Chapter 57

171 18 0
                                    

Unique Thing
The real; Pelengkap Iman.
———————

Laki-laki itu tak berani melihat ke arah tangga yang sedang ditapaki jelmaan bidadari sedang diapit oleh dua perempuan. Walaupun wajah cantik itu sudah dibaluti niqab senada dengan warna gamisnya tetap saja membuat Husain tidak rela jika semua orang menatap istrinya penuh kagum. Dia suaminya saja masih takut memandang lama-lama. Lah ini?

Asiyah si penata acara berdiri menyambut Nagine dan menyuruh gadis itu untuk menempati posisi di samping Husain. “Salim ya. Kalian sudah halal,” katanya mengarahkan.

Sejenak Nagine memandang Husain, keduanya saling pandang. Husain ragu mengulurkan tangannya. Laki-laki itu kemudian membuang muka dan memundurkan posisinya beberapa langkah. Dia mengelus nada, melirik ke arah Kyai Afnan sambil menggeleng.

Kulo deg-degan, Bi,” katanya pada Kyai Afnan yang tanpa disadari berhasil membuat semua orang tertawa karena yang diucapkannya bukan lagi bisik-bisik.

Nagine yang sudah berhasil mengatur deru napas pun menjadi salah tingkah dan harus restart mengatur keberaniannya lagi.

Kyai Afnan mengelus pundak putranya. “Ayo, istrimu mau salim.”

Husain kembali reflek memegangi dadanya sambil menarik napas. Kata istrimu yang tadi abinya ucapkan sukses membuat salah tingkah.

“Nikah tuh memang gini, Cen. Banyak nikmatnya. Lihat-lihatan doang aja bisa nambah pahala,” kata Kyai Afnan. Pria itu kemudian kembali membawa Husain untuk menghadap Nagine yang tengah menunduk malu.

Lukas kemudian mengambil posisi di samping putrinya, dia memegangi tangan Nagine lalu diulurkannya ke arah Husain.

Tanpa Kyai Afnan bantu sodorkan, Husain memberikan tangannya untuk dicium oleh Nagine pertama kali. Akhirnya Nagine bisa mempertemukan hidungnya dengan punggung tangan Husain. Beberapa kamera sibuk memotret momen kedua mempelai.

Sentuhan lembut yang pertama kali Husain rasakan itu membuatnya tak mau kalah untuk menyentuh ubun-ubun perempuan yang beberapa menit lalu menjadi istrinya.

Allahumma inni as aluka khoyrohaa wa khoyro maa jabaltahaa alaih. Wa a'udzubika min syarri haa wa min syarri maa jabaltahaa alaih.

Doa itu Nagine aminkan.

Kini menjadi sebuah pemandangan yang meneduhkan. Lukas dan Sevina sudah berhasil menikahkan putrinya. Kyai Afnan dan Umi Abidah pun turut berbahagia karena berhasil mengantarkan putranya menjemput gerbang rezeki.

Husain melepaskan sentuhannya dengan keadaan kedua bibir yang ia lipat menahan senyum. Sungguh laki-laki itu tidak kuat lagi dengan kemeleyotan ini.

“Gus Husein monggo dicium ningnya,” kata Asiyah.

Nagine memandang Asiyah sambil mengerutkan dahi. Di balik niqabnya dia memasang wajah bingung. Selain bingung dengan arahan dari penata acaranya yang ia anggap kurang sopan meskipun sangat wajar dilakukan oleh suami istri. Kedua, ia bingung dengan Asiyah yang memanggilnya ning padahal dia bukan orang sunda. Apalagi namanya juga tidak ada naning-naningnya.

“Harus dicium di depan umum gini ta Mbak?” tanya Husain. Ia sedikit malu soalnya.

Nggih, Gus. Ini sekali aja kok buat mengabadikan momen, ya ‘kan Mas kameramen?” tanya Asiyah melirik dua orang laki-laki yang sama-sama memegangi kamera. Mereka mengangguk bersamaan.

Yowis nggak papa, Le. Sekali aja kok,” kata Umi Abidah. Mau tak mau Husain mengiyakannya.

Dia memegangi kepala Nagine, tapi justru gantian. Gadis itu malah berlari memeluk ayahnya karena malu. Nagine bersembunyi di dada bidang Lukas saking malunya. Tidak peduli jika hal seperti ini malah semakin memalukannya.

Only 9 Years | lo.gi.na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang