1.3

51.3K 3.2K 28
                                    

Start—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Start

"Dhey, kenapa?!" tanya Arkha dengan sangat khawatir.

Dengan sigap Arkha langsung meraih tubuh Zheya yang sudah tidak sadarkan diri. Entah karena ia terlalu pusing akibat pengaruh alkohol yang ia minum, atau karena ada benturan di kepalanya yang baru berefek dan membuat Zheya jadi tidak sadarkan diri.

"Ih anu, nanti gue jelasin deh. Btw ini temen gua sama Zheya, dia yang udah nolongin Zheya tadi."

Arkha melirik lelaki yang di tunjuk Dheya sekilas. Arkha seperti pernah melihat lelaki ini sebelumnya, tapi dimana?

"Thanks udah bantu i---"

"Ini yang gue bilang sepupunya Zheya," sela Dheya memotong ucapan Arkha.

Gibran tersenyum tipis, mengangguk sopan. "Sama-sama, gue seneng kok nolong sepupu lo."

"Oke." Arkha langsung membawa Zheya kedalam gendongannya dan membawa Zheya ke apartemennya meninggalkan keduanya yang masih diam terbengong.

Dheya yang hanya di tinggal berdua dengan Gibran, mendadak menjadi canggung. "Hm anu, si Arkha kayaknya panik banget. Gue bantu Arkha dulu boleh, ya?"

"Boleh, langsung aja bantu. Kebetulan gue juga masih ada urusan," ujar Gibran.

"Makaih banget ya sekali lagi, Gib. Lo emang temen terdebes gue dah pokoknya nyet!"

"Setan lo! Dah gue cabut duluan ya."

"Oke, hati-hati Gib!"

Gibran mengacungkan keduanya jempolnya ke arah Dhea dan melambaikan tangannya sebagai tanda salam perpisahan mereka.

Setelah melihat punggung Gibran yang semakin menjauh, Dhea langsung menyusul Arkha ke apartemennya. Mengecek kondisi Zheya yang sudah dibaringkan Arkha di kamarnya.

Kedua mata Zheya masih terpejam, Arkha juga terlihat sedang menelfon seseorang yang Dhea rasa adalah dokter pribadi Arkha.

Setelah Arkha selesai menelfon, ia menghampiri Zheya dan Dhea. "Gimana? Zheya masih belum bangun?" tanya Dhea.

"Belum, gue udah telfon dokter buat cek kondisinya."

Dhea mengangguk paham, kembali melirik Zheya yang masih terpejam tanpa berniat membuka matanya.

"Lo si Zhey, kalau gue bilangin gak pernah nurut!" omel Dhea meskipun perempuan itu tau jika Zheya tidak akan mendengarkannya.

"Boleh jelasin ke gue gak, Dhey?"

Dhea mengangguk, kemudian menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir sesuai faktanya tanpa ada yang terkecuali. Dhea benar-benar menjelaskannya kepada Arkha sampai dokter yang Arkha panggil tiba di apartemennya.

Arkha tidak menyalahkan siapapun, malah ia menyalahkan dirinya sendiri yang mengizinkan Zheya untuk keluar di malam hari. Jika saja Arkha lebih tegas lagi dengan Zheya mungkin semuanya tidak akan terjadi seperti ini.

Arzhey [ ✓ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang