0.9

46.4K 3K 25
                                    

Kemarin kepanjangan gak?
Atau malah kurang?

Absen dulu yuk, siapa yang udah nungguin cerita ini update???


Btw, selamat membacanya bestie!🐼

Start

"Lo boleh nolak ini," kata Arkha mencoba mengerti.

"Dan biarin gue ngecewain nyokap-bokap kita?"

Arkha diam. Bingung menjawabnya. Sejujurnya ia pun tidak memiliki alasan untuk menolak. Menolak keinginan orang tuanya, itu bukan Arkha sekali. Apapun permintaan Leya dan Wino, Arkha selalu mencoba untuk mengabulkannya. Itu seperti sudah kebiasaannya, bahkan sejak kecil pun, tanpa Leya dan Wino minta, terkadang Arkha berinisiatif sendiri untuk memberikan orang tuanya apa yang biasanya selalu orang tua lain inginkan dari anaknya.

Meski terkadang itu memberatkannya, tapi entah kenapa ketika melihat kedua orang tuanya tersenyum bahagia itu membuat Arkha melupakan kembali apa yang sebelumnya memberatkannya. Malah terkadang Arkha menjadi merasa, "oh ternyata gini doang? Bersyukur ikutin kata Mamah."

Iya, Arkha selalu percaya apa yang Leya dan Wino katakan itu adalah demi kebaikannya, meskipun sesulit apapun itu.

Lagi pula Arkha merasa Leya dan Wino tidak akan mungkin mengatakan sesuatu yang tidak bisa ia lakukan, mereka pasti tahu batasan Arkha. Ya walaupun terkadang diawal Arkha suka menolak, tapi percaya deh, diakhir Arkha sering juga merasa bahagia melakukannya.

Sebenarnya Zheya pun merasa seperti itu, dan entah kenapa untuk permintaan yang satu ini, Zheya seperti tidak bisa menolak permintaan Rima dan Reno barang sedikitpun. Hatinya langsung tergerak untuk mengatakan ia menyetujuinya tanpa ada tolakan.

"Gue rasa bahasnya sampai disini aja, gak ada yang mau lo katakan lagi, kan?"

Arkha hendak membuka mulutnya, tapi ia urungkan kembali, sedikit ragu dengan kalimatnya yang akan ia ucapkan.

"Bilang aja, biar selesai."

"Sejujurnya, dari dulu gue berprinsip untuk menikah satu kali seumur hidup. Gue harap, kita bisa lakuin itu, Zhey," kata Arkha dengan tatapan lekatnya pada mata Zheya.

"Pikirin dulu cewek lo, jangan ngada-ngada kalau ngomong. Jalanin aja dulu, urusan kedepannya mah nanti kan bisa."

Bukan itu yang Arkha ingin dengar dari kalimat yang keluar dari mulut Zheya. Setidaknya Zheya sedikit berpendapat sama dengannya.

Tapi disini, Arkha tidak bisa menyalahkan Zheya seutuhnya. Apa yang dikatakan Zheya benar adanya. Arkha lupa jika jauh didalam hatinya masih terdapat tokoh yang berperan menjadi tokoh utama di hidupnya. Cerita indah yang sudah ia bangun dengan Aurel tujuh bulan belakangan ini terkesan menjadi sia-sia, Arkha terlalu pengecut untuk menelan fakta itu. Dan Arkha lebih pengecut untuk tidak bisa memberanikan dirinya mengambil keputusan untuk melepaskan Aurel dan memilih untuk menutupi semuanya entah sampai kapan lamanya.

"Satu yang harus lo tau Ar, bangkai apapun yang lo berusaha tutupin tetep bakal kecium baunya."

***

Arzhey [ ✓ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang