Start
—Di hari libur seperti ini memang enaknya tidur sampai siang, tapi ternyata tidak dengan Zheya. Perempuan yang sudah berstatus sebagai istri, membuat Zheya menjadi susah menikmati waktu santainya.
Di pagi hari Zheya sudah bangun untuk membersihkan kamarnya yang sedikit berantakan meskipun Arkha kembali tertidur pulas setelah Sholat subuh tadi. Tidak lupa Zheya juga membersihkan seluruh apartemennya dari mulai kamar Zheya sebelumnya, ruang TV, dapur, dan kamar mandi.
Zheya tidak bilang jika ini sangat mudah, pekerjaan ini memang cukup melelahkan. Tidak mengeluh karena ini memang sudah tugasnya, Zheya melanjutkan memasak sarapan untuk Arkha dan dirinya. Hanya masakan simple saja, nasi goreng dengan perpaduan ayam fillet yang sudah Zheya tepungi sebelumnya.
Selesai bersih-bersih, Zheya membersihkan tubuhnya terlebih dahulu karena cukup gerah bagi Zheya menyelesaikan semuanya dengan cepat. Setelah dirasa tubuh Zheya sudah bersih dan selesai berganti pakaian, Zheya baru membangunkan Arkha yang masih tertidur pulas di kasurnya.
"Ar, bangun. Sarapan dulu, udah gue buatin," ucap Zheya seraya menepuk pelan pipi Arkha.
"Arkha."
"Ar! Ish kebo!"
"Hm, bentar."
Oke, Zheya sudah mendengar suara dari mulut Arkha, yang terpenting lelaki itu sudah meresponnya. Seraya menunggu Arkha, Zheya menata wajahnya terlebih dahulu di meja riasnya.
Terlihat dari cermin jika Arkha sudah berjalan ke kamar mandi dengan malas-malasan. "Buruan! Gue laper!" teriak Zheya seiring tangannya mengetuk pintu kamar mandi.
"Iyaa, sebentar lagi!"
***
"Nanti gue mau keluar ya sama bang Agha, mungkin pulang malem," kata Zheya.
Arkha masih menikmati makanannya, tapi sedetik kemudian ia menggunakan kepalanya.
"Kalau mau di jemput, kabarin aja."
"Iya."
Setelahnya hening, tidak ada percakapan diantara keduanya, mereka sama-sama menikmati makanannya. Bagi Arkha maupun Zheya memang tidak seakrab itu untuk memulai percakapan. Yang terpenting sudah ada sedikit percakapan dalam sehari, jadi tidak garing-garing banget.
Ternyata yang selesai Arkha duluan, Zheya masih sisa beberapa suap lagi sebelum nasinya habis. Sudah hampir tiga menit lamanya Zheya menunggu lelaki di hadapannya beranjak menaruh piring kotor di wastafel, tapi di lihat dari ekor matanya belum ada pergerakan sama sekali dari Arkha. Malah yang Zheya rasakan menurut instingnya, Arkha sedang memperhatikannya makan.
Sedikit menghilangkan kegugupannya, Zheya berdehem sedikit. "Ada yang mau dibicarakan?" tanya Zheya to the point.
Arkha mengerjapkan matanya. "Eh, itu..." jeda Arkha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzhey [ ✓ END ]
Jugendliteratur17+ Bagaimana jadinya jika seseorang yang begitu asing tiba-tiba saja menjadi teman satu atap? Terlebih tanpa sepengetahuan keduanya, tiba-tiba saja mereka dinyatakan telah dijodohkan. Haruskah Arkha merasa bersalah dengan Aurel kekasihnya, karena i...