan.
Beberapa detik kemudian terlihat pergerakan dari Seth setelah hening beberapa saat. Lelaki itu kembali menegakkan duduknya. Tatapannya tak terbaca memandang Khaleev, Ryn bahkan Ainsley bergantian.
Tatapan itu, tatapan luka, kecewa dan amarah. Terlihat jelas sekali didukung dengan raut lelaki itu yang tampak mengetat. Bahkan kalau dilihat lebih teliti. Ada urat-urat tipis dibagian pelipis muncul menandakan kalau lelaki itu tengah menahan geramannya.
"Dalang dari kecelakan Oma ditemukan"
Deg!!
BRAKK!!
Cukup mengejutkan. Kembali dibuat kaget. Informasi tadi dalam sekejap mengundang amarah Khaleev. Tanpa sadar lelaki itu langsung menggebrak meja didepannya tanpa ampun.
"SHIT!! SIAPA MANUSIA KEJI ITU SETH?!" Berdiri dengan kasar. Wajahnya memerah ditambah aura menggelap. Rahangnya mengetat hingga terdengar gemeletuk dari dalam. Tangannya terkepal dengan begitu erat.
"Sayang, sabar dulu. Masih ada Cello disini. Lihat, dia ketakutan melihat kau begitu" Ryn bersuara. Tatapannya tadi langsung berpindah pada sang anak saat suaminya menggebrak meja tanpa diduga. Siapa sangka sang anak disana langsung pias. Wajar, Cello itu tak pernah melihat orang-orang disekitarnya semurka ini.
Ingin saja langsung turun dan berlari mendekati sang anak. Namun sayang, kondisinya saat ini belum begitu pulih. Rasanya tenaganya belum kembali utuh.
Semua menoleh cepat pada si kecil yang disebutkan. Anak itu tampak tak berkutik ditempatnya. Diam dengan tatapan kosong pada sang Ayah.
Seth sedikit meringis. Ini salahnya juga yang kurang persiapan. Kenapa pula sempat lupa kalau ada Cello disana. Padahal dirinya sudah tahu Khaleev akan bereaksi berlebihan.
"Oh shit!!" Umpat Khaleev pelan. Tangannya mengusap kasar wajah yang tadi mengeras. Langkahnya cepat mendekati sang anak. Jantungnya berdebar kencang didalam sana saat melihat sang anak tampak pucat ditempatnya. "Boy, I'm sorry" Tangannya langsung mengangkat tubuh sang anak untuk digendong dan dipelukannya dengan begitu tulus.
"Sayang, maafin Daddy. Daddy hanya sedang marah. Namun bukan kau yang menjadi alasan amarah Dad. So, maafin Daddy. Biar Dad antar kau pada Reana. Tidur okey, sudah begitu larut ini" Khaleev kembali pada sifat aslinya agar membuat sang anak tak mengalami trauma atau hal buruk lainnya.
Setelah merasa tubuh sang anak yang tadi terasa menegang kembali rileks. Lelaki itu bergegas keluar kamarnya untuk menyerahkan sang anak pada si pengasuh. Ada hal penting yang harus diselesaikannya sesegera mungkin. Si biadap yang menggali lubangnya sendiri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continueHappy reading
Give me your vote and comment
Jangan lupa di follow
19 Des 2022
-Dsc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagata (END) ✅
Romance1. Pihak pertama dan pihak kedua harus bisa berperan dengan baik seakan-akan menikah karena cinta dihadapan orang lain. 2. Pihak pertama akan menanggung biaya hidup pihak kedua. 3. Pihak kedua bisa meminta apapun pada pihak pertama jika bersangkut...