Operasi mata

10.3K 1.1K 138
                                    

Hai Hai Haiiii

Pada kangen nggak sihh aku up lagi😭😭😭😭

Thank you kemarin yang udah suport, akhirnya akunku balik lagi. Alhamdulillah ya Allah.

Okey, jangan lupa tekan vote sama komennya. Nah, karena akunku yang ini udah balik, cerita di akun ku yang @RaraQueensya nggak aku terusin. Hehe, luvv yu kaliannn

Happy readingg bestiiii.

Hari ini adalah hari yang spesial. Karena apa? Karena Naya sudah mendapatkan pendonor mata. Kali ini, posisi Naya sedang di rumah sakit. Menunggu operasi. Tak lupa juga ditemani oleh ustadz Haidar beserta kedua anaknya disampingnya.

"Bunda, nanti bisa lihat lagi" gumam Azura. Ia memegang tangan bunda nya yang bebas infus. Ustadz Haidar tertawa, ia juga bahagia ketika mendengar Naya mendapatkan pendonor mata.

"Bun, nanti masakin kita lagi ya. Kangen masakan bunda." ucap Azzam. Naya tersenyum lembut, "Pasti dong, bunda jika kangen buat masakin kalian" Jawab Naya.

Tak lama kemudian, ada 3 orang suster masuk ke ruang inap Naya.

"Permisi, bu. Sudah waktunya untuk melakukan operasi." ucap suster tersebut dengan sopan.

"Ah, iya, suster."

"Permisi Pak, " ketiga suster tersebut mulai menyiapkan segalanya. Mulai dari infus yang dicopot dari tempatnya, dan lain-lain.

Mata Azzam kini mulai berembun.

"Cengeng, gimana kalau kita taruhan? Siapa yang nggak nangis dia yang menang. Dan siapa yang nangis, harus beliin cemilan apapun itu?" tantang azura. Ustadz Haidar yang mendengar kata 'Taruhan' tersebut menolehkan pandangan ke kedua anaknya itu.

"Taruhan apa?" tanya ustadz Haidar.

"Gapapa, yah. Bukan apa apa, hehe." Jawab Azura.

"Gue berani, dan nggak bakalan nangis." Jawab Azzam. Azura tersenyum.

"Bapak boleh ikut pasien untuk menemani pasien di ruang tunggu operasi selama pasien belum dimasukkan ke ruang operasi." ucap salah satu Suster.

"Baik, suster. Sebentar ya. Azzam, Azura. Kalian tunggu aja di ruang tunggu ya, nak. Nanti ayah nyusul." ucap ustadz Haidar. Kedua anak itu menganggukkan kepalanya.

Azzam dan Azura lebih dahulu ke ruang tunggu, sedangkan ustadz Haidar, Naya, beserta suster lewat lift yang langsung menuju di depan ruang operasi.

Saat Azzam dan Azura duduk di ruang tunggu, mereka melihat Naya dan ustadz Haidar memasuki ruang tunggu operasi, atau yang biasanya untuk menunggu giliran operasi. Tak terasa, isakan mulai terdengar dari bibir mungil Azura.

"Bunda..." gumamnya. Azzam menoleh pada kembarannya itu.

"Nangis, lo?" tanya Azzam, azura refleks mengusap kasar air mata yang mengucur deras di pipinya.

"Enggak!" sengak azura. Azzam terkekeh pelan.

"Nggak ada yang nggak nangis, dek. Nangis aja gapapa, " tutur Azzam. Mendengar perkataan tersebut, azura langsung meledakkan tangisannya.

"HUAAAAA, ABANG!!!!. ZURA TAKUT!!!" Azura menangis kencang, membuat beberapa orang yang berjalan menoleh kearah Azzam dan kembarannya itu.

"Jangan keras keras juga! Astaghfirullah." Azzam menutup mulut azura.

Azzam menangkup kedua pipi azura. "Liat sini, kita berdo'a aja. Supaya operasi nya bunda lancar. Tepis fikiran yang buruk di otak lo, yakin sama yang diatas." ucap Azzam. Azura mengangguk mantap, membuat Azzam tersenyum teduh.

Married With Ustadz Muda[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang