(21) KETAHUAN

6.5K 253 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen guyss....

Follow juga akun author yaa...

Happy reading... 




~#~






Dua minggu berlalu. Sikap Ryn berbeda, Khaleev merasakannya. Wanita itu jauh lebih dingin tak seceria dulu. Hanya berprilaku biasa saja saat bersama Velera.

Bahkan mereka tak lagi pernah bertegur sapa. Kalau Khaleev memberi tugas, wanita itu hanya diam dan menerima. Paling baik, mengangguk.

Hal terparahnya lagi sekarang Ryn tak ingin tidur diranjang. Khaleev marah, tapi wanita itu acuh. Ryn lebih memilih tidur disofa setiap malamnya. Ia pernah melarang Ryn dan menyuruh wanita itu untuk tidur diranjang dan dirinya yang disofa. Tapi perperangan terjadi. Bukan perang yang sewajarnya perang. Wanita itu memilih diam semalaman dan duduk dibangku meja riasnya.

Akhirnya Khaleev mengalah. Karena dirinya tak bisa bertindak lebih. Ia lebih memilih mengganti sofa kamar yang lebih nyaman agar wanita itu tak sakit dan lain hal.

Velera dan Seth sempat heran saat Khaleev membeli sofa baru. Pasalnya lelaki itu tidak pernah mau bersangkut paut dengan urusan fornitur rumah. Tapi mengapa sekarang berbeda. Bukan Khaleev namanya kalau tak pandai berkilah.

"Khaleev, Seth" Kedua pemuda yang disebut namanya memandang wanita paruh baya disebrang.

"Ya Oma?" Seru Seth ambil andil. Karena ia tahu pasti Khaleev memilih diam. Kan tak baik juga jika panggilan tak digubris.

"Kalian tidak lupakan nanti malam kita ada acara makan malam dengan keluarga Tuan Leonard?" Khaleev memandang Seth tajam. Yang dipandang cengengesan.

"Kalian kenapa?" Tegur Velera menatap curiga kedua cucunya. Acara sarapan baru saja selesai. Jadi perbincangan baru saja dimulai.

Seth menggaruk tengkuknya. "Hehe... Seth lupa memberitahu Khaleev Oma" Serunya dengan cengiran lebar.

Velera menggeleng tak percaya. Kalau Khaleev belum tahu, berarti Ryn sama. "Ryn" Yang dipanggil mengangkat pandangannya.

"Iya Oma?" Seru wanita muda itu. Khaleev dari duduknya memandang lamat wanita yang sudah dua minggu ini mendiamkannya.

"Berarti kamu belum tahu juga?" Ryn menggeleng polos. Velera menghela nafas lelah. "Seth, kebiasaan" Seth yang dikatai kembali cengengesan.

Velera kembali memandang Ryn. "Nanti malam kita ada acara makan malam. Tuan Leonard salah satu teman baiknya mendiang suami Oma"

Ryn mengangguk. "Baik Oma" Ujarnya singkat namun masih dengan penuh kesopanan agar tak ada yang menyadari perubahannya.

Velera tersenyum sebelum memandang Khaleev. Khaleev yang merasa dipandang menoleh. "Oma engga mau dengar alasan apapun dari kamu" Tekan wanita itu membuat sang cucu bungkam.

"Yasudah, kalian bisa berangkat sekarang. Nanti takutnya kesiangan" Ketiga manusia yang sudah rapi dengan pakaian formal masing-masing mengangguk. Ryn jalan paling terakhir tak seperti biasanya yang berjalan disebelah Khaleev.

Dimobil pun Ryn duduk berjauhan dari Khaleev. Paling pojok, merapat ke sisian pintu. Kadang Khaleev ingin sekali menarik tubuh wanita itu. Tapi tak mungkin, Ryn belum baik-baik saja.

Seth memutar pandangannya ke arah belakang. Sebenarnya sudah lama penasaran. Tapi belum pernah bisa terealisasikan.

"Ekhem" Deheman sedikit keras dikeluarkan agar bisa menarik perhatian sepasang manusia dibelakang yang saling diam dengan duduk cukup berjarak.

Anagata (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang