Best of King
———————Setelah sekian lama menempuh perjalanan hidup yang panjang, ini masa yang tidak pernah Nagine bayangkan sebelumnya. Akan menikah dengan laki-laki bukan cinta pertamanya setelah sang papa. Dari sini juga gadis itu menjadi paham bahwa tidak semua perjalanan memiliki akhir yang terlintas dalam sebuah benak sebelumnya.
Me and you yang dulunya never had a connection kini justru connected meskipun dengan orang yang tak sama. Hidup memang selalu seperti itu, ‘kan? Terkadang manusia memang harus rela melepaskan sesuatu yang baik demi mendapatkan yang jauh lebih baik.
Dulu saat mengikhlaskannya dengan orang baru Nagine justru jujur pada dirinya sendiri bahwa jika waktu bisa ia putar, dirinya tidak ingin mengenal Arthar dalam hal apa pun. Namun, semuanya berujung terbantahkan tak sampai dalam semenit karena tanpa mengenal laki-laki itu terlebih dulu, mungkin ia tidak akan bertemu dengan luka yang membuatnya bertemu dengan laki-laki seperti Husain.
Pergi yang dulunya sulit kini menjadi hal yang paling ia banggakan karena berhasil melawan semuanya meskipun harus mendahulukan perit, sakit, dan tangis.
Sekarang, Nagine benar-benar tidak pernah menyesal pernah memberikan effort lebih pada laki-laki seperti Arthar. Ya, walaupun jika dilihat dan diingat-ingat lagi seperti tidak ada harganya, tapi ternyata proses ini yang membuatnya dirinya berharga. Dia jadi menemukan laki-laki yang bisa memperjuangkannya mati-matian seperti Husain.
Melepas dan ikhlas adalah hal mutlak yang tidak bisa diganggu gugat.
“Jodoh itu memang aneh. Kadang deketnya sama kamu, tapi nikahnya sama orang lain. Ngerasanya ditikung, tapi Tuhan memang nggak ngedukung. No, itu bukan ditinggalin, tapi memang takdirnya bukan sama dia.”
Mendengar petuah itu Nagine tersenyum. Dia merasa dirinya beruntung. Di balik musibah yang dua tahun ini ia hadapi, ternyata juga membuka jalan untuknya kembali menggapai lentera yang sempat padam itu.
Dengan matanya sendiri Nagine melihat Lukas sedang menepuk bahu Husain dan menatap laki-laki itu penuh serius.
“Jaga putri saya, meskipun saya bukan ayah yang baik, setidaknya tolong jadi suami yang baik. Dia tidak mendapat kasih sayang ayahnya dengan tulus, tapi saya harap kamu bisa memberikannya,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Spontanitas yang ada, Nagine memegang pergelangan ayahnya sambil menggeleng. “Nggak, Pa. You are is the best father, is the best king for his princess.”
Lukas tersenyum, lalu mengelus puncak kepala putrinya yang tertutup hijab. “Husain juga akan menjadi pangeran yang baik untuk tuan putri,” katanya.
Nagine melirik ke arah Husain yang sedang mengedarkan pandangan. Laki-laki itu berusaha untuk tidak terlibat kontak mata dengan Nagine setelah fitting gaun pernikahan tadi. Keduanya akan melangsungkan pernikahan dua minggu lagi di Surabaya dengan konsep sederhana. Tidak ada resepsi yang mewah meskipun keduanya mampu.
“Kamu udah cetak undangan, Gin?” tanya Sevina.
“Kemarin baru selesai buat designnya, Ma. Ini nanti habis dari sini mau Nagine print.”
Sejak awal ini memang keinginan Nagine. Pernikahan sederhana dan tak terlalu mewah adalah wedding dream-nya. Saking tak maunya ribet, ia bahkan mempersiapkan undangan pernikahan sendiri. Toh kalaupun mewah-mewah juga akan dibuang.
“Kapan kamu akan balik ke Surabaya, Sen?” tanya Lukas kepada Husain.
“H min lima akad saya sudah flight ke Surabaya. Umi dan Abi meminta begitu, Om.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Only 9 Years | lo.gi.na [END]
Ficção Adolescente[Teenfiction Islami 14+] "Na, lo sama dia itu beda Tuhan. Terus mempertahankan dia selama 9 tahun ini buat apa?" Gadis itu menatap lekat sahabatnya sambil tersenyum dan hampir melepas gelagak tawa yang ditahan. "Besok gue sekeluarga masuk Islam, cu...