Chapter 08

257 22 4
                                    

Kanebo Kering Berjalan
Butterflies addict.
———————

Di depan gerbang tempat ibadahnya, Nagine menunggu seseorang yang hari ini berniat mengajak gadis itu keluar. Perasaannya sangat campur aduk. Denyut jantungnya bahkan berdetak jauh kali lebih hebat dibanding saat mereka berkomunikasi secara virtual. Kali ini, di hari Minggu ini mereka akan pergi berdua. Apa boleh Nagine menyebutnya sebagai kencan pertama?

Seumur hidup gadis itu tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Karena sedari awal, hatinya jatuh pada Arthar seorang. Hanya dia yang berhasil mengikat hati perempuan itu. Nagine benar-benar membuktikan bahwa dirinya setia, meskipun belum ada feedback, tapi untuk kali ini apa dia bisa mengatakan bahwa ini balasan dari sebuah penantian panjangnya? Apa boleh?

Motor vario abu yang dia maksud saat itu kini terlihat menghampirinya lagi setelah di tukang bensin saat itu. Bedanya kali ini lebih spesial, Nagine benar-benar dihampiri, dan bukan karena mereka membeli bensin di tempat yang sama. Jantungnya semakin berdebar kencang melihat pemandangan memabukkan seperti ini.

“A–ayo,” kata Arthar begitu sampai di depan Nagine. Gadis itu jadi gemas sendiri melihat Arthar yang sepertinya malu-malu mengajaknya keluar. Di antara kegelian akibat kupu-kupu gaib yang ia rasa, Nagine menerime helm yang baru saja diserahkan Arthar.

Tidak ada adegan dipasangkan helm, Nagine memasangnya sendiri setelah berhasil naik di motor Arthar. Gila. Ini pertama kalinya gadis itu seperti ini.

“Jantung gue astaga,” cicitnya kesal karena satu-satunya organ yang membuatnya tetap hidup berdetak cepat tak tahu waktu. Bagaimana kalau sampai Arthar mendengar? Dia bisa malu.

Sepanjang jalan tidak ada percakapan apa pun. Nagine jadi kesal sendiri karena Arthar begitu kaku. Namun, jangan lupakan siapa Nagine. Dia gadis bar-bar yang 90% hidupnya pasti malu-maluin. Tanpa rasa sungkan, atau malu-malu seperti jiwa hello kitty dia bisa memulai topik lebih dulu tanpa bantuan sahabat tentunya.

Gadis itu berdehem agak keras berusaha membuat Arthar mendengar kode yang dia buat, tapi sepertinya sia-sia karena Arthar adalah laki-laki kaku, gengsian, dan tidak peka. Nagine menyebutnya kanebo kering berjalan.

Nagine paling tidak suka menunggu, tapi untuk Arthar prinsip itu tidak berlaku. Dengan perasaan yang jauh dari kata malu bahkan gengsi, Nagine menepuk pundak laki-laki yang sedang sibuk menyetir motor.

“Kita ke mana, Ar?”

“Bukan ke Bogor pastinya. Ke Bandung mau, ‘kan?”

Tanpa berpikir pun Nagine pasti mengangguk dengan antusias. “Mau, kok. Apa pun itu, asal sama lo, gue mau.”

Arthar tiba-tiba terbatuk. Hal itu membuat ide jail terbit di otak Nagine. “Kenapa Ayang?” tanyanya dengan sengaja menekankan kata ayang.

Namun, sepertinya itu semua menjadi bencana karena Arthar langsung menarik rem secara dadakan terkejut dengan panggilan maut itu.

“Canda, Ar,” kata Nagine di sela-sela jantungnya yang terasa hampir copot akibat keterkejutan.

“Lo buat jantung gue deg-degan,” cicit Arthar yang tentunya didengar oleh Nagine. Gadis itu kini tersenyum. Ia semakin semangat untuk mengambil hati Arthar sekarang.

“Awas jatuh cinta!” katanya pelan di belakang telinga Arthar. Laki-laki itu mengangkat bahu takut.

Sadar diperhatikan sekeliling, Nagine memutus acara gombal-menggombal. “Sorry, bisa dilanjut jalannya? Tuh para pengendara lain liat kita sinis gara-gara lo ngerem dadakan.”

Arthar melihat sekeliling, ternyata benar. Hilang sudah harga dirinya. “Lo bener,” kata Arthar kemudian kembali menarik stang gasnya ke bawah.

Only 9 Years | lo.gi.na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang