Brian termenung di samping ranjang pasien Nancy. Tangannya tergerak untuk menyingkirkan anak rambut yang tergerai di wajahnya.
Gadis ini sungguh terlelap jauh dalam mimpi, membuat Brian ketakutan sekaligus khawatir. Andai saja ia tidak memaksanya ikut, mungkin semua tidak akan terjadi.
Dering ponsel membuyarkan lamunan Brian. "Hallo.." sapa Brian dengan lesu. Ia sudah tak tahu lagi siapa yang menghubunginya kali ini.
"Kau sudah makan?". Oh itu Aron. Tumben sekali sahabatnya itu menanyakan apa dia sudah makan? Brian melirik kembali ponselnya, dan ternyata memang Aron.
Brian tergelak sekilas, bisa juga sahabatnya itu membuat nada khawatir. "Belum.." Jawab Brian seadanya.
Kepalanya ia jatuhkan di ranjang pasien Nancy, kepalanya berdenyut. Pikirannya seakan buntu yang menyebabkan ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Permasalahannya kemarin dengan Nancy belum ia selesaikan dengan benar. Penjelasannya belum ia sempat katakan dengan baik.
Brian menghembuskan nafas gusar. "Aku akan kesana bersama Roger..kau menginginkan sesuatu?". Kata Aron.
"Tidak..terimakasih"
"Kau serius?" Kata seseorang yang menyahutinya yang suaranya terlihat lebih jauh. Brian bisa menebak pasti itu Roger.
"Ya,,aku minta tolong saja bawakan aku pakaian ganti. Aku belum mengganti pakaian sejak kemarin".
"Eemm begini..kami sudah dekat dengan rumah sakit, kami beli yang baru saja untukmu ya?"
"Ya..terserah kalian".
Brian pun kembali menutup telfonnya. Ia meletakkan ponselnya asal dan kembali melihat keadaan Nancy. Ia tersenyum getir. Selama hidupnya ia tak pernah merasakan ketakutan seperti ini.
Dirinya yang selalu biasanya mengatasi semua permasalahannya sendiri, kini seakan tak berdaya karena satu wanita yang terbaring lemah di hadapannya.
Apa Brian mencintainya?
Tapi Brian juga mempertanyakan.. Bagaimana sebenarnya cinta itu ?
Dirinya tak pernah di hadapkan oleh sesuatu yang membuat hatinya menghangat dan ketakutan. Hidupnya ia pasang sedamai dan selurus mungkin. Ia tak membiarkan siapapun mempengaruhi hidupnya bahkan pikirannya.
Lalu perasaannya pada Keysa kemarin?
Apa Brian merasa itu hanya tertarik saja?
Brian merasa iya, itu hanya tertarik saja. Perasaannya pada Keysa bahkan bisa ia kalahkan dengan pertemannya. Rasanya dia biasa saja Saat Aron menyukai Keysa. Memang sakit awalnya, tapi Brian juga bisa menangani itu dengan mudah.
Brian tak punya siapapun untuk di pikirkan selain dirinya dan perusahaannya, bahkan termasuk kedua orang tuanya. Ia tak pernah menerima kasih sayang yang pantas yang seharusnya ia dapatkan dari keluarga yang utuh.
Bahkan saat ia membutuhkan seseorang hanya dua temannya itu yang selalu ada. Tapi pertama kali dalam hidupnya, Brian merasa hidupnya seperti diatas Roller coaster. Tak pernah hidupnya merasakan perbedaan yang membuatnya gusar.
Brian menghela nafas, ia menggenggam tangan Nancy dan berharap gadis itu segera bangun. "Katanya hanya shock saja..kenapa kau terlelap begitu lama,Nancy?"
Suara ketukan menginterupsi Bian.. setelah mempersilahkan masuk, disana berdirilah Raka. "Bagaimana perkembangannya?"
Brian menegakkan tubuhnya "Kau bisa lihat sendiri..tidak banyak"
Raka melirik Brian sejenak. Brian terlihat kacau dengan kantung mata menebal dibawah matanya, kemejanya terlihat kusut dan beberapa kancing atas terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BigBoss
RandomKarena Hutang .. Kau mendapatkan Jodohmu .. Tersembunyi di dalam kenangan Masa Lalu .. Yang ternyata sudah lama kau mengenalnya .. * Aaron Dan Keysa * .. Warning 20+ .