Jangan lupa vote dan komen guyss....
Follow juga akun author yaa...
Happy reading...
~#~
Seth mendelik tak percaya melihat berkas ditangannya. Ini kali pertama dirinya kaget melihat laporan seperti ini. Kepalanya menggeleng ke kanan ke kiri melirik keberadaan Khaleev. Bersyukur lelaki itu belum kembali ke ruangan. "Shit! Apa-apaan ini?" Berkas tadi dibolak balik.
"Kau kenapa?" Seth tersentak. Berkas ditangannya ditutup cepat dengan kepala menggeleng. Rautnuya dapat dipastikan seperti maling tertangkap basah.
"Tidak apa-apa" Khaleev memincing. Pintu yang tadi dibuka ditutup kembali. Tangannya bersikedap melangkah mendekati Seth yang tampak seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
"Berkas apa itu?" Melirik berkas yang diletakkan disebelah Seth. Aneh sekali, kenapa berkas itu tak ditumpuk dekat berkas lain yang berada dimeja. "Kau tidak sedang menyembunyikan apa-apakan Seth?!" Seth meneguk kasar liurnya menatap Khaleev yang memincing curiga padanya.
Tubuh menjulang itu semakin mendekat. 'Shit! Lebih menakutkan daripada ketahuan selingkuh' Batin Seth kesal.
"Khaleev, stop!" Khaleev menyerngit. Tangan Seth terjulur dengan telapak tangan melebar kearahnya. Hanya 5 centi lagi berjarak dari dirinya. Maju sedikit saja kaki yang terlapis celana bahannya bersentuhan dengan telapak tangan Seth.
"Kau kenapa? Mencurigakan sekali" Tuding Khaleev. Seth diam. Kepalanya didalam sana bekerja keras untuk mencari alasan. Lebih baik menemui klien yang terkenal sulit mendapatkan kerja sama dengannya dari pada harus berada disitu seperti ini. Bener-bener membingungkan.
Khaleev memanfaatkan keadaan disaat Seth tampak diam. "Berkas apa ini sampai bisa membuat kau seperti itu?!" Seth mendelik. Berkas yang tadi disembunyikannya sudah berpindah tangan pada Khaleev.
Lelaki itu dengan cepat bangkit dari duduknya dan menyamakan posisinya dengan Khaleev. "Balikin, itu belum aku teliti" Khaleev mengelak saat berkas ditangannya ingin dirampas oleh Seth.
Rasa penasaran lelaki yang menjabat sebagai pemilik perusahaan itu semakin membuncah. Jarang sekali Seth bertingkah seperti itu. "Stop!" Khaleev menahan Seth yang terus berusaha mengambil berkas ditangannya. Seth mengalah, helaan nafas pasrah terdengar.
Khaleev mulai membuka berkas tadi. "Hanya tagihan credit card. Tapi kenapa kau sebegitu panik" Serunya saat melihat judul dihalaman pertama. Matanya terus membaca isi dari tagihan itu. Ingin mencari apa yang membuat Seth hingga panik seperti tadi.
Seth ditempatnya berdiri sudah dibanjiri keringat dingin ditambah rapalan dalam hatinya agar Khaleev tak terpancing amarah.
"Shit! Apa-apaan ini!" Seth meringis ditempatnya. Harapannya pupus. Khaleev disana sudah berang. Berkas tadi sudah tak berbentuk dalam genggaman laki-laki itu. Wajahnya tampak mengetat dan memerah.
"Khaleev, kau mau kemana?!" Panggil Seth panik mengejar langkah Khaleev yang sudah melangkah lebar meninggalkan ruangan. "Shit! Kan sudahku bilang jangan diliat" Gerutu Seth menggeram mengejar Khaleev yang sudah lebih dulu masuk ke lift.
"Sial, ponselku tinggal lagi" Seth kembali menuju rungan mengambil ponselnya yang tadi diletakkan pada meja. Peduli setan dengan Khaleev yang mungkin sudah meninggalkan dirinya.
~#~
BRAKK!!
Ryn yang sedang membungkuk menyusun perhiasannya diwalk in clothes terlonjak. Tubuhnya langsung berbalik menatap pintu yang sengaja dibuka. Hentakan langkah kasar terdengar disana. Matanya melirik jam dinding disudut ruangan. "Baru jam 2 siang, masa iya Khaleev sudah pulang?" Gumamnya sendiri.
"Ryn!" Yang dipanggil kembali terlonjak. Nada itu terlampau tinggi diikuti dengan desisan. Ryn berbalik. Dirinya belum bisa mencerna keadaan. Yang ia tahu, dipintu masuk sana Khaleev memasang wajah tak bersahabat dengan rahang mengetat.
Laki-laki itu melangkah lebar mendekati wanita bergaun baby pink didepan. "Apa ini?!" Ryn gelagapan menerima berkas yang dihempas kasar Khaleev ke arahnya. Bibirnya mencibik. Tangannya mengambil berkas yang sudah tak berdaya dilantai sana.
"Kamu ini kenapa sih?" Dengus Ryn membuka apa yang tadi dilempar lelaki yang terlihat tengah tidak baik-baik saja didepan sana.
"WHAT?!" Jantungnya terasa terjun bebas didalam sana. Tangannya bergetar melihat isi dari berkas yang Khaleev lempar tadi.
Gila, ini gila. Tagihan itu milik credit card yang atas namanya. Dan yang membuat naik darah itu jumlahnya. Jumlahnya mampu membuat dirinya lemas dengan lutut bergetar rasanya.
"Kamu pakai untuk apa credit card yang saya kasih ke kamu sampai tagihannya sebanyak itu?!" Nada Khaleev kembali dingin. Sifat lelaki itu diawal pernikahan dulu kembali. Kata-katanya sudah kembali baku tak seperti belakangan ini.
Ryn ditempatnya bergetar. Kepalanya menunduk tak berani melihat amarah Khaleev yang meluap. Seingatnya, selama hidup dengan Khaleev dirinya belum pernah menggunakan keungan lelaki itu kalau keluar sendiri.
Dirinya teringat sesuatu. Ini, tagihan ini dari credit card yang hari itu diambil oleh Vion. "Ryn, jawab saya!" Ryn menutup rapat matanya. Suara Khaleev begitu menggelegar. Dirinya sangat tak suka dengan nada setinggi itu.
Ryn merutuki kebodohannya. Kenapa dirinya bisa melupakan perlakuan Vion waktu itu. Dirinya tak siap dengan masalah yang timbul sebesar ini.
"Oh shit!! Saya akan menarik semua fasilitas kamu!"
BLAM
Khaleev keluar dengan membanting kuat pintu walk in clothes. Ryn kembali terlonjak sebelum tubuhnya merosot ke lantai. Lututnya melemah efek amarah sang suami. Air mata yang sejak tadi ditahan keras mulai turun.
Punggung Ryn disandarkan pada pintu lemari dibelakangnya. Fikirannya melayang ke malam dimana dirinya bertemu dengan Vion hingga kelakuan lelaki itu yang kini menimbulkan masalah. "Sekarang harus apa? Nemuin Vion juga engga tau dimana. Pasti dia bakal terus pakai uang itu kalau engga dihentikan" Racau Ryn frustasi.
"Ryn, you okey?" Seth datang. Lelaki itu berlutut didepan wanita yang menyedihkan dibawah. Tadi, dirinya benar ditinggalkan oleh Khaleev.
Saat tiba dimension, lelaki itu bersisihan dengan Khaleev yang keluar dari kamar utama dengan wajah berang. Ia tahu ada yang baru terjadi. Jadi dirinya memilih masuk menemui Ryn yang ternyata sedang menyedihkan seperti ini.
Grepp
"Kakak Ipar, hey" Seth merasa tersentuh saat wanita itu langsung menerjang dirinya dengan pelukan begitu itu. Seth diam dalam tangis Ryn yang tanpa suara didekapannya. Sekarang, Ryn harus tenang dulu baru Ia akan menanyakan apa yang terjadi semuanya.
20 menit berlalu. Ryn masih sesenggukan tapi air matanya tak sebanyak tadi. Dinginnya ubin berpadu dengan pendingin ruangan begitu terasa dibawah sini. Wanita itu masih setia dalam pelukan Seth.
"Kakak Ipar udahan ya. Kita pindah ke sofa dulu yuk. Engga baik loh buat baby's kalau disini terus. Nangisnya juga udahan dulu ya. Entar mereka didalam sana ikut sedih gimana" Petuah pemuda itu lembut.
Ryn langsung diam dengan suara sesenggukan tipis. Pelukannya dilepas perlahan. Mata sembab, merah dan basah itu menatap Seth lama. "Khaleev marah" Cicit wanita itu.
Seth terdiam beberapa detik. "Iya, nanti kita bahas itu. Tapi sekarang pindah dulu. Kasian baby's" Ryn mengangguk. Tangannya mengikuti tarikan Seth yang begitu lembut. Lelaki itu membawa sang Kakak Ipar pada sofa yang tersedia diwalk in clothes.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continueHappy reading
Give me your vote and comment
Jangan lupa di follow
19 Nov 2022
-Dsc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagata (END) ✅
Romansa1. Pihak pertama dan pihak kedua harus bisa berperan dengan baik seakan-akan menikah karena cinta dihadapan orang lain. 2. Pihak pertama akan menanggung biaya hidup pihak kedua. 3. Pihak kedua bisa meminta apapun pada pihak pertama jika bersangkut...