4.1

34.1K 2.2K 81
                                    

Start

Sejak tadi Arkha hanya bisa mondar-mandir di depan ruang operasi, dokter tidak mengizinkan Arkha untuk masuk karena ternyata salah satu anak yang berada di dalam kandungan Zheya sedikit kelilit dengan tali pusarnya.

Iya, ternyata ada dua bayi di dalam perut Zheya dan dua-duanya laki-laki semua.

Itu baru diketahui Arkha ketika Zheya check up di bulan ketujuh, Arkha maupun Zheya benar-benar terkejut dan tidak tahu harus reaksi apa yang pertama kali mereka harus tampilkan. Yang pasti jauh di dalam hati keduanya mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Meskipun pada akhirnya Zheya merasa sedikit takut akan ia yang tidak bisa membuat anak-anaknya tidak bisa berhasil menghirup udara dunia.

"Arkha! Gimana keadaan anak Mamah?" seru Rima dengan sangat panik begitu mendengar kabar dari Leya jika Zheya sedang berada di ruang operasi.

Arkha terkejut ketika mendapati Rima, Reno, dan Agha di sini, pasalnya yang ia tahu mereka masih berada di London untuk beberapa hari kedepan sebelum Zheya melahirkan.

"Mamah?"

"Mamah sama Papah mau bikin suprise buat kalian, tapi denger kabar dari Leya malah kita yang merasa di suprisein!"

Sebenarnya Arkha masih sulit mencerna semuanya, ia masih terlalu linglung untuk memikirkan semuanya selain Zheya yang kini sedang mempertaruhkan nyawanya untuk kedua anaknya.

Arkha bersimpuh pada kedua kaki Rima dan Reno, mengeluarkan tangisnya di sana.

"Mamah, Papah maafin kesalahan Zheya dan Arkha selama ini. Maaf kalau kita ada salah sama kalian, tolong maafin demi kelancaran persalinan Zheya, Mah, Pah."

Hati Rima dan Reno bergetar mendengar tangisan menyayat Arkha. Sebelum Rima dan Reno datang, memang Arkha juga melakukan hal yang sama dengan Leya dan Wino.

Arkha meminta maaf kepada kedua orang tuanya dan kedua mertuanya, meminta do'a untuk persalinan Zheya di lancarkan dan Zheya di selamatkan dalam melahirkan anak-anaknya.

"Maafin Arkha udah buat Zheya sakit karena ngelahirin anak Arkha dan Zheya, maafin Arkha Mah, Pah..."

Rima tidak kuat melihat Arkha yang masih menangis di bawah kakinya, Rima berjongkok, mengangkat pelan tubuh Arkha agar berdiri.

Setelah berhasil berdiri, Rima memeluk Arkha dengan sangat eratnya.

"Gak usah minta maaf Arkha, ini sudah kodratnya perempuan. Bukan kesalahan kamu."

Reno menepuk-nepuk punggung Arkha, mencoba memberi kekuatan untuk Arkha, menantunya.

"Sudah Arkha, lebih baik kita do'akan Zheya selamat dan bisa melahirkan anak-anak kalian dalam keadaan sehat semuanya," ucap Reno mengingatkan.

***

Arkha memejamkan kedua matanya sambil duduk di salah satu kursi tunggu di depan ruang operasi Zheya, pasalnya sejak tadi belum ada tanda-tanda untuk operasi selesai.

Rasa khawatir kini benar-benar menguasai diri Arkha saat ini. Arkha sangat merutuki pikirannya yang sangat bodoh karena sudah berpikir negatif terus selama operasi Zheya berlangsung.

"Arkha, kamu istirahat dulu aja."

"Iya, pasti capek juga kan? Dari tadi kamu belum makan juga, pergi ke kantin biar Zheya kita yang tunggu."

Arkha menggeleng keras, menolak untuk meninggalkan Zheya. Entah kenapa rasa hatinya sangat tidak enak sekarang, Arkha seperti mempunyai feeling dari permintaan Zheya untuk tidak meninggalkannya kemana-mana. Meskipun Arkha hanya bisa menemaninya dari luar, setidaknya Arkha menjadi salah satu orang yang harus mendengar kabar Zheya ketika dokter keluar memberi kabar.

Arzhey [ ✓ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang