Hujan & Kenangan
———————“Thank you for the time, Ar.”
Arthar menatap Nagine, lalu mengangguk tanpa ekspresi. Salah satu sifat Arthar yang dapat membuat Nagine kesal adalah keplin-planannya. Dalam satu waktu, laki-laki itu bisa merubah sifatnya; dari manis, manis sekali, sampai jutek sekali pun bisa.
“Takdir Tuhan itu emang gitu, ya? Indah banget. Kayak, kita kehilangan suatu hal, tapi Tuhan pasti akan ganti yang lebih baik,” kata Nagine tiba-tiba. Dalam hati Arthar menyetujuinya. “Ya ... salah satunya ini. Lo waktu itu ngajak gue ke Bogor, taunya cuma tantangan dari temen, dan sekarang? Lo beneran ajak gue ke Bandung. Coba kalau nggak dari kejadian itu, mungkin kita nggak akan ke Kiara Arthar Park bareng kayak gini.”
“Kiara Artha Park, Na,” koreksi Arthar.
“Dih, orang gue mau nyebut Kiara Arthar Park, og.” Arthar hanya menghela napasnya sambil geleng-geleng.
Laki-laki itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Udah mau sore. Mau balik?” tanyanya. Nagine ikut melihat arloji di tangannya, lalu mengangguk mengiyakan ajakan Arthar.
“Bener balik? Nggak terpaksa, ‘kan?” ulang Arthar. Ia hanya ingin memastikan kalau kesalahannya sudah ditebus dan Nagine tak lagi mempermasalahkan itu.
Gadis itu mengangguk lagi. Lalu berdiri sambil berkata, “Tapi gue mau foto lu, ya?”
“Buat apa, Gin? Nggak usah. Nanti orang-orang tau kalo lo jalan sama gue.”
Nagine mengerucutkan bibirnya. Selalu seperti itu. “Memangnya kenapa? Gue bisa klarifikasi kalo kita cuma temen, nggak ada apa-apa, dan lo ngajak gue keluar ke sini buat nebus kesalahan waktu itu,” tantang Nagine cukup miris saat mengingat ulang status mereka. Terlebih tentang mereka keluar hanya untuk menebus sebuah kesalahan. Sungguh kencan dengan alasan yang klise.
“Sorry.” Tiba-tiba saja Arthar mengucap maaf. Siapa juga yang tidak mengerutkan dahi saat itu?
“Kok tiba-tiba? Ngapa lu?” Arthar menggeleng. “Dih, cowok aneh.”
“Lo boleh foto gue,” kata Arthar tiba-tiba. Hal itu jelas saja membuat Nagine kesal. Plin-plan banget jadi cowok, heran!
“Tapi ada syaratnya,” lanjutnya.
“Apa?”
“Wajahnya nggak usah diliatin, dicrop aja.”
“Oke!” ucap Nagine dengan antusias lalu mengeluarkan ponsel dengan case rose gold itu.
“Bagus, nggak?” tanya Nagine sambil memperlihatkan foto hasil jepretannya ke Arthar.
Laki-laki itu mengangguk sambil terkekeh. “Lah ini mah nggak bakal keliatan kalo itu gue,” kata Arthar sambil mengagumi fotonya sendiri—dalam hati—tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only 9 Years | lo.gi.na [END]
Fiksi Remaja[Teenfiction Islami 14+] "Na, lo sama dia itu beda Tuhan. Terus mempertahankan dia selama 9 tahun ini buat apa?" Gadis itu menatap lekat sahabatnya sambil tersenyum dan hampir melepas gelagak tawa yang ditahan. "Besok gue sekeluarga masuk Islam, cu...