Love 09

8K 161 2
                                    

Carol berlari dengan bercucuran air mata. Ia mengabaikan teriakan dan umpatan orang-orang yang di tabraknya. Carol hanya butuh menangis sekarang. Hatinya benar-benar hancur, segala impian bersama laki-laki yang di cintainya hancur dalam sekejap. Pengkhianatan yang di berikan Peter sungguh membuat sesak didadanya. Apa yang akan di katakan kepada orang tua dan keluarganya nanti. Pernikahan yang hanya tinggal beberapa bulan itu batal bersama pengkhianatan yang di terimanya. Ia terus berlari tanpa memperhatikan jalan. Karena terlalu kalut tiba-tiba ia menabrak sesuatu,sehingga pantatnya sukses membentur aspal jalan.

"Aduh .. "

Roger yang tadi sedang mengangkat telfon tersentak kaget saat ada sesuatu yang menabraknya dari belakang. Bahkan tubuhnya sedikit terhuyung akibatnya. Lalu Roger berbalik dan menatap gadis yang tersungkur dibawah dengan memegangi pantatnya. "Oh.. maafkan aku nona. Apa kau tidak apa-apa ?!". Ucap Roger seraya berjongkok untuk melihat keadaan gadis itu.

Carol yang semula tertunduk kini mendongak untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara atau lebih tepatnya orang yang baru saja di tabraknya. Mata mereka bertemu sesaat. Lalu Carol tersadar terlebih dulu dan ia segera berdiri untuk melepas tatapan pria di hadapannya. "Maa. Maafkan aku tuan. Aku yang tidak memperhatikan jalan. Sekali lagi maafkan aku". Ucap Carol dengan sedikit membungkukkan badannya.

Roger tersenyum simpul. Dia tergelitik saat gadis di depannya ini berusaha menghindari tatapannya. Tapi tadi dia melihat gadis itu sedang menangis. Apa karena terjadi sesuatu ? Roger penasaran . "Tidak apa-apa nona. Aku juga salah karena berdiri di tengah jalan. Dan hey . Apa kau menangis. Apa kau terluka ??!" . Tanya Roger terlihat khawatir. Roger berusaha menyentuh tangan gadis di depannya ini. Tapi gadis itu terlihat takut dan bersingsut sedikit menjauh.

"Tenang nona .. aku tidak akan menyakitimu. Dan katakan apa ada yang sakit ? Sedari tadi orang-orang memperhatikan kita. Mereka pasti mengira aku telah menyakitimu". Roger terlihat gusar dengan tatapan oramg yang berlalu di hadapannya. Tapi tiba-tiba saja gadis itu mendongakkan kepalanya. Mata mereka bertemu kembali. Roger sempat tertegun melihat kerapuhan di kedua mata gadis itu. Roger menebak pasti dia dalam masalah.

"Hiks..hiks. saya tidak apa-apa tuan. Sekali lagi saya minta maaf. Permisi". Baru saja Carol melangkahkan kakinya. Namun Roger segera menahan lengannya.

"Mari kita minum dulu di Kafe sebelah sana. Bukan aku bermaksud apa-apa. Aku tidak ingin gadis cantik sepertimu berjalan sambil menangis seperti ini". Carol merasa aneh pada sikap pria di depannya. Tentu dia ingin segera pulang dan menangis di kamar sepuasnya.

"Maaf tuan aku tidak bi__"

"Aku memaksa nona".

Akhirnya Roger berhasil mengajak gadis itu ke Kafe yang di tunjuknya tadi. Dia berjalan dengan menggenggam tangan gadis itu agar ia mengikutinya walau ada sedikit pemaksaan. Carolpun harus berjalan terseok-seok mengikuti langkah lebar Roger.

Setelah sampai di Kafe,Roger segera menuju meja di dekat jendela lalu menarik kursi untuk mempersilahkan Carol duduk. "Silahkan duduk nona manis". Kata Roger sembari tersenyum.

Carol terlihat tersipu di pipi merahnya yang menangis tadi. Dia pun duduk dengan canggung. Dia bahkan melamun sedari duduk tadi dan baru tersadar setelah pria di depannya itu menawari menu apa yang akan di pesannya.

"Mineral water". Kata Carol yang masih dengan isakan kecil. Roger menaikkan sebelah alisnya. "Just mineral water ?". Roger mengulangi pesanan Carol. "Kau tidak ingin makan ?".

"No thanks . I want mineral water please". Kata Carol dengan mata berkaca-kaca seolah air mata itu siap meluncur jika keinginannya tidak di penuhi.

Roger menghela nafas kasar. "Oke Roger jangan memaksa. Walau sebenarnya kau lapar tapi kau harus menahannya. Kalau kau memaksa lalu dia menangis maka habislah kau di Kafe ini. Semua orang pasti akan mengira kau menyakitinya. Oke fine !"

My BigBossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang