Start
—Setelah kemarin sudah tidak ke kampus, akhirnya hari ini Zheya ke kampus bersama Dhea yang tadi menjemputnya. Tidak mungkin kan jika Zheya berangkat bersama Arkha? Mau dibilang apa dia sama orang-orang yang melihatnya nanti? Terlebih Zheya tidak mau berurusan dengan pacarnya itu.
Zheya melangkahkan kakinya ke kantin bersama Dhea di sampingnya yang masih berceloteh mengenai kepulangannya bersama dengan Devin waktu lalu.
"Ih pokoknya ka Devin ganteng banget jskakslslls!"
"Ngomong apa sih lo, Dhey?"
Dhea memukul pelan lengan Zheya kesal. "Lo ish, dengerin gue gak sih?"
"Hoy! Udah sembuh lo?" tanya Gibran yang langsung bergabung dengan Zheya dan Dhea. Mengikuti langkah keduanya yang menuju kantin kampus.
"Berat monyet!" seru Dhea kesal karena tangan kekar Gibran yang tiba-tiba merangkul pundaknya dan Zheya bersamaan.
"Diem lo, gue lagi ngomong sama Zheya."
"Udah, thanks ya udah tolongin gue," Zheya menepuk lengan Gibran yang bertengger di bahunya.
"Apa si yang nggak buat bocil yang satu ini, ya gak Dhey?" Gibran menaik turunkan alisnya.
"Gak!"
Gibran mendengus sebal. Melirik Dhea sekilas dengan tatapan kesalnya.
"Tuh bocah satu nenek lampir kenapa sensi banget dah, Zhey?"
Dhea melotot tidak terima, dan langsung mencubit perut Gibran kencang.
"SIAPA YANG LO PANGGIL NE--- HMPHMP!!!"
Terkejut dengan teriakkan Dhea, dengan sigapnya Gibran langsung membekap mulut toa perempuan itu dengan telapak tangannya. Memelototinya agar berhenti mengoceh. Setelah di rasa Dhea sudah selesai dengan ocehannya barulah Gibran melepaskan bekapannya pada mulut Dhea.
"Sial, mulut lo berisik banget anjir!"
"Lonya!"
Zheya tertawa kecil melihat interaksi kedua temannya yang sangat sulit sekali untuk akur. Zheya menepuk pelan pundak Gibran sehingga lelaki yang tengah kesal itu menoleh ke arah Zheya dengan ogah-ogahan.
"Dhea tuh lagi sensi, gue gak dengerin cerita dia yang dianter pulang ka Devin."
Gibran beroh ria. "Devin temen sepupu lo itu?"
"Eh? Oh, iya. Temennya Arkha sepupu gue," jawab Zheya cepat.
Merasakan atmosfer yang kurang baik diantara ketiganya, Dhea langsung berinisiatif untuk mengajak keduanya cepat sampai di kantin karena perutnya sudah sangat lapar.
Sesampainya di sana mereka langsung mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman mereka tempati.
Tidak lupa Dhea juga memesan semangkuk bakso dan minum untuk ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzhey [ ✓ END ]
Teen Fiction17+ Bagaimana jadinya jika seseorang yang begitu asing tiba-tiba saja menjadi teman satu atap? Terlebih tanpa sepengetahuan keduanya, tiba-tiba saja mereka dinyatakan telah dijodohkan. Haruskah Arkha merasa bersalah dengan Aurel kekasihnya, karena i...