Jangan lupa vote dan komen guyss....
Follow juga akun author yaa...
Happy reading...
~#~
"HAHH!!"
Tangan Ryn memegang dadanya cepat.
"Ryn, kenapa?!" Seru Khaleev. "Ryn bersuara, jangan buat panik" Tangannya menepuk sedikit tergesa pipi gadis disebelah namun masih dengan kelembutan. Matanya memandang lekat wajah gadis itu walau sulit. "Ryn, ngomong!" Tuntut Khaleev lagi tak sabaran.
"Se..sak" Suara Ryn terpusat efek dari nafasnya kadang tersenggal dan memburu. Tangannya bertengger didada.
Khaleev mendelik tak percaya. Otaknya bekerja dengan keras. "Kamu punya asma?" Tebaknya cepat. Hanya itu yang bisa terfikir sekarang.
Ryn menggeleng lemah. Khaleev tampak frustasi dan semakin bingung. "Terus?" Semakin tak sabaran saat melihat nafas Ryn semakin melemah dengan mata mulai sayu. Walau minim cahaya, namun dengan keadaan sedekat ini masih bisa terlihat walau minim.
"Ge..lap" Agaknya Khaleev tahu sekarang, Ryn phobia gelap. "Bentar. Kamu harus bertahan" Laki-laki itu bergerak acak. Tangannya meraba-raba sekitar mencari ponsel Ryn yang katanya terlempar tadi.
Gotcha!
Sepertinya kebaikan tengah berpihak pada mereka. Tangan Khaleev dapat meraih benda persegi yang tengah dicarinya.
Sedikit mengotak-atik dengan tergesa. Menyala, akhirnya ada juga pencahayaan untuk mereka walau hanya sebatas senter dari ponsel.
Laki-laki itu kembali mendekat pada sang istri.Mata Ryn yang mulai sayu menoleh pada Khaleev. Bukan, lebih tepatnya pada cahaya ponsel yang laki-laki itu pegang.
"Udah mendingan?" Tanya Khaleev dibalas anggukan pelan oleh Ryn. Dirinya yang tadi berlutut beringsut membenarkan posisi.
Tangannya tanpa diminta bergerak mengelus peluh yang timbul dipelipis gadis itu. Begitu lembutnya hingga tanpa sadar Ryn memejamkan matanya.
Ryn perlahan membuka matanya. Nafasnya mulai diatus kembali agar lebih teratur. Maniknya jatuh tepat dimanik Khaleev yang tersirat kekhawatiran.
Khaleev merubah posisinya kembali pada tempat semula setelah beberapa saat ikut larut dalam tatapan itu. Ponsel milik Ryn dibiarkan terletak pada pangkuan gadis itu.
"Saya fikir, perempuan sekuat kamu tak ada kelemahannya. Ternyata cuma kuat diluar dan lemah didalam" Khaleev berbicara dengan mata terfokus pada pintu lift yang masih setia tertutup.
Ryn diam, dirinya masih mengumpulkan tenaga untuk menjawab perkataan itu. Kalau sudah berada ditempat gelap, Ia susah untuk berbicara karena dirinya selalu diserang dengan sesak dan kepanikan.
Phobia kegelapan, begitulah informasi yang dirinya tahu saat dulu pernah konsultasi dengan seorang Dokter.
"Itu sudah kodrat perempuan. Sekuat apapun tampaknya diluar, pasti ada titik lemahnya didalam" Ryn menarik nafas dalam setelah berkata panjang untuk membalas ucapan tadi.
Khaleev bungkam. Bukannya mengalah atau apa. Ia tak ingin membuat Ryn kembali bersuara setelah mendengar helaan nafas panjang yang tadi dikeluarkan oleh gadis itu.
Diam dengan otak yang mulai bekerja keras didalam sana. Sekarang dirinya tahu mengapa tadi hatinya terus berkata untuk mengikuti Ryn. Ternyata inilah hal yang akan terjadi.
Tak bisa membayangkan jika tadi Ryn hanya seorang diri berada dilift ini. Langsung mengenyahkan fikiran saat pemikirannya mulai berkelana entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagata (END) ✅
Romance1. Pihak pertama dan pihak kedua harus bisa berperan dengan baik seakan-akan menikah karena cinta dihadapan orang lain. 2. Pihak pertama akan menanggung biaya hidup pihak kedua. 3. Pihak kedua bisa meminta apapun pada pihak pertama jika bersangkut...