Start
—Anak-anaknya Arkha tuh emang lucu banget, apalagi kalau lagi nyusu sama Zheya, Arkha jadi gemes sendiri rasanya.
Seperti sekarang ini, Zheya yang sedang menyusui Razan di tepi ranjang. Dan Arkha yang baru selesai mandi melihatnya, langsung memiliki ide jahil dalam otaknya.
Dengan sangat jahilnya, Arkha duduk di hadapan Zheya dan mengamati Razan yang sedang menyusu.
Sangat rakus, dua kata itulah yang Arkha ucapkan dalam hati ketika Razan dengan lahapnya menyedot asi Zheya.
"Heh Razan, gantian dong Papah juga mau. Jangan kamu mulu, kalau kamu gak nyusu ya Rezan yang nyusu, kapan Papahnya?" kata Arkha dengan nada kesalnya yang ia buat-buat seperti sedang memarahi Razan.
Razan yang memang masih belum mengerti hanya bisa menatap Arkha dengan tatapan polosnya, merasa bingung dengan apa yang Arkha katakan.
"Apa liatin Papah gitu? Papah ganteng, ya?" ucap Arkha percaya diri.
"Papah jelek," jawab Zheya yang seperti menirukan suara anak kecil, mewakili Razan yang belum bisa bicara.
"Enak aja, kamu tuh harus bersyukur punya Papah ganteng, jadi kamunya ikutan ganteng juga," sahut Arkha.
"Pede banget sih kamu, Ar."
"Ssttt diem, Buna gak di ajak."
Arkha mengecup pipi gembul Razan, menoel-noelnya dengan telunjuknya dengan sangat gemasnya. Beberapa kali Razan sempat merengek karena aktivitas nyusunya yang diganggu dengan Arkha.
Tapi memang ini kan tujuan Arkha sebenarnya, ingin mengusili anaknya. Jadi masih dengan kejahilannya, Arkha melepaskan pagutan mulut Razan pada puting Zheya. Keusilannya itu tidak ia lakukan sekali dua kali, tapi berkali-kali sampai membuat Razan kesal karena tidak merasa nyaman menyusunnya.
"Hoekk!!! Hoekk!!! Hoekk!!!"
Tangisan keras Razan pecah setelah merasa berkali-kali di usili oleh Arkha.
Zheya yang juga merasa kesal karena Razan di buat nangis oleh Arkha, perempuan yang sekarang sudah berstatus menjadi ibu itu langsung memukul punggung tangan Arkha dan menatapnya dengan tajam.
"Bisa gak kamu diem? Razan lagi nyusu, kalau dia nangis nanti Rezan juga ikut nangis Arkha!"
Arkha tersenyum lebar menampilkan gigi-gigi putihnya. "Mau gantian yang, Razan kelamaan itu," kata Arkha pelan.
"Udah sana kamu, jangan ganggu anak aku."
Arkha mengerucutkan bibirnya ke bawah, merasa sedang di usir sama Zheya walaupun sebenarnya memang kenyataannya di usir dengan Zheya sih.
Tapi kan agak ngeselin juga ya, malam-malamnya yang seharusnya kedua benda kenyal berdaging itu miliknya, kini Arkha sama sekali tidak bisa menyentuhnya. Bahkan ketika ia sedang tidur pun, Razan dan Rezan seakan tau jika Arkha akan menyusu. Jadi entah itu Rezan atau Razan, salah satu dari mereka pasti ada saja yang langsung mengeluarkan tangisannya. Membuat Arkha lagi-lagi harus mengalah, membiarkan miliknya di rebut kembali dengan anak-anaknya.
"Udah jadi bapak, harus ngalah sama anak. Sekarang ini punya mereka, bukan kamu lagi," kata Zheya seiring tangannya mengusap pelan pipi Razan yang sudah mulai tenang setelah habis menangis di jahili Arkha tadi.
"Loh gak bisa gitu dong, yang! Itu tetep punya aku, mereka mah cuma sementara doang pakainya, beda sama aku yang setiap har--"
"Awsh!" pekik Arkha kala bibirnya yang sengaja di tabok oleh Zheya karena ngomong sembarangan di depan Razan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzhey [ ✓ END ]
Teen Fiction17+ Bagaimana jadinya jika seseorang yang begitu asing tiba-tiba saja menjadi teman satu atap? Terlebih tanpa sepengetahuan keduanya, tiba-tiba saja mereka dinyatakan telah dijodohkan. Haruskah Arkha merasa bersalah dengan Aurel kekasihnya, karena i...