Start
—"Kamu kapan wisudanya?" tanya Zheya begitu Arkha meletakkan kepalanya di atas paha Zheya sebagai bantalannya.
Arkha memiringkan kepalanya menghadap ke perut Zheya yang sudah sangat besar. Ia menyingkap baju Zheya ke atas sedikit agar Arkha bisa mencium perutnya secara langsung.
"Minggu depan, HPL kamu kapan?"
Zheya melirik layar handphonenya yang menampilkan tanggal di sana.
"Dua mingguan lagi sih, masih agak lama. Nanti kamu cutinya seminggu sebelum aku lahiran, ya?"
Arkha menganggukkan kepalanya pelan dan kembali bermain pada perut besar Zheya.
"Yang," panggil Arkha.
"Apa?"
"Maafin aku, ya? Pasti sakit ya hamil anak kita?"
Zheya tersenyum tipis, entah kenapa akhir-akhir ini lelaki itu selalu saja meminta maaf karena sudah membuat Zheya hamil. Padahal ini memang sudah kodratnya untuk hamil dan melahirkan, kan?
Zheya menyisir rambut Arkha dengan jari-jarinya. "Sakit kadang, tapi aku bahagia."
Arkha meneteskan air matanya, tidak kuat melihat wajah teduh Zheya perempuan yang sudah menempati seluruh ruang kosong di dalam hati Arkha tanpa menyisakan sebuah celah barah sedikit pun.
"Kok kamu nangis?" tanya Zheya panik.
"Gak tau, aku mau nangis aja, sedih, hiks!"
Zheya tertawa kecil. Selain selalu meminta maaf, akhir-akhir ini Arkha juga mudah sekali untuk tiba-tiba menangis. Entah kenapa hati lelaki itu menjadi mudah sekali tersentuh.
Pernah saat Zheya meminta Arkha untuk mengantarkannya ke rumah sakit untuk check up, tidak sengaja di sana Arkha dan Zheya melihat ada seorang anak kecil yang sedang memakan ice creamnya di bangku taman.
Tidak lama setelahnya, mereka melihat jika ice cream yang sedang anak kecil itu genggam tiba-tiba saja terjatuh ke tanah.
Anak kecil itu sih tidak menangis, ia membiarkan ice cream itu terjatuh begitu saja. Tapi lain dengan Arkha, justru malah lelaki itu yang menangis sampai terisak karena katanya ia sangat sedih melihat ice cream yang terjatuh dan tidak bisa di makan lagi.
Zheya sampai di buat melongo olehnya, sempat kesusahan juga untuk Zheya membujuk Arkha agar berhenti menangis.
"Kamu kenapa si, ay? Lagi gampang banget nangis deh," tanya Zheya penasaran.
"Gak tau, aku mau nangis terus deh. Aku kenapa ya, Zhey?"
"Mana aku tau Arkha, kan kamu yang rasain."
Arkha mengerucutkan bibirnya kebawah, merasa sedang di marahi oleh Zheya dan berakhir Arkha menangis kembali, padahal kan nggak sama sekali. Arkhanya aja yang baperan. Tapi kali ini tangisannya sedikit kencang dari sebelumnya, membuat Zheya langsung kicep dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzhey [ ✓ END ]
Teen Fiction17+ Bagaimana jadinya jika seseorang yang begitu asing tiba-tiba saja menjadi teman satu atap? Terlebih tanpa sepengetahuan keduanya, tiba-tiba saja mereka dinyatakan telah dijodohkan. Haruskah Arkha merasa bersalah dengan Aurel kekasihnya, karena i...