3.1

45.5K 2.7K 36
                                    

Start—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Start

"Arkha, maafin aku ya? Tangan kamu jadi penuh luka goresan gini," ujar Zheya dengan wajah murungnya.

Zheya paling tidak bisa jika melihat Arkha mempunya luka, Zheya tidak bisa. Tapi sekarang, lelaki itu malah memiliki banyak luka abstrak di tangan dan kakinya. Zheya tidak bisa membayangkan sesakit apa rasanya saat Arkha menggoreskan pecahan beling itu.

"Kamu gak salah sayang, makasih ya udah gak ngucapin perpisahan selama kita berantem," jawab Arkha seraya mengusap pipi Zheya dengan lembut.

Mata Zheya sudah berair, Arkha pastikan sebentar lagi Zheya pasti akan menangis kembali merasa bersalah.

Moodnya cepat sekali berubah.

"Kesayangannya Arkha gak boleh nangis, nanti cantiknya luntur, mau?"

Zheya menggeleng lemah, kembali membenamkan wajahnya pada dada bidang Arkha yang membuatnya sangat merasa nyaman. Tidak lupa, Zheya juga mendusel-dusel di sana, menghirup aroma tubuh Arkha yang sangat membuatnya tenang.

"Zhey," ucap Arkha dengan tepukan-tepukan pelannya di punggung Zheya.

Sebenarnya agar Zheya cepat tertidur, tapi Arkha malah kembali mengajaknya berbicara.

"Apa?"

"Kamu mau punya anak berapa?" tanya Arkha penasaran.

"Kenapa?"

"Mau tanya aja."

Zheya terdiam sebentar, memikirkan mau berapa anak yang Zheya akan berikan untuk Arkha nantinya.

"Sedapetnya aja lah, ay," jawab Zheya. "Emang kalau kamu mau berapa?" tanyanya.

"Karena aku sendirian, gak punya saudara, aku mau punya anak empat atau nggak lima, biar rumah ramai. Tapi kan kamu yang ngelahirin, jadi nanti gimana kamunya aja, aku tau ngelahirin gak gampang," jawab Arkha seiring pikirannya yang membayangkan bagaimana bahagianya ia nanti ketika bermain dengan kelima anak-anaknya.

Pasti Arkha akan merasa menjadi orang yang paling bahagia.

Zheya tersenyum dalam dekapan Arkha. Zheya tahu, lelaki yang mendekapnya ini pasti sudah lama sekali kesepian.

"Emang kenapa Mamah nggak mau punya anak lagi setelah kamu?"

Arkha menghela napasnya panjang. "Mamah trauma sama rasa sakitnya melahirkan, karena yang aku tau emang ada beberapa kasus yang sama kayak Mamah. Jadi aku gak akan maksain buat kita punya anak banyak, yang penting kamu sehat, selamat, udah cukup banget buat aku."

Zheya baru tau jika Leya mempunyai rasa trauma untuk melahirkan. Apa melahirkan memang sesakit itu ya? Tapi Zheya tidak bisa menyimpulkannya begitu saja kan? Itu memang wajar terjadi dengan orang-orang, mempunyai rasa trauma karena menurutnya itu sangat menyakitkan.

Arzhey [ ✓ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang