3.4

37.9K 2.4K 50
                                    

Start—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Start

Setelah Arkha menyetujui keinginan Zheya, maka mereka di sini sekarang. Pagi-pagi sekali Arkha mengumpulkan teman-temannya di apartemennya tanpa memberitahu maksud dari tujuannya.

Sedangkan Zheya yang sudah duduk di samping Arkha malah tersenyum lebar dengan binaran matanya yang sudah tidak sabar di cium Alfin.

Sebenarnya Zheya pun tidak tega melihat wajah melas Arkha yang tidak rela menuruti ngidamnya, tapi mau bagaimana lagi? Zheya sangat menginginkan itu, entah kenapaa ketika melihat Alfin Zheya menjadi merasa sangat bersemangat.

"Ar, ada masalah lagi?" tanya Devin dengan hati-hati saat Arkha tak kunjung membuka suaranya, padahal mereka semua sudah berkumpul.

Arkha mengusap wajahnya dengan kasar, mengacak-acak rambutnya yang menjadikan dirinya semakin terlihat sangat frustasi.

"Cerita aja masalah lo sama kita, Ar," ujar Alfin yang merasa kasihan juga melihat wajah frustasi Arkha.

Tapi mereka herannya, justru Zheya terlihat seperti merasa yang paling bahagia. Jauh berbeda dengan Arkha sekarang.

"Justru masalahnya lo, Al," jawab Arkha datar.

Alfin melongo, tidak mengerti dengan perkataan Arkha yang seakan menyalahkan dirinya. Padahal seingat Alfin ia sama sekali tidak membuat onar belakangan ini, ia suda cukup galau untuk berhenti memikirkan cara untuk melupakan Dhea di hatinya.

"Gue? Kenapa?" beo Alfin terkejut.

"Lo berdua ada masalah?" tanya Seno kembali setelah sekian lama ia diam.

"Ada, banget."

"Apa?"

"Zheya ngidam mau di cium sama lo," jawab Arkha terdengar sangat frustasi di telinga mereka.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"AHAHAHA ANJING NGAKAK!" tawa Devin pecah begitu mendengar jawaban Arkha.

"HAH?! ZHEYA SERIUS?!" pekik Dhea yang sangat terkejut.

Seno hanya menggelengkan kepala sudah tidak tahu harus beraksi seperti apa, bisa dikatakan Seno yang paling tenang sekarang.

Sedangkan Alfin, lelaki itu hanya melongo tidak tahu harus senang atau justru takut. Senang karena kapan lagi bisa mencium perempuan cantik seperti Zheya, tapi takut entah ini hari terakhirnya untuk hidup atau hari sialnya untuk berakhir kembali di rumah sakit selama berminggu-minggu.

"Gimana? Alfin mau kan?" tanya Zheya dengan puppy eyesnya.

Arkha yang melihat itu malah langsung mengusap wajah Zheya kesal.

"Mata lo kayak ngarep banget babi!"

Zheya mencebikkan bibirnya kesal. "Emang aku ngarep banget kok! Ayok buruan, gue udah gak sabar!" cetus Zheya seiring tangannya mengusap-usap perut buncit Zheya.

Arzhey [ ✓ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang