0.2

54.8K 3.2K 21
                                    

Start—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Start

Zheya sudah tiba di apartemen sejak dua puluh menit yang lalu, dan kini ia sedang membuat susu kesukaannya di dapur.

Belum genap sehari ia tinggal bersama dengan Arkha saja Zheya seperti sudah kehilangan dirinya. Biasanya ia akan berisik di kamar, menyanyi-nyanyi layaknya orang ke setanan dengan loncat-loncat di atas ranjangnya.

Tapi sepertinya kali ini ia harus mengubur dalam-dalam hobi malamnya itu, karena yang ia lihat sepertinya Arkha tidak menyukai ke berisikan di sekitarnya. Lelaki itu terlihat cukup pendiam meski kalau di ajak bicara masih merespon dengan sangat baik.

"Ekhem," dehem Arkha yang baru saja memasuki dapur dan membuktikan pintu kulkasnya.

"Ada yang bisa gue bantu?" tanya Zheya yang sedikit peka jika Arkha akan mengatakan sesuatu.

"Gue perlu bicara. Sekarang. Di sana," kata Arkha menunjuk arah balkon apartemennya.

"O-oh, oke gue akan ke sana seben–"

Belum sempat Zheya menyelesaikan ucapannya, Arkha sudah lebih dulu meninggalkannya sendirian di dapur.

Zheya jadi melebarkan bola matanya, tidak menyangka ia akan di kacangi seperti itu.

"Gak apa-apa, Zheya sabar kan Zhey?" ucap Zheya pada dirinya sendiri sambil tersenyum terpaksa.

***

"Ada apa?" tanya Zheya begitu duduk di samping kursi yang Arkha duduki juga di sana.

Arkha menyeruput sodanya, melihat lurus ke depan ke arah gedung-gedung tinggi yang menjadi pemandangan dari balkon apartemennya.

"Lo gak tau kapan nyokap bokap lo balik?" tanya Arkha.

"Nggak."

Helaan napas keluar dari mulut Arkha. "Terus sampai kapan lo bakal di sini? Gue gak mungkin selamanya nampung lo, kan?"

Agaknya Zheya terkejut dengan pertanyaan itu. "Ah, lo keberatan ya gue di sini?"

"Munafik kalau gue jawab nggak?"

Zheya tersenyum kecut. "Oke, maaf. Gue pastikan, gue gak akan lama kok di sini. Seandainya emang nyokap, bokap gue pulang telat, gue janji akan tetap keluar dari apartemen lo secepatnya."

Arkha mengangguk pelan, kembali menyeruput sodanya.

"Oke, bagus," kata Arkha. "Dan gue minta, tolong tetap jaga batasan lo di apartemen gue. Jangan masukin area yang bukan area lo, kamar gue contohnya."

Kedua alis Zheya bertaut tidak mengerti. "Gue rasa, tanpa lo kasih tau gue juga udah cukup pintar dalam memilih yang mana area gue dan bukan area gue. Gue juga sadar kok, di sini gue cuma numpang. Jadi bapak Arkha yang terhormat, lo gak perlu takut untuk hal itu," ucap Zheya sedikit tegas dari sebelumnya.

Arzhey [ ✓ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang